Bahasa Arab Bahasa Umat Islam
Pertanyaan ini sebenarnya cukup menggelitik. Kita tahu bahwa bahasa Arab adalah bahasa umat Islam di seluruh dunia. Bahasa Arab juga adalah bahasa Al-Qur’an, kitab suci umat Islam.
Lantas jika kitab suci kita saja berbahasa Arab, maka bisa dipastikan bahasa Arab adalah bahasa yang super penting bagi kita. Kalau ditanya penting atau tidak, jelas sekali bahwa kita akan mengatakan bahasa Arab adalah bahasa yang sangat penting.
Sebanyak 1,5 miliar umat Islam di dunia mendengarkan suara azan 5 kali sehari dalam berbahasa Arab. Pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha menggema takbir di setiap rumah umat Islam di Indonesia, dan sekali lagi, dalam bahasa Arab. Di setiap salat, mereka pula melantunkan doa-doa dalam bahasa Arab.
Sungguh naif bila kita mengatakan kegiatan sakral seperti itu adalah budaya kearab-araban, arogan, dan segala macam istilah negatif lainnya. Kearab-araban ini kemudian dianggap menggeser peran kebudayaan Indonesia sebab hampir dalam ritual ibadah kita di setiap detiknya menggunakan bahasa Arab.
Tidaklah ini suatu yang perlu dikhawatirkan karena semuanya ini dilakukan dalam rangka mencintai Rasulullah SAW sebagai orang Arab. Saya hanya menegaskan posisi penting bahasa Arab, tidak lebih.
Bahasa Arab Memiliki Dimensi Spiritual
Sedangkan dalam kebudayaan kita, sesungguhnya spiritualitas tidak bisa dipisahkan dengan kebudayaan Nusantara. Bahasa Arab memiliki dimensi spiritualnya sendiri bagi umat Islam. Sekali lagi, anda tidak perlu khawatir, ini hanya bentuk kecintaan atas Rasulullah SAW dan agama Islam.
Selain Al-Qur’an, hadis, dan kitab-kitab para ulama salaf terdahulu didominasi oleh bahasa Arab. Para santri di pesantren ataupun para mahasiswa di universitas yang fokus mengkaji seluk beluk ulumuddin atau ilmu-ilmu agama, maka akan menjawab lantang bahwa bahasa Arab bukanlah bahasa asing biasa.
Bahasa Arab itu Penting!
Karangan kitab para ulama Salaf diyakini masih relevan hingga saat ini. Karenanya, di pesantren-pesantren masih dipelajari.
Sebutlah karangan dalam bidang Fiqh oleh empat Imam, yaitu Imam Hanafi, Imam Malik, Imam Syafi’i, dan Imam Hambali.
Dalam Ilmu tafsir, ada Ibnu Katsir yang menulis kitab tafsir masyhur Tafsir Ibnu Katsir. Ada pula kitab tafsir yang dikarang oleh Zamakhsyari, Al-Kasysyaf.
Walaupun kitab-kitab di atas sudah banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, tidak menghilangkan urgensitas mempelajari bahasa Arab. Sebab, mempelajarinya langsung dengan bahasa aslinya akan lebih bagus. Apalagi bisa secara langsung menikmati keindahan bahasanya.
Selanjutnya, ada ulama multitalenta dan multidisiplin, Imam Al-Ghazali, yang karya-karyanya sangat terkenal. Salah satunya Ihya Ulumuddin. Kitab ini banyak mendapat komentar dari berbagai ulama karena kompleksitas pembahasan yang ada di dalamnya. Imam Al-Ghazali sebagai multidisipliner terlihat jelas dalam karangan berbahasa Arab ini.
Yang membuat nama Al-Ghazali dijuluki sebagai Hujjatul Islam adalah penguasaannya dalam berbagai disiplin ilmu yang sangat jarang dikuasai sekaligus, yaitu ilmu Kalam, Ilmu Akhlaq, Ilmu Fiqh, Ilmu Tasawwuf, Ilmu Filsafat-Logika, Ilmu Kesusasteraan, dll.
Sangat jelas bahwa seluruh umat Islam yang ingin memahami Islam secara mendalam, maka wajib atasnya menguasai bahasa Arab dan ilmu-ilmu yang berkaitan dengannya.
Begitupun kitab-kitab pemikiran Arab kontemporer yang ditulis oleh tokoh-tokoh yang berasal dari Arab seperti Hasan Al-Banna, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, Jamaluddin Al-Afghani, Hasan Hanafi, Jasser Auda, Muhammad El-Jabiri, dll.
Walaupun pemikir yang saya sebutkan di atas juga banyak menulis buku dalam bahasa Inggris dan Prancis. Eksistensi bahasa Arab di tengah derasnya arus Ghazwul Fikri tidak kalah penting.
Bahasa Arab, Bahasa Internasional
Menguasai bahasa Arab sama dengan menguasai hampir separuh dunia. Sebab wawasan-wawasan pemikir Arab tidak kalah luas dibanding cendekiawan Eropa.
Bahkan, bagi Santri maupun Mahasiswa spesialisasi studi bahasa Arab, mungkin saja menganggap bahasa Arab lebih penting dari bahasa ibunya sendiri, bahasa Indonesia. Ini tentu saja didorong oleh nilai-nilai keagamaan yang sarat disimbolkan oleh bahasa Arab.
Pertanyaan selanjutnya, apakah bahasa Arab ini hanya dilekatkan dengan agama saja? Apakah hanya sebatas bahasa yang dipergunakan untuk keperluan keagamaan? Tidak.
PBB pada tanggal 18 Desember 1973 mengeluarkan resolusi 3190 yang meresmikan bahasa Arab sebagai bahasa internasional dan semua organisasi di bawah PBB wajib menggunakannya. PBB mengeluarkan resolusi ini atas proposal yang diajukan Kerajaan Maroko dan Arab Saudi Dewan Eksekutif UNESCO pada tahun yang sama.
Diakuinya bahasa Arab sebagai bahasa internasional disebabkan pengaruhnya yang tidak kecil atas kemajuan peradaban hari ini. Bahasa Arab adalah bahasa yang pernah menjadi bahasa resmi separuh dunia atas ekspansi dinasti-dinasti Islam serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di masanya.
Untuk itu, kita bertanya kembali kepada diri kita sendiri, seberapa penting bahasa Arab? Menjawabnya bukan dengan cara mengiyakannya saja melainkan dengan mempelajari dan menguasainya.
Editor: Yahya FR