IBTimes.id — Ketua Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Bambang Sudibyo berkesempatan memaparkan bahasan tentang potensi zakat di Indonesia pada Seminar Pra-Muktamar Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Sabtu siang (15/2).
Bambang membuka dengan potensi zakat secara umum juga zakat di bursa efek yang saat ini telah dijajaki oleh Baznas. “Potensi zakat perusahaan sebanyak 659 emiten, mencapai nilai 335,169 T,” ujar Bambang mengutip Puskas Baznas.
Masih dalam pemaparannya, Bambang menjelaskan bahwa dalam 5 tahun terakhir pengumpulan zakat meningkat secara signifikan. Dana zakat yang berhasil dihimpun mencapai 6,5 triliun, tumbuh 178,27%. Namun masih ada ruang peningkatan, seperti yang terjadi di Malaysia di mana pengumpulan dana zakat meningkat karena dengan membayar zakat para pekerja dijanjikan insentif penurunan pajak penghasilan.
Zakat secara teknis perlu menjawab kemiskinan di Indonesia. Di mana masih terdapat banyak rakyat miskin dengan pendapatan kurang dari 440.538 rupiah per kapita per bulan. Penduduk miskin ini tersebar di desa dengan jumlah dua kali lipat dibanding kota.
Zakat disebut-sebut dapat menjawab permasalahan kemiskinan, karena potensi zakat memang sangat besar. Disebutkan oleh Bambang, potensi zakat di Indonesia sebesar 335,169 triliun. Nilai ini setara dengan 86,54% dari total anggaran perlindungan sosial 2019.
Selain itu, kesejahteraan menurut Islam memiliki standar yang lebih tinggi dibanding standar internasional saat ini. Jika mengacu pada standar Islam, yaitu nishab, maka yang memiliki harta di atas nishab disebut muzakki. Di bawahnya disebut mustahik
Jika standar muzakki disebut sebagai “penduduk kaya” dan mustahik disebut sebagai “penduduk miskin”, maka 40% orang Indonesia itu merupakan penduduk miskin. Sementara 60% lainnya masuk golongan penduduk kaya. Pengelolaan zakat dimaksudkan untuk menjadikan penduduk masuk pada golongan muzakki tersebut.
Reporter: Day
Editor: Nabhan