Berkaca pada fenomena yang terjadi dalam lima tahun belakangan, dengan munculnya kembali pemimpin keagamaan tradisional (Kiai Pesantren) dalam Pemilu, gelombang wacana #BelaIslam sebagai wujud skriptualisme Islam, serta prediksi melonjaknya pengangguran muda, akan banyak berpengaruh pada masa depan kaum muda Muslim.
Sebagai negara dengan penduduk Islam terbesar, Indonesia memiliki tantangan ketidakstabilan ekonomi. Ini tidak saja akan menjadi ancaman, tetapi juga telah menghiasi media massa. Fenomena geng pelajar, penggunaan zat adiktif, dan semakin mendalamnya pengaruh teknologi terhadap generasi ini, memberikan sedikit prediksi tentang prospek generasi muda Muslim.
Kendati menampilkan gambaran buram, masa depan kaum muda Muslim tetap saja sangat bergantung pada sejauhmana mereka mendefinisikan apa yang disebut “tantangan.” Asef Bayat, Profesor Kajian Timur Tengah dalam Being Young and Muslim (2010), mengungkapkan pentingnya aspek klaim bagi kaum muda Muslim.
Klaim merupakan instrumen untuk menemukan makna dan hakikat diri, bagi kepribadian dan juga relasi sosial. Generasi muda berada pada posisi relatif, kecenderungan mereka untuk mengambil sikap sebagai “sikap anak muda” juga dipengaruhi oleh seberapa panjang mereka membuat klaim sebagai anak muda. Itu ditopang oleh keterlibatan generasi muda ini dalam pendidikan.
Sebagaimana yang lazim disaksikan, beberapa di antara mereka bahkan melanjutkan pendidikan hingga tingkat pascasarjana dan doktoral sebagai modal simbolik yang sangat menentukan kemapanan di masa mendatang. Semakin panjangnya durasi untuk merasa sebagai “kaum muda” ini juga turut menentukan bagaimana analisa tentang masa depan generasi muda di Indonesia.
Dengan semakin tingginya kemungkinan untuk kuliah hingga pascasarjana dan doktoral sebagai cara mengamankan tangga karir sehingga memperpanjang durasi klaim sebagai “anak muda”, kecanggihan alat komunikasi sebagai institusi sosial modern, serta otoritas keagamaan yang mencair, kaum muda Muslim akan menjadi generasi yang paling sibuk untuk memikirkan eksistensi dirinya.