IBTimes.ID – Staf Ahli pada Satgas Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Muhammad Suaib Tahir mengatakan bahwa narasi yang dikembangkan oleh kelompok ekstrimis jauh lebih produktif dan efektif dibandingkan narasi dari kelompok moderat.
“Mereka (kalangan ekstrimis) sangat militan, meskipun sebenarnya jumlahnya sedikit tapi mendominasi di media sosial,” ujar Suaib dalam Webinar Internasional Seri Literasi Keagamaan Lintas Budaya. Webinar tersebut digelar oleh Universitas Muslim Indonesia (UMI) dan Institut Leimena, Kamis (11/8/2022).
Situasi itu, imbuhnya, telah berhasil mempengaruhi kalangan muda. Dalam wawancara dengan sejumlah calon karyawan BUMN, BNPT menemukan beberapa anak muda yang baru lulus kuliah atau tamat SMA menyatakan akan mengikuti pandangan ustadnya jika diminta pergi berjihad ke Suriah.
“Beberapa waktu lalu, saya ditelepon keluarga di Indonesia untuk menyampaikan bagaimana kami bisa memulangkan anak-anak mereka yang masih muda di Suriah. Karena mereka tertahan tidak bisa kembali ke Indonesia. Mereka terpengaruh media sosial,” ujar Suaib.
Ketua Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar (OIAA) Cabang Indonesia, Tuan Guru Bajang (TGB) HM Zainul Majdi, mengatakan ekstremisme berakar dari pemahaman agama yang salah. Itu sebabnya, perlu adanya intervensi pendidikan secara serius di dalam ruang-ruang kelas dengan memastikan materi keagamaan bisa mengakomodasi keberagaman. Selain itu, guru juga harus memiliki kualifikasi pemahaman agama yang moderat.
“Kalau bicara intervensi pendidikan, materi-materi keislaman yang kita ajarkan di semua jenjang pendidikan harus kita ‘sisir’. Tidak ada artinya kita bernarasi di webinar, berbicara di tingkat intelektual tapi menanam benih sebaliknya,” tandas Zainul.
Senior Fellow Institut Leimena Alwi Shihab mengatakan Institut Leimena bekerja sama dengan UMI dan beberapa institusi melakukan pelatihan LKLB karena menyadari peran penting pendidikan untuk menanamkan nilai-nilai inklusif. Pelatihan secara daring tersebut telah diikuti sekitar 2.400 guru madrasah dan pesantren.
Direktur Eksekutif Institut Leimena, Matius Ho, mengatakan webinar seri LKLB dilatarbelakangi oleh pelaksanaan The First International Conference on Religious Extremism: The Intellectual Premises and Counter Strategies di Kairo, Mesir, pada 7-9 Juni 2022. Konferensi itu antara lain merekomendasikan pentingnya dunia pendidikan dalam mengatasi masalah ekstremisme, terutama dalam kurikulum pendidikan, pendidikan dasar anak-anak, serta para guru dan spesialis pendidikan lainnya.
Dalam konteks itu, pelatihan LKLB menekankan kepada penguatan solidaritas sesama anak bangsa dan umat manusia yang berbeda agama dan kepercayaan dengan melatih kemampuan bekerja sama dalam masyarakat majemuk.
Rektor UMI, Basri Modding, mengatakan UMI secara konsisten menerapkan pendidikan inklusif. Contohnya, Pesantren Darul Mukhlisin beberapa waktu lalu menerima kunjungan dari pimpinan American Jewish Committee untuk melakukan dialog lintas agama.
(IL/Chr)