Inspiring

Asma Barlas, Pelopor Kesetaraan Gender di Pakistan

3 Mins read

Pakistan adalah negara yang melahirkan banyak tokoh-tokoh hebat. Salah satu dari kalangan tokoh terkenal yang terlahir dari negara tersebut adalah Sir Muhammad Iqbal. Tentu tidak asing bagi para akademisi top-top terkenal dunia dengan nama tersebut. Tokoh yang mampu mendamaikan permasalahan agama dan negara dengan pandangannya yang tertulis dalam bukunya yang cukup fenomenal The Reconstruction Islamic Religion in Thought. Ataupun bapak proklamator Ali Jinnah, serta banyak tokoh-tokoh hebat seperti Abu A’la Maududi, Fazlur Rahman hingga Benazir Bhutto yang dijadikan rujukan-rujukan dalam sebuah penelitian akademisi oleh para akademisi.

Mengenal Asma Barlas

Selain tokoh-tokoh yang saya sebutkan di atas, ada juga tokoh wanita Muslim asal Pakistan yang namanya menjadi bahan penelitian terkait isu-isu kesetaraan dan budaya patriarki yang tentu menjadi gaya hidup di negara-negara yang bermayoritaskan beragama Islam.

Ia adalah Asma Barlas, tokoh yang juga ikut andil terhadap isu-isu hak perempuan di negara tersebut. Asma Barlas ingin memenuhi hak-hak perempuan di Pakistan dengan cara yang hampir sama seperti halnya Ra’ana Liaquat Ali Khan, Benazir Bhutto ataupun Malala yang lebih cenderung terjun langsung dalam perpolitikan ataupun bergerak di lapangan sebagai aktivis.

Dalam perjalanannya, Asma Barlas juga sebagai tokoh muslimah yang mampu menciptakan jejak berharga dalam sejarah Pakistan dan dunia Islam. Ia mengkritik praktik patriarki di dunia Islam, kemudian menghadirkan solusi dan kontribusi signifikan terutama dalam bidang keadilan gender dan interpretasi agama.

Berawal dari perannya sebagai perempuan pertama di Pakistan yang bekerja di layanan luar negeri pada tahun 1976, Barlas tidak hanya menghadapi tantangan sebagai seorang diplomat, tetapi juga sebagai seorang kritikus terhadap kebijakan pemerintahan Ziaul Haq.

Baca Juga  Buya Syafii Maarif: Islam dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan

Asma Barlas menunjukkan ketertarikannya dalam mengkaji teks-teks suci agama Islam yaitu Al-Qur’an. Dari hasil ketertarikannya tersebut, ia mampu melahirkan karya yang sangat popular di kalangan para pengkaji Islam yaitu Believing Women in Islam: Unreading Pathriarcal Interpretations of the Qur’an yang menggambarkan fokusnya pada isu-isu seperti kesetaraan gender, tafsir feminis terhadap Quran, dan pembacaan ulang terhadap teks-teks suci Islam.

Melalui tulisannya, Barlas mencoba untuk membongkar interpretasi patriarki terhadap ajaran Islam dan mengusulkan sudut pandang yang lebih inklusif dan setara.

Pemikiran Barlas

Pemikiran Barlas yang mengusung konsep kesetaraan dan keadilan gender dalam konteks Islam memunculkan pembahasan yang mendalam tentang peran perempuan dalam masyarakat Muslim. Argumennya yang didasarkan pada hermeneutika dan kritik terhadap interpretasi tradisional, menantang norma-norma yang mendukung ketidaksetaraan gender.

Asma Barlas memandang perlunya pembacaan kembali terhadap al-Qur’an dengan perspektif yang menekankan egalitarianisme. Pandangannya ini muncul sebagai respons terhadap pembacaan tradisional yang dianggapnya menindas perempuan.

