Tak jarang kita mendengar seseorang atau bahkan diri kita sendiri dibanding-bandingkan dengan orang lain. Biasanya teman, guru, kerabat dekat atau bahkan dengan orangtua sendiri. Kadang akan merasa minder, malu, bahkan tidak percaya diri.
Setiap seseorang memiliki kemampuan yang berbeda-beda dari segi kepatuhan, kepintaran, maupun kemampuan lainya. Hanya karena seseorang tidak bisa melakukan apa yang dilakukan orang lain, mereka pun langsung menghakiminya.
Jangan pula membanding-bandingkan kemampuan seseorang terutama seorang anak banyak sekali orangtua yang membandingkan kemampuan seorang anak, karena anaknya tidak bisa memiliki kemampuan seperti temannya.
Membanggakan Anak Masing-masing
Kebanyakan ada orangtua membawa anaknya saaat menghadiri acara terutama acara keluarga hanya untuk berlomba-lomba membanggakan anaknya masing-masing. Jika hal tersebut tidak bisa membuat orang disekitarnya berkesan orangtua akan membandingkan kemampuan anak tersebut dengan anak lain.
Orangtua pun langsung menghakimi dengan cara menekan anak tersebut agar bisa melebihi kemampuan anak lain, namun akan berdampak buruk membuat anak menjadi tertekan. Ada pun orangtua yang memamerkan kemampuan anak, jika hal tersebut tidak dapat memuaskannya lagi-lagi mereka akan semakin menekan anak agar tidak bisa mempermalukan harga dirinya.
Bagi orangtua mungkin bermaksud baik dengan cara membandingkan agar dapat membuka pemikiran anak semakin maju serta berpacu pada prestasi. Namun hal tersebut sangatlah salah. Karna anak justru akan merasakan emosi lebih negatif bila orangtua membanding-bandingkan, jika terus menurus cara tersebut dilakukan akan muncul efek yang membuat anak tersebut menjadi buruk.
Anak akan merasa terbebani bila terus dibandingkan dengan anak lain. Sikap orangtua yang menekan dia untuk menjadi sempurna akan membuat anak tersebut tertekan. Dengan sering membanding-bandingkan dengan anak lain, anak akan menjadi minder dan tidak punya kepercayaan diri cenderung berdiam diri.
Adapun juga anak akan mencari pelarian. Sayangnya, kadang-kadang pelarian tersebut dapat berbau negatif. Hal ini justru membahayakan bagi anak. Bisa juga anak akan membenci orangtuanya. Hal ini karna orangtua yang terus membanding-bandingkan dengan teman-temannya.
Membanding-bandingkan Menurut Islam
Allah telah menciptakan manusia itu berbeda-beda dan Allah pun memberikan kelebihan serta kekurangan kepada setiap makhluk yang diciptakan-Nya. Dari segi fisik, akal, pikiran, dan semua yang telah Allah berikan dalam porsi masing-masing.
Dihadapan Allah derajat manusia sama , yang membedakan hanya amal keimanan. Allah akan menaikan derajat kepada orang-orang yang beriman daripada yang durhaka kepada Allah, seperti dalam firman-Nya:
“Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia” (Q.S Al-Anfal: 4).
Adapun seseorang yang sombong menggurukan pahala. Seperti kalangan ulama yang berakal, telah mengetahui kedudukan para ulama, dari sisi keutamaan maupun ilmunya. Mereka tidak ikut-ikutan bertindak seperti orang awam yang suka sekali membeda-bedakan. Karna sesungguhnya sombong akan menggugurkan amal perbuatannya sendiri, seperti firman Allah dalam Al-Qur’an:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara kerasnya (suara) sebahagian kamu terhadap sebahagian yang lain, sepaya tidak hapus (pahala) amalanmu sadangkan kamu tidak menyadari” (Q.S Al-Hujaraat: 2).
Sebagai orangtua yang baik dan sebagai orang muslim kita tidaklah boleh membanding-bandingkan anak dengan orang-oarng disekitar kita. Membanding-bandingkan orang hanya akan menghabiskan waktu dengan tidak berguna daan dapat berdampak negatif, membuat orang yang dibanding-bandingkan akan merubah sifatnya menjadi tertutup.
Harusnya orangtua memberikan motivasi anak dengan tidak membanding-bandingkan dengan yang lainnya, karena setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda-beda dan memiliki kelebihan serta kekurangan masing-masing anak.
Mereka pun pasti memiliki mimpi yang bisa membahagiakan orangtuanya. Bagi orangtua yang membuat anaknya menjadi bahan pamer sebaiknya berhenti saja jangan melakukannya lagi, dan motivasi anak dengan terus menyemangatinya agar menjadi kebanggaan tersendiri.
Pilih Kasih Terhadap Anak
Sikap orangtua pilih kasih dan membanding-bandingkan anak dapat menimbulkan permusuhan pada saudara. Hubungan kakak beradik jadi tidak baik, anak akan kehilangan rasa kasih sayang antar saudara dan berdampak pada sikap tidak menghormati orangtuanya.
Dikutip dari DalamIslam.com, sebagaimana hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari kisah An-Nu’man bin Basyir, bahwasannya ayahnya datang membawanya kepada Nabi Muhammad SAW dan berkata:
Sungguh aku telah memberi pemberian berupa seorang budak milikku kepada anakku ini. Kemudian Rasulullah SAW. bersabda: “ Apakah semua anakmu kau beri seperti (anakmu) ini?” Dia menjawab: “Tidak.” Maka Rasulullah SAW. bertanya: “Apakah engkau senang bila apabila mereka (anak-anakmu) semuanya berbakti kepadamu dengan sama?” Dia menjawab: “Aku mau (wahai Rasulullah).” Lalu Rasulullah SAW bersabda: “ Kalau begitu, jangan kau lakukan (pilih kasih).” (HR. Bukhari kitab Al-Hibah: 12, Muslim kitab Al-Hibah: 9, 10, 17 dan Tirmidzi kitab Al- Ahkam 30.)
Maksud dari hadits tersebut adalah bahwa Rasulullah SAW melarang umatnya untuk berperilaku pilih kasih terhadap anak-anak mereka, dikarenakan jika orangtua ingin anaknya berbakti, maka ia pun harus berperilaku adil kepada anak-anaknya.
Untuk itu orangtua, selalu berusaha bersikap adil kepada anak-anaknya. Rasulullah SAW. sampai berwasiat dan mengulangnya hingga tiga kali, beliau bersabda:
“Adillah kepada anakmu, adillah kepada anakmu, adillah kepada anakmu,!” (HR. Abu Dawud, Nasa’i, dan Ibnu Hibban, dihasankan oleh Al-Albani dalam Silsilah Shahihah no. 1240).