Beberapa waktu yang lalu, saya diminta oleh salah satu senior saya di Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah (PP Tarjih), Gus Ilham Ibrahim, yang juga seorang redaktur di Santri Cendekia dan aktivis di Tarjihmu—sebuah komunitas yang dikenal dengan kegiatan dakwah dan kajian ilmiah di bawah naungan PP Tarjih—untuk membahas tentang Al-Maqdisi atau negara Palestina.
Negara yang juga menjadi “Tanah Suci” kedua bagi umat muslim seluruh dunia, saat ini tengah mengalami musibah berupa serangan bertubi-tubi yang hingga kini belum berhenti. Meski ada gencatan senjata, serangan masih sering terjadi. Namun pada kesempatan kali ini, saya tidak akan membahas Israel, melainkan tanah Palestina itu sendiri. Izinkan saya untuk membahas sedikit tentang Baitul Maqdis, yang menjadi bagian penting dari sejarah dan perjuangan umat Islam.
Keistimewaan Al-Maqdisi dalam Perspektif Al-Qur’an
Baitul Maqdis, atau yang dikenal juga dengan nama Al-Quds atau Al-Maqdisi, adalah tanah yang dijaga dan dimuliakan oleh Allah Ta’ala. Dalam Surat Al-Isra’ ayat 1, Allah berfirman:
سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
Terjemahan: “Maha Suci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidil-haram ke Masjidil-aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
Dalam tafsir Al-Qur’an Al-Adzim, Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan bahwa kalimat إِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا merujuk kepada Baitul Maqdis atau disebut Al-Maqdisi. Ibnu Katsir juga mencatat bahwa pada zaman kaisar Romawi dan Byzantium, Baitul Maqdis dikenal dengan nama “Illiya“.
Kota ini telah menjadi tempat berkumpulnya para nabi sejak masa Nabi Ibrahim AS, yang bahkan menjadi imam bagi mereka. Baitul Maqdis adalah kota yang penuh dengan berkah dan sejarah, menjadi tempat para nabi berkumpul, tempat turunnya malaikat, dan bahkan tempat berkumpulnya umat manusia di hari kiamat.
Keberkahan dan Kemuliaan Baitul Maqdis
Ibnu Katsir juga menjelaskan bahwa kalimat الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ merujuk pada keberkahan tanah Baitul Maqdis yang dipenuhi dengan hasil bumi yang subur dan tumbuhan yang melimpah. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Mujahid RA, Baitul Maqdis adalah tempat dimana para nabi dikumpulkan, tempat turunnya malaikat, dan tempat umat manusia akan berkumpul pada hari kiamat.
Berdasarkan penjelasan di atas, tidak diragukan lagi bahwa Baitul Maqdis atau Al-Maqdisi adalah tanah yang dimuliakan oleh Allah Ta’ala. Tanah ini memiliki sejarah panjang yang kaya dengan keberkahan, serta menjadi simbol bagi umat Islam. Maka, tidak heran jika banyak ulama besar lahir dari kota yang mulia ini, memberi kontribusi besar dalam dunia keilmuan, terutama dalam bidang fiqih, hadis, dan ilmu lainnya.
Ulama Besar Al-Maqdisi dan Warisan Keilmuannya
Baitul Maqdis atau Al-Maqdisi tidak hanya dikenal sebagai kota yang diberkahi, tetapi juga sebagai tempat lahirnya banyak ulama besar yang memberikan kontribusi luar biasa dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Berikut adalah beberapa ulama terkenal yang dikenal dengan gelar “Al-Maqdisi”:
- Al-Imam Ibnu Qudamah Al-Maqdisi
Ibnu Qudamah lahir di kota Jamma’il, dekat Nablus pada tahun 541 H. Beliau adalah seorang ulama besar yang dikenal dengan gelar Al-Imam, Al-Qudwah, Al-Allamah, dan Syaikhul Islam. Ia dikenal sebagai seorang penghafal Al-Qur’an yang cerdas dan menjadi seorang mujtahid di bidang fiqih, hadis, serta ilmu khilaf. Kitab-kitab yang ditulisnya, seperti Al-Mughni dan Al-Kafi, menjadi referensi utama dalam madzhab Hanbali. - Abdul Ghani Al-Maqdisi
Abdul Ghani lahir di Jamma’il dekat Nablus pada tahun 541 H (atau 544 H menurut beberapa literatur). Beliau dikenal sebagai seorang hafiz dan ahli hadis yang sangat berpengaruh. Buku karangannya seperti Umdatul Ahkam dan Al-Kamal Fi Asma’ir Rijal menjadi dasar penting dalam ilmu hadis.
Dari uraian di atas, kita dapat memahami bahwa Baitul Maqdis adalah tanah yang penuh dengan keberkahan dan sejarah. Kota ini bukan hanya saksi bisu bagi sejarah para nabi, tetapi juga tempat yang melahirkan ulama-ulama besar yang berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Semoga Allah senantiasa memberkahi Baitul Maqdis dan terus melahirkan ulama-ulama yang menginspirasi.
Insya Allah, ulama Maqdisi lainnya akan hadir dalam serial Al-Maqdisi dan Kemuliannya, karena salah satu tanda kemuliaan sebuah daerah adalah lahirnya para alim ulama yang terus berkhidmat dalam ilmu dan tidak pernah berhenti dalam mengkader ulama-ulama baru.
Editor: Assalimi

