Feature

Basra, Mutiara Peradaban Islam di Irak Tenggara

2 Mins read

Pernahkah kamu mendengar tentang kota di Irak yang terkenal dengan kanal-kanalnya yang indah, mirip seperti Venesia di Italia dan dijuluki dengan Venesia di Timur Tengah? Ya, kota itu adalah Basra, sebuah kota yang tidak hanya memukau dengan keindahan alamnya, tetapi juga kaya akan sejarah dan warisan intelektual.

Tahukah kamu bahwa Basra adalah tempat kelahiran tokoh-tokoh besar seperti Ibnu Haytham (Alhazen), seorang ilmuwan sekaligus matematikawan yang punya banyak penemuan penting di bidang optik., dan Hasan al-Bashri, seorang ulama sufi yang terkenal? Mari kita selami lebih dalam tentang Basra, mutiara peradaban Islam di Irak Tenggara.

Kota Basra, yang terletak di wilayah selatan Irak, menyimpan sejuta kisah yang mengukuhkannya sebagai salah satu pusat peradaban Islam paling berpengaruh sepanjang sejarah. Berdiri di tepi Teluk Persia, Basra bukan hanya kota pelabuhan yang ramai, tetapi juga menjadi saksi bisu perkembangan ilmu pengetahuan, seni, dan budaya Islam yang gemilang.

Kisah di Balik Berdirinya Kota Basra

Kota Basra didirikan pada tahun 16 H/636 M oleh Khalifah Umar bin Khattab. Pembangunan kota ini dipimpin oleh arsitek Utbah bin Gazwan. Nama Basra diambil dari jenis batu putih yang digunakan untuk membangun kota tersebut. Lokasi pembangunannya di daerah Kharibah, dekat pelabuhan Ubullah di Teluk Persia, dipilih langsung oleh Khalifah Umar. Khalifah Umar bin Khattab mengirimkan ulama-ulama dari Madinah, seperti Abu Musa al-Asy’ari, untuk mengajarkan Islam kepada penduduk Basra. Penduduk Basra sebagian besar adalah bangsa Arab Irak dari suku Rabiah dan Mudar, dengan etnis Kurdi, Persia, dan Turki sebagai minoritas.

Basra saat ini menjelma menjadi kota metropolitan yang penting di Irak, bahkan menjadi yang kedua setelah Baghdad. Perannya sebagai pusat pelabuhan minyak dan perdagangan internasional sangat vital bagi perekonomian negara. Namun, Basra bukan hanya kota industri dan perdagangan semata. Kota ini juga menawarkan kekayaan destinasi wisata yang menarik bagi para pengunjung, diantaranya yaitu sungai Shatt al Arab, Museum Basra, Pusat Kebudayaan dan Seni Basra, dan Stadium Internasional Basra.

Baca Juga  Kemiskinan Melayu: Ratu Adil di Zaman Edan

Kini, Basra telah berkembang menjadi kota metropolitan modern dengan pelabuhan dan bandara yang menunjang aktivitas ekonomi dan pariwisata.

Dari Markas Tentara hingga Pusat Ilmu Pengetahuan

Sejarah mencatat bahwa Basra didirikan pada tahun 636 Masehi di bawah perintah Khalifah Umar bin Khattab. Awalnya, kota ini berfungsi sebagai pangkalan militer strategis bagi pasukan Muslim yang tengah menaklukkan wilayah Persia. Namun, seiring berjalannya waktu, Basra berkembang pesat menjadi pusat kegiatan intelektual dan budaya yang penting di dunia Islam.

Warisan Intelektual Basra

Ketika Baghdad menjadi pusat kemajuan Islam, Basra tetap menjadi pusat kajian bahasa Arab, sastra, dan sains. Di kota ini, para pujangga Arab berkumpul dan berdiskusi, sehingga Basra dijuluki Khazanah al-‘Arab. Bahkan, ilmu Nahwu, tata bahasa Arab, berkembang pesat di tangan para ulama Basra. Basra telah melahirkan banyak tokoh besar yang memberikan sumbangsih penting bagi peradaban Islam. Berikut ini beberapa di antaranya:

  • Ulama: Amr bin al-Ula, Yunus bin Habib, Isa bin Amr, al-Khalil bin Ahmad bin Amr, al-Asma, dan Sibawaihi.
  • Pemikir: Hasan al Basri dan Wasil bin Ata.
  • Penyair: Farazdaq, Bisyar bin Bard, Muslim bin Wahid, dan Abu Nuwas.

Masjid Agung Basra

Masjid Agung Basra merupakan salah satu peninggalan Khalifah Umar bin Khattab yang didirikan oleh Utbah bin Ghozwan. Masjid ini memegang dua peran penting yaitu sebagai  masjid pertama di Irak dan pusat pembelajaran agama. Fikih, hadis, ushul, dan filsafat diajarkan di sini. Selain itu, Masjid Agung Basra juga menjadi tempat diskusi bagi para cendekiawan dari berbagai zaman. Mereka bertukar pikiran tentang berbagai disiplin ilmu, mulai dari tata bahasa Arab sampai teologi, yang memperkaya khazanah intelektual Islam.

Baca Juga  Ketika Al-Ma'mun dan Aristoteles Dialog Tentang Dunia Islam

Referensi

Rahmap, R. Aliran Basrah; Sejarah Lahir, Tokoh Dan Karakteristiknya.

Al Anang, A. (2019). Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan dalam Islam. Fajar Historia: Jurnal Ilmu Sejarah dan Pendidikan, 3(2), 98-108.

Madjid, N., Munawar-Rachman, B., & Ali-Fauzi, I. (Pim. Red.). (2001). Ensiklopedi Islam untuk pelajar. PT Ichtiar Baru Van Hoeve.

Editor: Soleh

Herawati Irawan
2 posts

About author
Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Articles
Related posts
Feature

Rakernas dan Dinamika Dunia Wakaf

4 Mins read
Jogja, Jumat 1 November 2024. Pukul 05.30 pagi dengan sebuah mobil dari Ringrud Selatan Jogja kami menuju Kartasura. Di perjalanan ikut bergabung…
Feature

Perkuat Toleransi Sejak Dini: Cerita Pesantren Muhammadiyah Terima Kunjungan SMA Kristen

2 Mins read
Kunjungan studi yang dilakukan oleh para siswa Sekolah Kanisius Jakarta ke pesantren Muhammadiyah Al-Furqon, sejak Rabu, 30/10/2024 sampai Jum’at, 1/11/2024 merupakan sebuah…
Feature

Tasawuf di Muhammadiyah (1): Lahirnya Neo-Sufisme

4 Mins read
Ketika mendiskusikan tasawuf di Muhammadiyah, maka yang dibicarakan adalah tasawuf bentuk baru atau Neo-Sufisme. Muhammadiyah sendiri—dalam hal ini tokoh-tokohnya—tidak menolak sepenuhnya tentang…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds