IBTimes.ID – Australia masih diselimuti duka mendalam menyusul serangan penembakan mematikan di kawasan wisata Bondi Beach yang menewaskan 15 orang. Aparat kepolisian Australia kini tengah menyelidiki perjalanan dua terduga pelaku penembakan ke Filipina, yang dilakukan sekitar satu bulan sebelum serangan terjadi.
Berdasarkan keterangan otoritas perbatasan di Manila kepada BBC, salah satu pelaku penembakan kawasan wisata Bondi Beach bernama Sajid Akram (50 ) melakukan perjalanan ke Filipina menggunakan paspor India. Sementara itu, putranya Naveed Akram (24) masuk ke negara tersebut dengan paspor Australia. Sebelumnya, keduanya diduga mengikuti pelatihan bergaya militer selama berada di Filipina.
Perdana Menteri Australia Anthony Albanese menyatakan bahwa serangan tersebut tampaknya dimotivasi oleh ideologi kelompok teroris Islamic State (ISIS). Kepolisian mengonfirmasi telah menemukan bendera ISIS buatan sendiri di dalam kendaraan yang digunakan para pelaku. Selain itu, aparat juga menemukan alat peledak rakitan (IED).
Korban tewas dalam serangankawasan wisata Bondi Beach pada Minggu tersebut berasal dari berbagai latar belakang, termasuk seorang anak perempuan berusia 10 tahun, seorang rabi kelahiran Inggris, seorang pensiunan polisi, serta seorang penyintas Holocaust.
Hingga pembaruan terakhir, sebanyak 24 orang masih menjalani perawatan di rumah sakit. Tiga korban dilaporkan dalam kondisi kritis, sementara lima lainnya kritis namun stabil.
Menanggapi tragedi ini, Perdana Menteri Australia Anthony Albanese menyatakan komitmennya untuk memperketat undang-undang kepemilikan senjata api. Langkah tersebut akan dilakukan bersama Perdana Menteri Negara Bagian New South Wales, Chris Minns.
Di sisi lain, Albanese juga memberikan penghormatan khusus kepada seorang pria yang terekam kamera berjuang merebut senjata dari salah satu pelaku saat kejadian. Ia menyebut pria tersebut sebagai “pahlawan sejati Australia” setelah menjenguknya di rumah sakit.
Sementara itu, warga terus berdatangan ke lokasi penembakan di Bondi Beach untuk memberikan penghormatan terakhir kepada para korban. Seperti ditulis koresponden BBC, kawasan pantai ikonik tersebut diperkirakan membutuhkan waktu untuk kembali menjadi ruang publik yang ramai dan penuh kehidupan seperti sebelumnya.
Tragedi penembakan di Bondi Beach menjadi pukulan berat bagi Australia sekaligus mengungkap ancaman ekstremisme yang melintasi batas negara. Pemerintah dan aparat keamanan kini dihadapkan pada tantangan memperkuat pencegahan terorisme serta perlindungan publik tanpa mengabaikan nilai kebebasan dan kemanusiaan.
(NS)

