Fatwa

Bedanya Isa Al-Masih dan Dajjal Al-Masih

4 Mins read

Membaca Al-Qur’an merupakan salah ibadah non-mahdah yang dilakukan oleh semua umat Islam. Aktivitas tersebut tentunya mendatangkan pahala bagi mereka yang melakukannya.

Bagi mereka yang kerap kali membaca Al-Qur’an, pasti tak asing mendengar kata al-masih yang tercantum di dalam Al-Qur’an yang disematkan kepada Nabi Isa as (Isa Al-Masih).

Dalam salah satu doa yang diajarkan Rasulullah pun, yakni doa untuk berlindung dari fitnah Dajjal, ternyata kata al-Masih juga disematkan pada Dajjal itu sendiri (min fitnatil masih ad-dajjal).

Lalu pertanyaan yang kiranya mengusik benak kita, apa kira-kira makna dari al-masih itu sendiri? Kenapa bisa disematkan di dua sosok baik dan buruk sekaligus?

Makna Al-Masih

Melansir penjelasan Divisi Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah dalam suaramuhammadiyah.id, Al-Masih secara bahasa berasal dari kata masaha yamsahu mashan yang artinya mengusap, menghapus, atau pergi. Kata al-Masih juga memiliki ragam makna jika dikaitkan dengan kalimat lainnya (al-Munjid fi Lughati wa al-A‘lam, 758, al-Munawir, 1332, Lisan al-‘Arab, 4197).

“Kata al-Masih berasal dari bahasa Ibrani, artinya adalah berkah, yakni keberkahan yang diberikan kepada para nabi atau orang yang meniadakan kezaliman dan memberikan petunjuk untuk manusia (Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Munir, II/250-251)” seperti itu yang tertulis dalam suaramuhammadiyah.id.

Dinukil dari Rasyid Rida, kata al-Masih menggunakan huruf (sin) adalah kata serapan dari bahasa Ibrani yaitu kata al-Masyih menggunakan huruf (syin) mengandung makna gelar raja.

Menurut tradisi mereka bahwa orang yang mempunyai kekuasaan atau kerajaan kepalanya diusap dengan minyak suci dalam suatu upacara pelantikan.

Oleh karenanya, mereka menyebut kerajaan dengan sebutan اْلمَسْحُ (al-Mashu) dan menyebut raja dengan sebutan الْمَسِيْحُ (al-Masih) (lihat Tanya Jawab Agama Jilid 7 dalam 169).

Makna al-Masih Isa dan al-Masih Dajjal

Makna al-Masih dapat berubah sesuai konteksnya, seperti pada kata Isa dan Dajjal yang memiliki makna berbeda.

Kata al-Masih dikaitkan dengan kata Isa الْمَسِيحُ عِيسَى artinya orang yang benar, demikian menurut Abu Haisam.

Menurut Ibnu Sidah kata tersebut disandarkan kepada Isa karena kejujurannya, atau orang yang selalu berjalan di bumi tidak menetap, mengusap dengan tangannya kepada orang yang buta matanya dan berpenyakit kusta menjadi sembuh atas izin Allah (Lisan al-Arab, 4197).

Baca Juga  Gambaran Malam Lailatul Qadar

Seperti disebutkan dalam sebuah syair:

إِذَا المَسِيْحُ يَقْتُلُ اْلمَسِيْحَ

Ketika Nabi Isa membunuh Dajjal.

Isa dikatakan al-Masih artinya seorang raja, makna ini dalam pengertian ruhaniah bukan secara fisik (Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Munir, II/250-251).

Di kalangan ahlul kitab sudah mengenal akan datang al-Masih dari kalangan mereka dan berkeyakinan bahwa al-Masih akan mengembalikan kekuasaan di bumi ini yang telah hilang.

Oleh sebab itu, setelah lahir Nabi Isa yang diberi gelar al-Masih, mereka beriman dan berkeyakinan bahwa orang inilah yang diberitakan oleh para nabi sebelumnya.

Isa dijuluki al-Masih karena Allah Swt mengangkatnya ke langit dan menyerupakan wajah seseorang dengan wajahnya. Hal ini untuk menyelamatkan Isa dari orang-orang kafir (al-Misbah al-Munir fi Tahzib Tafsir Ibnu Kasir, 172).

