Inspiring

Bung Hatta & Sepatu Bally: Tak Ada Hasrat untuk Korupsi

3 Mins read

Sudah tidak tabu lagi, Indonesia memiliki kasus korupsi terbanyak. Sering kita lihat berita dengan topik korupsi menghiasi layar kaca yang dilakukan oleh pejabat negara.

Penyakit berbahaya yang menggerogoti negara di mana dilakukan oleh beberapa pihak atau oknum tertentu guna kepentingan pribadinya. Jika hal ini terus dibiarkan, pasti akan menular dan fatalnya bisa menyebabkan suatu negara gulung tikar.

Korupsi: Perbuatan yang Merusak

Korupsi berasal dari bahasa Latin, corruptio (dari kata kerja corrumpere), yang artinya busuk, rusak, menggoyahkan, atau memutar balik. korupsi merupakan suatu perbuatan yang merusak atau menyebabkan kerusakan.

Korupsi mempunyai dampak berbahaya. Cara kerja korupsi mirip rayap. Binatang ini memakan bagian dalam bangunan secara berkala dan membiarkan bagian luarnya nampak utuh. Alhasil saat kita tersadar, bangunan tersebut sudah roboh, rata dengan tanah. Cara kerjanya yang diam-diam, samar, dan di bawah permukaan.

Bung Hatta dan Sepatu Bally

Saat saya menulis tentang topik korupsi, terlintas di pikiran saya sosok pahlawan bersahaja yang kerap dipanggil Bung Hatta. Nama ini sudah banyak dikenal dan perjuangannya pun sudah tidak diragukan lagi terhadap Indonesia.

Seorang wakil presiden yang sungguh besar jasa-jasanya. Namun, saya di sini tidak akan membahas tentang perjuangannya. Melainkan ada hal lain yang menarik pikiran saya yaitu tentang kisah di balik sepatu Bally. Di masanya, sepatu Bally merupakan sepatu dengan merek ternama. Berkualitas bagus dan harganya pun tidak murah. Lantas apa hubungannya sepatu Bally dengan Bung Hatta?

Cerita ini dikutip dari buku Suara Dari Kelas Kecil. Ketika itu,Bung Hatta ingin sekali membeli sepatu Bally. Kalau kita mengaitkan hal ini di zaman sekarang, sebagai seorang wakil presiden, pasti akan mampu membelinya.

Baca Juga  Perjuangan Pendidikan dalam Melawan Korupsi

Dan ya, bukan hanya wakil presiden saja yang mampu membelinya. Sebut saja para anggota dewan, para menteri, para pejabat di negeri ini pasti mampu membelinya. Kembali lagi ke topik Bung Hatta.

Ia sangat menginginkan sepatu Bally. Sampai-sampai  lembaran kertas iklan berisikan sepatu Bally, ia simpan dalam dompetnya. Berharap suatu hari bisa menghubungi penjualnya dan kemudian membelinya.

Karena keinginannya, Bung Hatta bekerja keras dengan menyisihkan uang dari gajinya. Namun hal yang mengharukan terjadi, sampai akhir hayatnya ia tidak mampu membeli sepatu ini. Karena uang dari gaji yang ia sisihkan, habis untuk keperluan yang lebih prioritas. Sebagai sosok wakil presiden, kalau Bung Hatta mau ia bisa mendapatkan sepatu Bally dengan mudah. Meminta bantuan dari para kenalannya atau duta besar untuk mendapatkannya. Tentu dengan senang, mereka akan membantunya. Tapi beliau tidak melakukan hal itu. Sifat seperti inilah keistimewaan dari Bung Hatta. Beliau tidak mau memperoleh sesuatu demi kepentingan pribadi dengan memanfaatkan kekuasaan yang ada padanya.

Sikap yang Mulia

Bagi saya, sikap ini mencerminkan bahwa Bung Hatta tidak hanya sederhana dan jujur, tetapi juga tidak terkorupsikan (uncorruptable).

Kejujuran hati yang dimiliki, membuat Bung Hatta tidak mau menodai diri dengan melakukan tindak korupsi yang dapat merusak integritasnya. Bung Hatta tentu paham betul bahwa korupsi merupakan penyakit menular yang amat berbahaya dan mematikan.

Beberapa penelitian menjelaskan, sebenarnya perilaku korupsi bisa terbentuk oleh hal yang dianggap remeh atau sepele. Contohnya saat remaja sedang mengerjakan ulangan, kemudian ia menyontek (cheating), menjiplak tugas sekolah, membohongi orang tua atau membohongi guru dan sebagainya.

Jika tindakan tidak jujur ini dilakukan secara terus menerus, akibatnya bisa berdampak menuju ke arah perilaku korupsi saat dewasa kelak. Kenapa? Karena ada bibit-bibit ketidakjujuran yang tumbuh.

Baca Juga  Pilkada di Tengah Covid-19: Ilusi dan Dosa Sosial

Bibit ini bisa berkembang yang nantinya dapat menggerogoti karakter dan moral jika dibiarkan tanpa ada upaya pencegahan dan perbaikan. Lambat laun, perilaku ketidakjujuran ini bisa menjadi kebiasaan yang tertanam kuat.

Seperti petuah bijak dari Mahatma Gandhi, ”Pikiranmu akan menjadi ucapanmu. Ucapanmu akan menjadi perilakumu. Perilakumu akan menjadi kebiasaanmu. Kebiasaanmu akan menjadi karaktermu. Karaktermu akan menjadi takdirmu,”. Begitulah petuah bijak mengatakan.

Perilaku tidak baik seperti ketidakjujuran jika mengalami pembiaran, maka bisa menimbulkan dampak merugikan di masa depan. Dari Bung Hatta kita bisa belajar apa arti integritas, kejujuran dan kesederhanaan. Menahan diri dan tentunya uncorruptable (tidak korupsi).

Tidak menghalalkan segala cara untuk mencapai kepentingan pribadinya dan tidak memperkaya diri dengan cara yang tidak benar. Dengan banyaknya kasus korupsi yang sudah merambah dan meluas sekarang, Indonesia memerlukan banyak teladan seperti Bung Hatta.

Negarawan jujur, bijak dan mampu melayani masyarakat dengan segenap jiwa. Sosok pemimpin yang tidak suka menanam tebu di bibir. Terbesit sebuah pertanyaan, Kalau Bung Hatta saja tidak malu untuk hidup sederhana dan tegas menolak korupsi, lantas kenapa kita tidak mengikuti langkahnya?

Kejujuran memang hal langka di zaman sekarang. Namun kejujuran juga hal yang sangat berharga yang harus dijaga. Karena hal itu, bisa menjadi tolak ukur kualitas dari karakter seseorang. Seperti dikutip dari sahabat Nabi Ali bin Abi Thalib “Kejujuran mendatangkan tiga hal pertama kepercayaan, kedua, rasa cinta, dan ketiga, rasa hormat.”

Editor: Yahya FR

AdministratorIB
103 posts

About author
IBTimes.ID - Kanal Moderasi Islam. Sebuah media online yang berprinsip pada wasathiyah Islam dengan memadukan doktrin keislaman, perkembangan sains mutakhir, dan nilai keindonesiaan.
Articles
Related posts
Inspiring

Imam Al-Laits bin Saad, Ulama Besar Mesir Pencetus Mazhab Laitsy

3 Mins read
Di zaman sekarang, umat Islam Sunni mengenal bahwa ada 4 mazhab besar fiqh, yang dinisbahkan kepada 4 imam besar. Tetapi dalam sejarahnya,…
Inspiring

Ibnu Tumart, Sang Pendiri Al-Muwahhidun

4 Mins read
Wilayah Maghreb merupakan salah satu bagian Dar al-Islam (Dunia Islam) sejak era Kekhalifahan Umayyah. Kebanyakan orang mengenal nama-nama seperti Ibnu Rusyd, Ibnu…
Inspiring

Kenal Dekat dengan Abdul Mu'ti: Begawan Pendidikan Indonesia yang Jadi Menteri Dikdasmen Prabowo

3 Mins read
Abdul Mu’ti merupakan tokoh penting dalam dunia pendidikan dan organisasi Islam di Indonesia. Ia dikenal sebagai Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds