Puisi Pada Suatu Hari
Pada suatu hari nanti
Jasadku tak akan ada lagi
Tapi dalam bait-bait sajak ini
Kau tak akan kurelakan sendiri
Pada suatu hari nanti
Suaraku tak terdengar lagi
Tapi di antara larik-larik sajak ini
Kau akan tetap kusiasati
Pada suatu hari nanti
Impianku pun tak dikenal lagi
Namun disela-sela huruf sajak ini
Kau tak akan letih-letihnya kucari
Pada Suatu Hari, Mengenal Sapardi
Begitu seorang laki-laki tua membacakan puisi di atas panggung. Saya terhenyak diam dan bertanya-tanya. Apa benar puisi tadi buatannya sendiri? Setelah itu, langsung mencari tahu siapa penulis dari puisi yang sangat indah itu, sajaknya tertancap dalam sanubari.
Ternyata, penulis dari puisi itu adalah Sapardi Djoko Damono. Saya masih bertanya-tanya, siapa sih Sapardi itu? Saya mencari-cari dan pada akhirnya kaget sendiri. Puisi yang indah tadi, ternyata memang benar dibacakan oleh penulisnya langsung.
Walaupun saya sempat berpikir juga, zaman sekarang kok ada ya laki-laki tua yang seromantis itu. Saya berandai-andai, alangkah hebatnya jika kaum muda dapat mencontoh Pak Sapardi dengan menuliskan racikan diksi untuk membuat puisi. Daripada banyak waktu mereka yang terbuang untuk menilai postingan orang lain.
Tak lama setelah saya mengetahui sosok Pak Sapardi, berita duka menyebar keseluruh pelosok negeri. Bahwa Indonesia telah kehilangan sastrawan legendaris, lagi. Padahal baru sebentar saya mengenal karya-karyanya. Membuatku selalu lebih semangat ketika telah membaca tulisan-tulisannya. Namun, saya kembali bertanya-tanya, betapa sangat mashurnya beliau sampai seluruh orang mengabarkan Pak Sapardi telah tiada.
Sajak-sajak puisi karya Pak Sapardi ramai memenuhi postingan sosial media. Hampir seluruhnya mengatakan kehilangan Sapardi. Akan tetapi, karyanya akan tetap abadi. Banyak juga orang-orang yang baru mengetahui Pak Sapardi setelah beliau meninggal. Karena, racikan larik-larik yang dibuat begitu cepat memabukkan para pembacanya.
Orang-orang yang kehilangan itu termasuk saya pribadi. Setelah mengetahui berita duka itu, saya teringat salah satu puisi karya Pak Sapardi dengan judul “Pada Suatu Hari Nanti”. Saya membaca dan menghayati sajak puisi itu. Dengan sesekali meneteskan air mata.
Membaca puisi tersebut, seperti halnya sebuah pesan dari Pak Sapardi bahwa beliau tidak akan pernah meninggalkan kita semua. Puisi itu ditulis sebagai penegasan bahwa menikmati karya-karyanya sama seperti berbicara dengannya.
Rasa sangat kehilangan itu, membuat saya ingin menuliskan sedikit sajak puisi untuk Pak Sapardi. Dengan sajak yang sederhana ini, kusembahkan untukmu sang sastrawan legendaris berjudul “Tepat Pada Hari Ini”.
Tepat Pada Hari Ini
Tepat pada hari ini
Ragamu sudah tak ada lagi
Tapi dalam sajak-sajak yang kau buat
Hadirmu ada disini
Tepat pada hari ini
Suaramu tak kudengar lagi
Tapi diantara larik sajak-sajak yang kau buat
Siasatmu menetap dalam sanubari
Tepat pada hari ini
Impianmu mashur abadi
Terukir manis disela-sela sajak yang kau buat
Selamat jalan Pak Sapardi
Mengenang Pak Sapardi
Puisi ini dibuat semata untuk mengenang dan mengucap rasa terima kasih sebesar-besar buat Pak Sapardi. Adanya karya-karya beliau, mengajarkan kita untuk selalu berkarya dalam menjalani suatu kehidupan. Berkarya sesuai dengan bakat yang kita punya masing-masing. Balasan puisi itu ditulis karena sangat mencintai setiap karya yang ditulis oleh seorang Pak Sapardi. Selama ini, kita hanyalah sebagai konsumen dari karya-karya beliau.
Dengan meninggalnya Pak Sapardi memberikan penyadaran kepada kita untuk meneruskan tongkat estafet sastra Indonesia. Penerus tongkat estafet tersebut tak lain adalah kita sebagai generasi muda dan harapan bangsa.
Mengingat pepatah mati satu tumbuh seribu. Setelah kita kehilangan sosok hebat seperti Pak Sapardi, di balik peristiwa itu ada sejuta harapan bagi seluruh masyarakat Indonesia untuk memulai menggali potensi dalam diri masing-masing.
Karena berita telah tiadanya Pak Sapardi meramaikan jagat raya. Membuat orang-orang yang sebelumnya tidak mengetahui Pak Sapardi menjadi tahu dan mulai membaca karya-karyanya. Hal ini terjadi waktu saya memposting balasan puisi untuk Pak Sapardi, tidak sedikit dari teman bertanya, akan siapa sosok dari Pak Sapardi itu? Saya kira semua orang mengetahui Pak Sapardi.
Akan tetapi tidak demikian, justru banyak juga orang-orang yang mengetahui Pak Sapardi setelah beliau telah tiada. Kemudian, rasa itu terkandung dalam larik balasan puisi Pada Suatu Hari Nanti-nya Pak Sapardi yang berbunyi “Tepat pada hari ini, Impianmu mashur abadi”.
Editor: Sri/Nabhan