Adapun kata al-Masih dikaitkan dengan ad-Dajjal الْمَسِيحِ الدَّجَّال artinya sifat yang buruk, buta mata demikian menurut Abu Ubaidah (Lisan al-Arab, 4196).

Kata Dajjal itu sendiri memiliki arti menarik, menyerat, pendusta, pemalsu, atau seorang yang buta matanya. وَالدَّجَّالُ هُوَ اْلمَسِيْحُ اْلكَذَّابُ, Dajjal adalah al-Masih yang pendusta (Lisan al-Arab, 1329).

Jika dua kata digabung al-Masih ad-Dajjal berarti seorang pendusta atau pembohong. Sehingga suatu saat akan ada orang yang mengaku al-Masih seperti al-Masih Isa tetapi berperilaku buruk seperti Dajjal.

Dalil al-Masih Dajjal dan al-Masih Isa

Kata Dajjal sendiri ditemukan pada 4056 hadis, sedangkan kata Dajjal yang diiringi kata fitnah atau fitnati Dajjal sebanyak 341 hadis dan kata Dajjal yang diiringi kata al-Masih atau fitnati masihi Dajjal sebanyak 330 hadis. Di antara hadis yang menjelaskan makna tersebut adalah:

عَائِشَةَ رضى الله عنها قَالَتْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ يَسْتَعِيذُ فِى صَلاَتِهِ مِنْ فِتْنَةِ الدَّجَّالِ [رواه البخاري]

Dari Aisyah r.a. (diriwayatkan), aku mendengar Rasulallah Saw memohon perlindungan dalam shalatnya dari fitnah Dajjal [H.R. al-Bukhari].

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ إِذَا تَشَهَّدَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللهِ مِنْ أَرْبَعٍ يَقُولُ اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ [رواه مسلم]

Baca Juga  Apa Hukum Mengadakan MTQ?

Dari Abu Hurairah r.a. (diriwayatkan) ia berkata, Rasulullah Saw bersabda: Apabila salah seorang dari kalian tasyahud maka mohon perlindunganlah kepada Allah dari empat hal, ia berdoa: Ya Allah aku berlindung kepada–Mu dari siksa neraka jahanam, siksa kubur, fitnah hidup dan mati dan dari keburukan fitnah al-Masih ad-Dajjal [H.R. Muslim].

عَنْ أَبِى بَكْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ قَالَ لاَ يَدْخُلُ الْمَدِينَةَ رُعْبُ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ، لَهَا يَوْمَئِذٍ سَبْعَةُ أَبْوَابٍ، عَلَى كُلِّ بَابٍ مَلَكَانِ [رواه البخاري]

Dari Abu Bakrah r.a. (diriwayatkan) dari Nabi Saw bersabda: Kejahatan al-Masih ad-Dajjal tidak dapat masuk kota Madinah, pada waktu itu ada tujuh pintu masing-masing dijaga oleh dua malaikat [H.R. al-Bukhari].

Dari ketiga hadis tersebut dan beberapa hadis yang semakna menunjukkan bahwa kata al-Masih yang dikaitakan dengan kata Dajjal mengandung makna negatif (pendusta, huru hara akhir zaman atau keburukan lainnya dari fitnah Dajjal).

Oleh karenanya umat Islam dianjurkan berdoa memohon perlindungan diri kepada Allah Swt dari bahaya Dajjal dan peristiwa buruk di akhir zaman.

***

Adapun kata al-Masih yang dikaitkan pada Isa disebut dalam Al-Qur’an sebanyak delapan kali, yakni pada surah Ali-Imran (3) ayat 45, an-Nisa (4) ayat 157, 171-172, al-Maidah (5) ayat 17, 72, 75, dan at-Taubah (9) ayat 30.

Sedangkan kata al-Masih Isa yang disebut dalam hadis Nabi Saw ada sekitar 36 hadis.

Di antara beberapa dalil yang menjelaskan sebutan al-Masih untuk Isa adalah:

إِذْ قَالَتِ الْمَلَائِكَةُ يَا مَرْيَمُ إِنَّ اللهَ يُبَشِّرُكِ بِكَلِمَةٍ مِنْهُ اسْمُهُ الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ وَجِيهًا فِي الدُّنْيَا وَالْآَخِرَةِ وَمِنَ الْمُقَرَّبِينَ [آل عمران (3): 45]

Ingatlah ketika para Malaikat berkata: Wahai Maryam sesungguhnya Allah menyampaikan kabar gembira kepadamu tentang sebuah kalimat (firman) dari-Nya (yaitu seorang putra) namanya al-Masih Isa putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan kepada Allah [Q.S. Ali ‘Imran (3): 45).

وَقَوْلِهِمْ إِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيحَ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُولَ اللهِ وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُوا فِيهِ لَفِي شَكٍّ مِنْهُ مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ وَمَا قَتَلُوهُ يَقِينًا. بَلْ رَفَعَهُ اللهُ إِلَيْهِ وَكَانَ اللهُ عَزِيزًا حَكِيمًا [النسآء (4): 157-158]

Baca Juga  Buya Hamka, Bukan Pembuat Fatwa Larangan Ucapan Selamat Natal

(Kami hukum juga) karena ucapan mereka sesungguhnya kami telah membunuh al-Masih Isa putra Maryam utusan Allah, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh adalah) orang yang diserupakan dengan Isa. Sesungguhnya mereka yang berselisih pendapat tentang (pembunuhan) Isa selalu dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka benar-benar tidak tahu (siapa sebenarnya yang dibunuh itu) melainkan mengikuti persangkaan belaka jadi mereka tidak yakin telah membunuhnya. Tetapi Allah telah mengangkat Isa ke hadirat–Nya, Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana [Q.S. an-Nisa (4): 157-158].

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ يُوشِكُ الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ أَنْ يَنْزِلَ حَكَماً قِسْطاً وَإِمَاماً عَدْلاً فَيَقْتُلَ الْخِنْزِيرَ وَيَكْسِرَ الصَّلِيبَ وَتَكُونَ الدَّعْوَةُ وَاحِدَةً. فَأَقْرِئُوهُ أَوْ أَقْرِئْهُ السَّلاَمَ مِنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ وَأُحَدِّثُهُ فَيُصَدِّقُنِى فَلَمَّا حَضَرَتْهُ الْوَفَاةُ قَالَ أَقْرِئُوهُ مِنِّى السَّلاَمَ. [رواه أحمد]

Dari Abu Hurairah (diriwayatkan) ia berkata, Rasulullah Saw bersabda: Hampir saja Isa putra Maryam turun sebagai seorang hakim dan imam yang adil, ia akan membunuh babi dan menghancurkan salib, dan hanya akan ada satu dakwah (Islam), maka hendaknya kalian sampaikan kepadanya, atau sampaikanlah salam dari Rasulullah Saw. Aku menceritakannya dan ia membenarkanku, ketika datang masa ajalnya Abu Hurairah berkata: Sampaikanlah salam dariku kepadanya [H.R. Ahmad].

Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa kata al-Masih memiliki makna yang berbeda ketika disandarkan kepada kalimat lainnya.

“Jadi, kata al-Masih yang disandarkan kepada Isa atau al-Masih Isa mengandung makna positif yakni jujur, nama gelar dan penghormatan seperti sultan, raja, raden, kanjeng, atau lainnya. Sedangkan kata al-Masih yang disandarkan kepada Dajjal atau al-Masih ad-Dajjal mengandung makna negatif yakni pendusta dan bahaya huru hara akhir zaman.” begitulah pendapat Muhammadiyah yang tertulis dalam suaramuhammadiyah.id.

Editor: Yahya FR

Avatar
1457 posts

About author
IBTimes.ID - Rujukan Muslim Modern. Media Islam yang membawa risalah pencerahan untuk masyarakat modern.
Articles
Related posts
Fatwa

Meluruskan Bacaan Takbir Hari Raya: Bukan Walilla-Ilhamd tapi Walillahilhamd

1 Mins read
IBTimes.ID – Membaca takbir ketika hari raya merupakan salah satu sunnah atau anjuran yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Anjuran tersebut termaktub di…
Fatwa

Menggibahi Orang Lain di Group WhatsApp, Bolehkah?

2 Mins read
Di era banjirnya informasi yang tak dapat terbendungkan, segala aktivitas manusia nampaknya bisa dilacak dan diketahui dari berbagai media sosial yang ada….
Fatwa

Fatwa Muhammadiyah tentang Tarekat Shiddiqiyyah

4 Mins read
IBTimes.ID – Menurut Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, tarekat adalah jalan, cara, metode, sistem, mazhab, aliran, haluan, keadaan dan atau tiang…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds