Sudah diketahui di dalam sejarahnya, bahwa umat Islam terpecah menjadi beberapa golongan. Sejak awal-awal masa kaislaman, sudah nampak adanya firqoh-firqoh yang berbasis akidah di tubuh umat Islam seperti Murjiah, Khawarij, Syiah, Mu’tazilah.
Secara umum, di antara kelompok yang masih bertahan hingga hari ini addalah Syiah, Khawarij Ibadhiyah yang menempati daerah Oman dan Ahlussunnah dengan berbagai macam variannya.
Perbedaan antara Sunni dan Syiah yang notabene memiliki kekuatan besar di dunia Islam saat ini adalah berawal dari konflik politik yang akhirnya mengkristal menjadi perdebatan teologi.
Perbedaan mendasar antara keduanya adalah konsep imamah, yaitu apakah Rasul Saw mewasiatkan imamah kepada salah seorang sahabatnya di dalam melanjutkan jabatannya sebagai kepala negara atau justru memberikan ruang kepada umatnya untuk bermusyawarah di dalam penentuan kepemimpinan setelah Rasul? Untuk yang pertama dianut oleh kalangan Syiah sedangkan yang kedua adalah faham yang dianut oleh Sunni.
Perbedaan politik tersebut yang selanjutnya menjelma menjadi perdebatan teologi, memproduksi pola-pola pemikiran teologis yang detail dan rinci. Paham imamah yang dibawa oleh kelompok Syiah diduga telah banyak membawa dampak pemikiran-pemikiran lain yang sangat jauh berbeda degan kelompok Sunni.
Sebut saja salah satunya yang sering dituduhkan oleh orang-orang Sunni bahwa orang Syiah memiliki Al-Qur’an yang berbeda dengan kaum Sunni, yang mana ayat-ayat yang disinyalir berbeda tersebut adalah ayat-ayat tentang wasiat kepemimpinan Ali untuk menggantikan Rasulullah Saw sebagai kepala negara.
Al-Qur’an Sunni dan Syiah itu Sama
Benarkah demikian? Di dalam beberapa kitab Ulumul Qur’an Syiah, banyak ditemukan secara tegas bahwa pandangan Syiah tentang Al-Qur’an sama sekali tidak berbeda dengan Al-Qur’an yang diyakini oleh orang-orang Sunni.
Sayyid Muhammad Baqir al-Hakim dalam kitabnya Ulum al-Qur’an menyebutkan:
إن المسلمين جميعا سنة وشيعة –بالرغم من اختلاف مذاهبهم الفقهية والكلامية وتعدد آرائهم ومواقفهم في فهم التأريخ والسنة وتفسرهم للأحداث- متفقون على تداول نص واحد من القرآن وفي جميع العصور بحيث لا نجد في جميع الاصقاع والأقطار الإسلامية أو غيرها وفي زوايا المكتبات القديمة والحديثة أي نص آخر للقرآن الكريم غير النص الذ يتداولونه بشكل عام…
“Sesungguhnya seluruh Umat Islam –tak peduli apapun mahdzhabnya dalam fiqih ddan kalam- mereka bersepakat atas tersebarnya satu mushaf dari al-Qur’an dan di setiap masa. Kita tak pernah mendapati di tempat-tempat dimana ditinggali padanya umat Islam dan di setiap perpustakaan-perpustakaan, adanya Al-Qur’an yang berbeda dari Al-Qur’an yang tersebar hari ini di dunia Islam”.
***
Sayyid Riyadh Hakim di dalam kitab Ulum al-Qur’an Durus wa Manhaj mengutip banyak sekali penegasan ulama-ulama Syiah yang menegaskan bahwa keyakinan Tahrif Al-Qur’an adalah keyakinan menyimpang yang berujung pada kedustaan, di antara yang ia kutip aalah ulama Syiah bernama Abu Ja’far Ibn Hasan al-Thusy ia berkata:
وأما الكلام في زيادته ونقيصته فمما لا يليق بهذا الكتاب المقصود منه العلم بمعاني القرآن لأن الزيادة منه مجمع على بطلانها والنقصان منه فالظاهر أيضا من مذهب المسلمين خلافه وهو الأليق بالصحيح من مذهبنا
“Adapun pendapat yang mengatakan adanya penambahan ayat Al-Qur’an dan pengurangannya, maka hal ini tidak pantas dalam kaitannya dengan kitab suci tersebut yang ilmu tentang makna-makna al-Qur’an diambil darinya, karena penambahan darinya disepakati kekeliruannya dan pengurangan darinya telah jelas menyimpang dari madzhab umat Islam dan pendapat tersebut adalah yang benar menurut madzhab kami”.
Hal ini membuktkan bahwa fakta di dalam literatur-literatur Syiah – khususnya dalam literatur Ulumul Qur’an – tentang persoalan Tahrif Al-Qur’an berbeda dengan yang selama ini dituduhkan oleh sebagian kelompok Sunni itu keliru.
***
Memang pada faktanya kelompok yang menuduh adanya keyakinan bahwa Al-Qur’an telah dirubah juga memiliki bukti yang bersifat historis, bahwa sebagian kalangan dari kelompok Syiah menilai bahwa Al-Qur’an Mushaf Utsmani yang terkodifikasi di era Utsman tidaklah valid. Menurut mereka, ada niat buruk untuk menghilangkan ayat-ayat pujian tentang Ali.
Bahkan yang tercatat di dalam sejarah, yang terlibat dalam dugaan tahrif tidak hanya Syiah namun juga kelompok Mu’tazilah. Sebagian mereka berpendapat bahwa ayat-ayat tertentu di dalam Al-Qur’an yang mengandung hujatan kepada musuh Nabi tidak mungkin ia bagian dari pada Al-Qur’an atau dengan kata lain ia tidak mungkin bersumber dari Allah Swt.
Akibat dari adanya konstruksi sejarah yang demikian berimbas pada tuduhan bahwa kelompok Syiah memiliki keyakinan bahwa Al-Qur’an yang ada hari ini di tangan umat Islam belumlah lengkap karena ada ayat yang disembunyikan. Hal ini menjadi logis karena kelompok yang masih eksis adalah Syiah, maka tuduhan tersebut tertuju kepadanya.
Bahkan salah satu ahli tafsir kenamaan di Indonesia Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy mengatakan bahwa Syiah menganggap bahwa Mushaf Utsmani yang beredar hari ini terdapat kekurangan dua surah. Berbeda dengan Hasbi Ash-Shiddieqy, Quraish Shihab berkomentar bahwa kelompok Syiah yang menyatakan adanya tahrif daripada Al-Qur’an bukan bagian dari Syiah Zaidiyah dan Itsna Asyariah.
Terlepas dari pro dan kontra yang ada terkait tuduhan bahwa Syiah menganggap adanya kekurangan surah atau ayat di dalam Al-Qur’an, sejatinya referensi-referensi standar ulumul Qur’an di kalangan kelompok Syiah memberikan fakta yang berbeda dari apa yang selama ini dituduhkan.
Penulis: Fajar Islami
Editor: Soleh