Falsafah

Allah Mengutus Nabi-Nya sebagai Rahmat Bagi Semua Makhluk

2 Mins read

Allah telah mengirimkan Nabi-nabi-Nya kepada masing-masing rakyat dan umat. Bahkan telah pula mengirimkan Nabi-Nya yang terakhir, Nabi Muhammad SAW untuk seluruh dunia, kepada semua rakyat dan umat tanpa kecuali. Tidak percuma mengirimkan Nabi Muhammad SAW ini dinyatakan oleh Allah sebagai rahmatan lil alamin. Sebagai rahmat bagi semua makhluk, bagi seluruh alam, termasuk seluruh dunia.

Nabi Muhammad

Baca juga Quran Surat al-A’raaf ayat 158: ”Katakanlah: Hai manusia! Sesungguhnya aku (Muhammad) adalah Utusan Allah kepada kamu seluruhnya (semua manusia). Yaitu – Allah- yang mempunyai kerajaan langit dan bumi. Tidak ada Tuhan selain daripada-Nya, Yang Menghidupkan dan Yang Mematikan. Sebab itu, hendaklah kamu beriman kepada Allah dan Utusan-Nya, nabi yang ummi yang percaya kepada Allah dan sabda-sabda-Nya. Ikutlah dia (Muhammad) supaya kamu mendapat petunjuk.”

Quran Surat al-Furqan ayat 1: ”Maka berkat Allah yang menurunkan Furqan (Quran) kepada hamba-Nya supaya dia (Muhammad) memberi peringatan kepada seluruh alam.” Mengenai misi suci Nabi Muhammad dan Quran itu dapat pula dibaca di Surat asy-Syura ayat 7, al-Qalam ayat 52, dan at-Takwir ayat 27, yakni misi suci untuk seluruh dunia!

Silahkan juga baca Quran Surat al-Bara’ah (at-Taubah) ayat 128: ”Sesungguhnya telah datang seorang Rasul kepada kamu dari golongan kamu. Dia merasa berat akan penderitaan kamu, penuh keinginannya terhadap keinginanmu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman.”

Dengan ayat itu terbukti bahwa Nabi Muhammad menempatkan diri sebagai Rasul dan pemimpin umat. Merasa duka-cita atas penderitaan yang menimpa umat manusia. Baik berupa kerusakan kerohanian/moral dan keruntuhan budi dan pekerti ataupun cekcok yang tiada habis-habisnya di kalangan masyarakat. Begitu pula berupa kesulitan-kesulitan hidup/mencari nafkah di kalangan rakyat.

Baca Juga  Perdebatan Al-Ghazali dengan Ibn Bajjah Soal Figur Manusia Utama

Keprihatinan Nabi Muhammad mengenai manusia pada umumnya dan umat manusia khususnya digambarkan oleh Allah Yang Maha Tahu di dalam Quran sebagai berikut antara lain: 1) Surat asy-Syu’ara ayat 3: ”Boleh jadi engkau (Muhammad) akan membinasakan diri kamu sendiri, karena mereka tidak mau menjadi orang-orang yang beriman.” 2) Surat al-Kahfi ayat 6: ”Dan boleh jadi engkau (Muhammad) hendak membunuh diri karena kesedihan, sepeninggal mereka, kalau kiranya mereka (yakni orang-orang Kristen yang mengatakan: Tuhan mengambil anak) tidak mau mempercayai keterangan (Quran) ini.” 3) Surat al-Insyirah ayat 3: ”Yang memberatkan punggung engkau (Muhammad).”

Dan keprihatinan Nabi Muhammad mengenai fakir, miskin, dan piatu dapat dibaca di dalam al-Quran seperti yang diajarkan oleh Allah kepadanya. Antara lain di Surat al-Baqarah ayat 220, an-Nisa’ ayat 2, dan lain-lain.

Teladan

Ya, Allah sengaja membikin Nabi Muhammad sebagai contoh atau suri teladan. Sebagai saksi, pembawa berita gembira, dan pemberi peringatan. Sebagai pengurus/pemanggil kepada agama Allah dan sebagai pelita yang terang, satu dan lain dapat dibaca dalam Surat al-Ahzab ayat 21, 45, dan 46.

Nabi Muhammad lebih lanjut digambarkan sebagai kawan semua manusia. Umat yang tidak sesat dan tidak keliru. Tidak berkata dengan kemauannya sendiri, tetapi berkata sesuai dengan wahyu yang diwahyukan kepadanya. Sebagai manusia yang terpelajar, pintar, dan sempurna. Yang terdekat kepada Allah, yang selalu jujur, dan tidak pernah berdusta. Silahkan baca pembuktiannya, firman Allah dalam Surat an-Najm ayat 2-11.

Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad, seperti yang dapat dibaca dalam Surat asy-Syura ayat 15: ”Sebab itu panggillah (mereka kepada jalan yang benar) dan hendaklah engkau (Muhammad) berdiri tegak sebagai yang diperintahkan kepada engkau, dan janganlah engkau turut kemauan (hawa nafsu) mereka. Katakanlah kepadanya: Aku mempercayai kitab yang diturunkan Allah, dan aku diperintahkan supaya bersikap adil di antara kamu. Allah itu Tuhan kami dan Tuhan kamu. Kami pertanggungjawabkan pekerjaan kami, dan kamu pun mempertanggungjawabkan pekerjaan kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu. Allah akan mengumpulkan kita bersama-sama, dan kepada-Nyalah tempat kembali.”

Baca Juga  Islam dan Status Quo (1): Kala Monoteisme Muhammad Menggugat Politeisme Arab

Sumber: artikel “Hal Kedaulatan” ditulis oleh Prof. Dr. Mr. Kasman Singodimedjo dimuat di SM no. 4/Th. Ke-58/1978. Pemuatan kembali di www.ibtimes.id secara berseri dengan penyuntingan

Editor: Arif

1005 posts

About author
IBTimes.ID - Cerdas Berislam. Media Islam Wasathiyah yang mencerahkan
Articles
Related posts
Falsafah

Deep Ecology: Gagasan Filsafat Ekologi Arne Naess

4 Mins read
Arne Naess adalah seorang filsuf Norwegia yang dikenal luas sebagai pencetus konsep “ekologi dalam” (deep ecology), sebuah pendekatan yang menggali akar permasalahan…
Falsafah

Sokrates: Guru Sejati adalah Diri Sendiri

3 Mins read
Dalam lanskap pendidikan filsafat, gagasan bahwa guru sejati adalah diri sendiri sangat sesuai dengan metode penyelidikan Sokrates, filsuf paling berpengaruh di zaman…
Falsafah

Homi K. Bhabha: Hibriditas, Mimikri, dan Ruang Ketiga

4 Mins read
Homi K. Bhabha, salah satu tokoh terkemuka dalam teori pascakolonial, berkontribusi membangun wacana seputar warisan kolonialisme secara mendalam, khususnya melalui konsepnya tentang…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds