Dalam menjalani kehidupan, tentu setiap manusia memiliki perencanaan, harapan, dan juga cita-cita. Di sisi lain, manusia juga mendapatkan cobaan dan ujian dari Allah selain dari nikmat dan rezeki yang dilimpahkan. Setiap mukmin ketika memiliki hajat, sedang gundah gulana, ataupun bimbang terhadap suatu hal, maka seyogyanya memanjatkan doa. Karena dengan berdoa menunjukkan sifat kelemahan manusia di hadapan Allah Ta’ala sekaligus memperkuat dimensi Tauhid Rububiyyah Allah.
Tauhid Rububiyyah menjadi kuat karena ketika hamba memohon kepada Allah Ta’ala. Semakin memperkuat, memperkokoh dan menegaskan bahwa hak prerogatif yang memberikan rezeki, nikmat, kebahagiaan, kesedihan, bencana, dan segala sesuatu pemberian hanyalah dari Allah Ta’ala.
Namun pada pembahasan kali ini, kita tidak akan membahas tentang Tauhid Rububiyyah ataupun hal yang berkaitan dengan ilmu tauhid. Melainkan kita akan mengkaji dan membedah makna doa dan seputarnya.
Pengertian Doa
Pengertian doa secara bahasa adalah:
نداء, إستعانة,والرغب إليه.
“Seruan, Meminta Perlindungan, dan Memohon dengan penuh harap kepada-Nya.”
–Mu’jam al-Wasith dan Mu’jam ar-Ra’id.-
Doa secara Istilah adalah:
ما يدعى به الله من القول
“Sesuatu yang diucapkan (seorang hamba) kepada Allah berupa ucapan.”
-Mu’jam al-Wasith-
Segala sesuatu yang sudah terdapat di dalam hati dan dicurahkan kepada Allah Ta’ala baik itu masih ataupun sudah terucapkan setelah salat, di waktu yang mustajab, maka Insya Allah, Allah akan mendengar apa yang dipanjatkan oleh hamba-Nya. Namun sebagai manusia biasa terkadang rasa khawatir, jenuh, dan bosan berdoa kepada Allah itu hadir dan menjebak manusia.
Padahal, sejatinya Allah yang selalu mendengar keluh kesah, gundah dan apa-apa yang dipanjatkan seorang hamba kepada Allah Ta’ala. Bahkan Allah sangat senang dengan hamba-Nya yang memohon langsung kepada-Nya. Sebagaimana Firman Allah Ta’ala di dalam Al-Qur’an surah Ghafir: 50, Allah berfirman:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”.
Selain itu, di dalam Surat al-Baqarah: 186, Allah berfirman:
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.
Sehingga berdasarkan ayat di atas, seyogyanya seorang hamba senantiasa berdoa dan memohon kepada Allah. Karena apabila seorang manusia memohon kepada Allah, niscaya Dia akan mewujudkan dan memenuhi permintaan hamba-Nya. Tentu dengan penuh kesadaran untuk senantiasa memenuhi perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dan masih banyak dalil-dalil dan perintah dari Allah dan Rasul-Nya berkaitan dengan doa.
Syarat Diijabahnya Doa
Lantas bagaimana doa seorang mukmin dapat diijabah? Adakah cara, syarat ataupun kiat-kiat agar doa yang dipanjatkan dapat diijabah. Di dalam Kitab Ad-Da’u Wa ad-Dawa’u karya Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, beliau menuturkan beberapa syarat doa agar diterima oleh Allah Swt antara lain sebagai berikut:
شروط قبول الدعاء:
حضور القلب بكليته على المطلوب. صادف وقتا من أوقات الإجابة. إستقبل الداعي القبلة. رفع يديه وفي حال الطهارة. بدأ بحمد الله والثناء عليه، وثني بالصلاة محمد ص.م. قدّم بين يدي حاجته التوبة والاستغفار. ألح عليه في المسألة وتملقه. وتوصل إليه بادأسمائه
-الداء والدواء –
ابن قيم الجوزية رحمه الله
“Syarat diiterimanya doa:
“Menghadirkan hati secara menyeluruh dalam meminta objek yang diminta. Melangsungkan atau memanjatkan do’a pada waktu-waktu yang mustajab. Menghadap Kiblat. Mengangkat kedua tangan dan berdo’a dalam keadaan suci. Memulai dengan “Hamdalah”dan pujian terhadap Allah ta’ala dan disertai memuji Rasulullah dengan bershalawat kepadanya. Mengungkapkan hajat sembari bertaubat dan istighfar. Meminta dengan tegas pada permasalahannya dan memuji atau merayu Allah. Tawassul kepada Allah dengan nama-nama-Nya.”
Dengan mengamalkan syarat-syarat diterimanya doa yang disampaikan Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, semoga dapat mewujudkan harapan dai cita-cita, memberikan solusi dari permasalahan, dan segala hajat yang dilantunkan, Allah berikan atau ijabah. Di sisi lain, terdapat waktu-waktu yang mustajab bagi setiap muslim untuk memanjatkan doa.
Waktu yang Mustajab untuk Berdoa
Kapankah waktu yang mustajab untuk berdoa? Dikutip dari beberapa literatur, terdapat beberapa waktu yang mustajab untuk memanjatkan doa. Di antaranya yaitu:
“Ketika sujud (Hr. Muslim No. 479 dan 482), Waktu antara adzan dan iqamah (Hr. Ahmad No. 12584 dan Hr. Tirmidzi No. 212, Setelah sholat fardhu. Ketika di sepertiga malam (Hr. Bukhari No. 6231 dan Hr. Muslim No. 758. Bulan Ramadhan. Hari mulia, seperti hari arafah dan hari Jumat. Di antara dua waktu salat (Zuhur dan Ashar, Ashar-maghrib). Setelah khatam Al-Quran.”
Beberapa waktu di atas, merupakan waktu-waktu mustajab untuk memanjatkan doa dan bermunajat kepada-Nya. Maka ketika seorang mu’min menjumpai waktu-waktu tersebut seyogyanya memanfaatkan dan memaksimalkan waktu yang dimiliki untuk berdoa. Sebab terwujud dan tercapainya doa itu misterius, tidak mampu ditebak oleh nalar manusia.
Mengapa Ada Doa yang Tertunda?
Lantas bagaimana jika Allah tidak mengijabah doa seorang mukmin? Katanya Allah adil, kenapa doa yang sudah dipanjatkan bertahun-tahun oleh hamba-Nya tidak kunjung diijabah. Tentu hal itu menjadi pertanyaan tersendiri bagi penulis ataupun pembaca artikel ini. Ada pembahasan yang menarik mengapa Allah menundah ataupun menolak permintaan hamba-Nya.
Dikutip dari Kitab Ad-Da’u Wa ad-Dawa’u dan Shaidul Khatir karya Ibnu Jauzi ada beberapa alasan kenapa doa seorang mukmin ditunda atau ditolak, antara lain sebagai berikut:
- Allah ta’ala merupakan Raja dari segala sesuatu sehingga Dialah berhak melarang sesuatu dan memberinya.
- Allah Ta’ala sudah menetapkan sesuatu dengan kebijaksanaan-Nya yang pasti. Maka terkadang engkau melihat sesuatu itu baik, namun yang bijaksana menurut (Allah) tidak dikehendaki. Maka Allah menyembunyikan Kemaslahatan secara Zahir pada Hikmah / Kebijaksanaanya.
- Terkadang Allah melarang sesuatu karena khawatir terjadi bahaya kepada Hambanya.
- Berdo’a dengan hati yang lalai
- Mengkonsumsi makanan atau minuman yang haram.
- Jika diijabah, malah memperbanyak dosa dan memperlambat atau mengakhiri amalan baik. -Shaidul Khatir, Ibnu al-Jauzi 130-132
Allah Swt merupakan sutradara dan pengatur jalan hidup setiap manusia dengan baik. Maka apabila ada yang tidak terwujud dan tercapai, alangkah baiknya setiap dari manusia dapat mengambil hikmah ataupun ibrah bahwa ada pesan tersirat yang Allah sampaikan kepada hamba-Nya, memberikan kita pilihan lain dari sesuatu yang sudah direncanakan, dan hal-hal lain yang berkumpul dalam pikiran.
Dengan demikian, setelah mengetahui artikel ini. Sebaiknya setiap orang mukmin senantiasa mau meluangkan waktu untuk berdoa kepada Allah Ta’ala. Kemudian mengurangi rasa khawatir dan gelisah atas doa yang tak kunjung terwujud. Sebab, kita sudah mengetahui alasan apa dan mengapa Allah menunda dan tidak mengijabah doa yang kita ucapkan.
Editor: Soleh