Dalam argumentasinya, Barlas menyoroti dua poin utama: penentangan terhadap pembacaan al-Qur’an yang merugikan perempuan dan penawaran pembacaan yang mendukung bahwa perempuan dapat berjuang untuk kesetaraan dalam kerangka ajaran Islam.

Pertama, Barlas menolak pembacaan al-Qur’an yang dianggapnya merugikan perempuan. Ini mencerminkan kritiknya terhadap interpretasi patriarkal terhadap teks suci Islam. Menurutnya, banyak interpretasi tradisional yang menempatkan perempuan dalam posisi yang tidak setara dan menekankan dominasi laki-laki. Barlas menantang norma ini dan menunjukkan perlunya menggali ulang teks suci dengan lensa kesetaraan.

Kedua, Asma Barlas menawarkan pembacaan alternatif yang mendukung gagasan bahwa perempuan dapat berjuang untuk kesetaraan dalam kerangka ajaran Islam. Dia mencoba mengartikan ayat-ayat Quran dengan cara yang mendukung peran aktif perempuan dalam mencapai kesetaraan. Ini tidak hanya mencakup konteks sosial dan sejarah, tetapi juga melibatkan hermeneutika yang lebih inklusif.

Baca Juga  Soedirman, [Bukan] Jenderal Klenik, Apalagi Kejawen: Tanggapan untuk Tempo

Dikenal Akademisi Dunia

Dalam keseluruhan pandangannya, Barlas menunjukkan bahwa al-Qur’an dapat diinterpretasikan secara berbeda untuk menciptakan ruang bagi kesetaraan gender. Dia menekankan pentingnya memeriksa kembali pemahaman konvensional dan mencari pemahaman baru yang mendukung hak dan peran perempuan dalam dunia Islam.

Berkat pemikiran inilah, Barlas mampu dikenal oleh kalangan akademisi di dunia. Selain mampu melahirkan pemikirannya yang sangat kritis atas dinamika sosial, terkhusus dalam isu yang menyangkut dengan perempuan juga memberikan kontribusi yang berharga terhadap diskusi mengenai kesetaraan gender dalam Islam. Gagasan-gagasannya tetap relevan dan mengilhami banyak orang dalam mencari pemahaman yang lebih inklusif dan adil terhadap peran perempuan dalam agama dan dunia Islam.

Asma Barlas juga mampu menciptakan karya-karya lainnya, yang mungkin bisa dibaca oleh para pembaca saat ini. Di antaranya adalah Islam, Muslims, and the US: Essays on Religion and Politics, Democracy, Nationalism, and Communalism: The Colonial Legacy in South Asia, Confronting Qur’anic Patriarchy dan lainnya. Namun hingga saat ini, karya Believing Women in Islam menjadi karya yang paling fenomenal di antara karya yang pernah Asma Barlas tuangkan dalam sebuah tulisan ataupun buku.

Editor: Soleh

Ibnu Fikri Ghozali
13 posts

About author
Mahasiswa International Islamic University Islamabad, Pakistan Sekarang Aktif di PCINU Pakistan
Articles
Related posts
Inspiring

Kenal Dekat dengan Abdul Mu'ti: Begawan Pendidikan Indonesia yang Jadi Menteri Dikdasmen Prabowo

3 Mins read
Abdul Mu’ti merupakan tokoh penting dalam dunia pendidikan dan organisasi Islam di Indonesia. Ia dikenal sebagai Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode…
Inspiring

Beda Karakter Empat Sahabat Nabi: Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali

4 Mins read
Ketika berbicara tentang sosok-sosok terdekat Nabi Muhammad SAW, empat sahabat yang paling sering disebut adalah Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman…
Inspiring

Spiritualitas Kemanusiaan Seyyed Hossein Nasr

3 Mins read
Islam memiliki keterikatan tali yang erat dengan intelektual dan spiritual. Keduanya memiliki hubungan yang sangat dekat dan merupakan dua bagian realitas yang…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds