Bangunan merupakan biografi manusia, begitu kata seorang Sarjana Inggris, Clive Gamble. Begitu pula bangunan bersejarah milik Muhammadiyah. Ia tidak hanya terdiri dari seonggok materi yang tersusun dengan rapi, melainkan terdapat jiwa pembangunnya di sana. Menuju abad kedua Muhammadiyah yang semakin maju, yang sekarang tersisa di belakang hanyalah jejak-jejak perjuangannya, salah satunya adalah bangunan bersejarah.
Bangunan Amal Usaha Bersejarah
Dimulai dengan Masjid Agung Kauman dan Ndalem Pengulon Yogyakarta, buku ini lebih lanjut juga membahas beberapa bangunan bersejarah Muhammadiyah yang bernuansa religius seperti Langgar Tengah Nitikan, Langgar KH Ahmad Dahlan, Langgar Dhuwur Yogyakarta, Mushala ‘Aisyiyah, serta Masjid Taqwa Suronatan. Akhirnya, pembahasan juga meliputi bangunan Amal Usaha Muhammadiyah mulai dari warisan pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan sampai dengan warisan dari pengganti-penggantinya.
Mengingat kiprah Muhammadiyah, memang harus dilihat dari masa lalu hingga sekarang. Melalui bangunan, berbagai gagasan Muhammadiyah dapat ditemukembangkan, amal usaha dapat direalisasikan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010, bangunan-bangunan pendukung usaha dakwah Muhammadiyah di Yogyakarta secara sah dapat digolongkan sebagai benda cagar budaya, selain umur masing-masing harus telah mencapai 50 tahun atau lebih. Arti penting bangunan-bangunan bersejarah tersebut, seperti kata Gamble, adalah representasi dari biografi manusia dalam bentuk lain.
Buku ini dengan detail mencoba menganalisis tiap-tiap sendi bangunan tinggalan dari Tokoh Pendiri dan para penerus pengganti Muhammadiyah setelahnya. Salah satunya Masjid Besar Kauman, sebagai rangkaian yang tidak dapat terpisah dari keraton Ngayogyakarto Hadiningrat. Didirikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) 1, bangunan cagar budaya ini dijelaskan mulai dari tanggal berdirinya pada 29 Mei 1977 hari Ahad Wage, 6 Rabiul’akhir tahun Alip, arti dari corak dan sangkalan yang terdapat pada bangunan, sampai pada jenis bahan batu yang digunakan, juga dijelaskan dengan rinci oleh penulis.
Penyajian Menarik
Ditulis oleh Subhi Mahmashony Harimurti, pria yang sejak masih SMP sudah aktif berorganisasi, yang juga sempat tercatat sebagai anggota Partai Balairung UGM (Lembaga Pes Mahasiswa UGM), buku dengan ketebalan 162 halaman ini menyajikan bahasan bangunan sejarah Muhammadiyah dengan bahasa yang komunikatif sehingga mudah dipahami pembaca. Dengan pengalaman menulisnya di berbagai media, baik lokal maupun nasional, membuatnya mampu menyajikan tulisan secara sistematis tetapi tidak kaku.
Buku Bangunan Bersejarah Muhammadiyah di Yogyakarta ini memberikan gambaran yang menarik. Selain menjelaskan keberadan bangunan-bangunan amal usaha Muhammadiyah, buku ini juga dibubuhi berbagai keterangan nilai penting dan peran sumbangsih dari bangunan tersebut bagi laju-kembang Muhammadiyah. (Redaksi)
Editor: Arif