Terkait Laporan Koalisi Pegiat HAM Yogyakarta melaporkan Megawati melalui surat yang dikirimkan ke Komnas Perempuan lewat Kantor Pos Besar Yogyakarta, Rabu (22/2). saya Ulfah Mawardi merasa tindakan pelaporan tersebut tidak tepat dan keliru. Karena bagi saya, yang hadir dan mendengar langsung Ibu Megawati di acara tersebut menganggap perkataan Bu Mega itu adalah ajakan dan dorongan agar pengajian itu berkemajuan.
Ibu Megawati sama sekali tidak melarang atau menganggap negatif Ibu-ibu ke pengajian karena acara tersebut adalah “Kick off meeting Pancasila dengan tema Gerakan Semesta Berencana Mencegah Stunting, Kekerasan Seksual Pada Anak Dan Perempuan, Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), Serta Mengantisipasi Bencana,” maka contoh pengajian yang disebut Ibu Mega di acara tersebut, menurut saya adalah baik dan starategis, kenapa?
Pertama, pengajian sebagai salah satu wadah Ibu-ibu mentransfer nilai dan pemahaman tentang agama yang selama ini bersifat fiqih, diarahkan kedepannya menjadi wadah yang lebih progresif dan berkemajuan yakni yang bisa menjawab berbagai persoalan bangsa seperti stunting, KDRT kekerasan dan bencana.
Ibu Megawati malah mengawali sebelum bilang kalimat tersebut, maaf yah…maaf yah ” nanti saya jangan di bully, beribu-ribu maaf”. Bu Mega sudah tau konsekuensi dari ucapan-ucapan beliau… Tapi sebenarnya itu autokritik untuk kita khususnya islam/muslimah yang sering ikut pengajian karena mayoritas penduduk kita adalah muslim maka masyoritas kena stunting,
KDRT, kekerasan seksual, dan bencana alam yah anak-anak kita. Bahkan Bu Mega juga menyebut saya juga pernah ikut pengajian, saya ini Muslim loh, naik haji dan umroh beberapa kali.
Kedua, pesan yang disampaikan Bu Mega bahwa Ibu-ibu jangan hanya ikut pengajian tapi tidak dapat memanaj keluarga, tidak dpt mengadvokasi diri, tidak berdaya dengan budaya patriarki, tidak dapat memberikan pengasuhan yang baik pada anak sehingga kena Stunting, tap Ibu-ibu harus cerdas memanaj keluarga, harus maju dan berdaya.
Pengajian yang berkemajuan itu harus mampu melakukan gerakan-gerakan advokasi dan pemberdayaan, khususnya pada perempuan dan anak. Inilah pengejawantahan Pancasila dalam tindakan yang sejatinya dapat dilakukan dalam pengajian yang berkemajuan. Jadi, Bu Mega itu mendorong pengajian yang progresif.
Ketiga, dari yang saya tangkap, Bu Mega menyampaikan pesan politik; ketika semua ketum politik sibuk membahas capres dan cawapres, Bu Mega membuat kegiatan yang saya rasa tidak pernah dilakukan oleh ketum partai lain. Beliau mengundang menteri-menteri, kapolri beberapa kepala lembaga tinggi negara, beberapa kepala daerah, ormas dan lapisan masyarakat bahkan mungkin tepatnya “memerintahkan” menteri-menteri dari kader partainya, untuk memikirkan dan mencari solusi terkait persoalan riil yang dialami masyarakat dan rakyat Indonesia saat ini, yakni stunting, KDRT kekerasan seksual dan bencana alam. yang banyak menjadi korban adalah perempuan dan anak.
Harapan Bu Mega pengajian yang berkemajuan kedepannya berfungsi sebagai wadah Pendidikan Politik untuk menyelesaikan persoalan-persoalan kebangsaan seperti manajemen keluarga yang baik, pencegahan stunting, KDRT kekerasan seksual dan bencana alam. Jangan sebaliknya, pengajian disalahgunakan untuk kepentingan politik yang sempit dan merusak tatanan kebangsaan kita.
Demikian semoga bermanfaat.