Ada buku menarik yang ditulis oleh Almarhum Prof. Dr. Nurcholish Madjid atau biasa disapa Cak Nur. Seorang cendekiawan garda depan, sang gerbong pembaharuan pemikiran Islam di Indonesia. Judul buku tersebut adalah “Pintu-Pintu Menuju Tuhan“.
Biasanya kebanyakan buku-buku Cak Nur agak berat untuk dipahami, sehingga butuh konsentrasi penuh membacanya. Namun lain dengan buku ini, menurut saya, ini salah satu buku Cak Nur yang bahasanya agak mudah untuk dicerna. Buku yang singkat karena kumpulan tulisan-tulisannya di berbagai media. Tapi isinya mendalam dan padat dengan berbagai pengetahuan-pengetahuan dari berbagai aspek keilmuan.
Dilihat dari judulnya “Pintu-Pintu Menuju Tuhan”, berarti ada banyak jalan menuju Tuhan. Mungkin sama dengan ungkapan lama yang mengatakan, “Banyak Jalan Menuju Roma”. Dalam buku ini Cak Nur memaparkan berbagai pintu menuju Tuhan, seperti pintu tauhid atau iman, pintu sejarah dan peradaban, pintu tafsir, pintu etika atau moral, pintu spritual, pintu pluralisme dan kemanusiaan, pintu sosial dan politik.
Ini hampir sama dengan buku karangan Prof Harun Nasution “Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya”, cuman karangan Prof Harun lebih bersifat akademik dan teratur. Sedangkan buku Cak Nur adalah kumpulan tulisan-tulisan lepas dan dimuat di berbagai media kemudian diklasifikasi ke berbagai judul pembahasan.
Pembahasan Cak Nur dalam buku ini cukup memberikan keilmuan tentang berbagai aspek keislaman yang diramu dengan bahasa yang tidak berat. Cak Nur betul-betul memberikan pendasaran keilmuan dalam berbagai keilmuan dalam Islam. Ketika membahas tentang keimanan, tampak begitu sangat mudah untuk dipahami. Cak Nur menyuguhkan pendekatan yang praktis dan dikaitkan dengan term-term Al-Qur’an dan Hadis, sehingga menguatkan argumentasi yang disampaikannya. Tidak sama dengan pembahasan buku-buku teologi lain yang sangat berat dan sulit dipahami.
Begitupun ketika mengupas tentang sejarah dan peradaban Islam, Cak Nur mengetengahkan berbagai sejarah peradaban. Tema-tema yang dikupas bervariatif dan mengandung nilai kesejarahan, seperti sejarah para Nabi. Di antara Nabi yang menjadi kupasan Cak Nur adalah Nabi Ibrahim.
Dalam sejarah kenabian, posisi Nabi Ibrahim menempati posisi yang sangat sentral. Ali Syariati, Cendekiawan yang terkenal asal Iran menyebut ketiga agama yaitu Yahudi, Kristen, dan Islam sebagai agama ibrahimic, karena ketiganya berasal atau bermula dari Ibrahim. Artinya, ketiga agama ini berasal dari keturunan dari Nabi Ibrahim. Ibrahim juga dikenal Bapak Tauhid atau Bapak Monoteisme.
Begitupun dengan kupasan tentang tafsir. Tafsir disini lebih menitikberatkan pandangan Cak Nur tentang berbagai tema-tema yang berkaitan dengan Tuhan, manusia, dan alam raya. Sekalipun Cak Nur bukan seorang ahli tafsir, tapi penafsirannya tentang berbagai tema cukup mendalam karena diramu dalam pendekatan kesejarahan dan hikmah-hikmah yang terkandung dalam berbagai peristiwa.
Banyak peristiwa-peristiwa kesejarahan yang dicoba diberikan interpretasi ulang sehingga menghasilkan hikmah-hikmah pemahaman yang baru. Disinilah pentingnya ilmu tafsir dikaitkan dengan ilmu kesejarahan, kedua ilmu ini sangat berkaitan, seorang ahli dalam ilmu tafsir atau mufassir seharusnya ada pengetahuannya tentang kesejarahan.
Di bagian lain yang menjadi kupasan Cak Nur sebagai pintu menuju Tuhan adalah etika atau moral. Ini adalah inti dari beragama. Dalam salah satu judul bukunya Prof Quraish Shihab, yaitu “Yang Hilang dari Kita: Akhlak”, menjadi sangat menarik untuk dibaca. Dimana betapa akhlak kita saat ini sudah terkikis dalam kehidupan sehari-hari kita.
Cak Nur sangat banyak mengangkat tema-tema yang berkaitan dengan moralitas sebagai pintu yang sangat penting menuju kepada Tuhan. Cak Nur bukan hanya banyak menuliskan tema-tema yang berkaitan dengan moralitas atau etika, tapi Cak Nur dikenal sangat tawadhu, dan bisa menjaga keseimbangan emosional atau punya kecerdasan emosional.
Salah tema etika moral dikupas Cak Nur adalah “Menahan Amarah”, dimana ajaran ini sangat penting. Sebab ciri dari orang yang punya ketaqwaan adalah “menahan marah” atau dalam bahasa Qurannya “Al kadzimina Al gaidza”.
Menahan amarah sangat berat untuk diemban, perlu latihan secara terus-menerus untuk mencapai makam “menahan amarah”. Kalau kita membaca perjalanan intelektual Cak Nur dengan berbagai kontroversi pemikirannya, banyak yang mencaci maki, memberi label yang tidak baik kepadanya. Namun respons Cak Nur tidak pernah sama sekali emosional dalam menghadapi hinaan tersebut.
Itulah salah satu pintu atau jalan menuju Tuhan, yaitu ajaran moralitas atau etika dalam kehidupan bermasyarakat. Pintu lain atau jalan menuju Tuhan adalah pintu spiritual. Pintu ini juga berkaitan dengan akhlak. Pintu ini fokus ke ibadah yang sifatnya pribadi. Ibadah-ibadah yang kita lakukan itu akan membina diri kita untuk mengarahkan menjadi menjadi manusia cerdas secara spiritual.
Di antara jalan menuju pintu spiritual adalah membiasakan diri untuk melakukan komunikasi dengan diri sendiri atau hablu min al nafs. Jalan untuk sampai kepada Tuhan dan kepada sesama manusia adalah adalah komunikasi dengan diri sendiri seperti dalam bahasa Cak Nur adalah beruzlah, menyendiri tapi bukan berarti memisahkan diri dari masyarakat.
Pintu yang lain, yakni pintu kemanusiaan, sosial, dan politik. Agama itu bukan hanya membincang tentang keimanan atau ketauhidan, namun juga pintu kemanusiaan. Dimensi tauhid harus punya vibrasi kemanusiaan. Inilah pintu-pintu menuju Tuhan yang diulas oleh Prof Nurcholish Madjid. Sebuah buku yang punya gizi tinggi, namun diulas dalam bahasa yang mudah dicerna serta disajikan dengan tema-tema yang menarik dan up to date.