Kehidupan yang Penuh Keteladanan
Ahmad Syafii Maarif atau yang sangat akrab disapa Buya Syafii adalah salah satu tokoh cendekiawan, ulama, dan negarawan yang hidupnya penuh akan keteladanan. Keteladanan yang Buya Syafii ajarkan bukan hanya dalam lisan ataupun omong kosong belaka. Namun, beliau memberikan keteladanan yang tercermin dalam perilaku sehari-hari dimanapun Buya Syafii berada dan dengan siapapun Buya bersama.
Salah satu keteladanan Buya Syafii adalah tentang semangat kemajuan yang selalu Buya pegang teguh hingga beliau berpulang. Bagaimana Buya menginginkan Islam ini agar terus maju dan menjawab berbagai persoalan umat dengan melakukan pembaharuan-pembaharuan dalam beragama yang sesuai dengan realita masa kini.
Buya Syafii mengajarkan agar beragama tidak hanya berhenti dengan teks saja, namun hal itu perlu dikontekstualisasikan dalam keadaan masa kini agar agama dapat hadir menjawab berbagai persoalan yang ada.
Begitupun dalam semangat keilmuan yang diajarkan Buya terlebih dalam membaca. Buya sangat menekankan semangat untuk banyak membaca. Semangat membaca dalam hidup Buya terbukti dengan keluasan berpikir Buya dan dalam bentuk fisik. Terpampang beribu-ribu buku tersusun rapi di rumah Buya yang saat ini menjadi perpustakaan “Serambi Buya Syafii”.
***
Dalam mencari ilmu melalui membaca, Buya pun juga mengajarkan agar membaca bukan hanya dari yang satu kelompok atau golongan saja. Tetapi bacalah dari manapun itu dan ambilah hikmah dari segala sisi. Dengan membaca dari berbagai sumber, maka wawasan akan luas begitupun dalam berpikir.
Keteladanan Buya Syafii yang tidak akan lepas dari pembahasan keteladanan adalah sisi kesederhanaan dan kemandirian yang beliau tampilkan. Dalam kehidupan yang pada asalnya Buya memiliki banyak privilege, namun Buya memilih untuk hidup sederhana dalam hal yang sudah dirasa cukup bagi beliau.
Sangat terbukti dari berbagai kisah atau foto dokumentasi yang tersebar di media sosial. Dimana Buya selalu menaiki sepeda kesayangannya untuk berbelanja di warung dekat rumah ataupun sebagai bentuk buya dalam menjaga kesehatan fisiknya.
Begitu pula saat Buya berkumpul duduk bersama dengan tetangga di sebuah angkringan dekat rumah beliau. Bahkan saat cek kesehatan di rumah sakit pun, Buya tetap mengantre sama seperti pasien umum lainnya. Padahal bisa saja Buya menggunakan hak kesempatan untuk lebih cepat atau privat dalam mendapatkan layanan.
Begitupun kemandirian Buya yang selalu tidak mau dibantu dalam hal yang Buya rasa masih mampu untuk melakukannya sendiri. Bahkan sesederhana dibantu dibawakan tasnya saja Buya menolak karena buya masih mampu melakukannya sendiri sekalipun tangan kanan memegang tongkat dan tangan kiri menenteng tas.
Dari cerita orang-orang terdekat beliau pula dikisahkan bahwa Buya pun juga mencuci pakaiannya sendiri karena tidak mau merepotkan orang lain. Terlalu panjang dan masih sangatlah banyak jika harus menuliskan banyaknya keteladanan Buya Syafii.
“Kewalian” Buya Syafii
Pada saat mengikuti secara daring takziah berpulangnya Buya Syafii, K.H Mustafa Bisri (Gus Mus) sahabat karib Buya memberikan kesaksian bahwa Buya Syafii adalah Waliyun min Auliya’ illah yang berarti wali diantara para wali/kekasih Allah. Hal tersebut bukan Gus Mus sampaikan tanpa alasan. Namun, itulah kesaksian Gus Mus atas kehidupan Buya Syafii yang dalam bersuara dan bertindak tidak pernah takut dengan apapun.
Buya dalam menyampaikan sesuatu tidak ada kepentingan pribadi ataupun golongan, tidak ada ketakutan jika dicaci ataupun difitnah oleh siapapun. Ketika pun Buya mendapat cacian dan fitnah, Buya memaafkan siapapun itu. Buya sampaikan dan melakukan sesuatu itu atas kejernihan hati dan akalnya.
Gus Mus juga menyatakan bahwa atas kemerdekaan jiwa Buya yang tidak takut dengan apapun kecuali Allah, hal tersebut sejalan dengan firman Allah, “ Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Yunus:62) Itulah yang meyakinkan Gus Mus bahwa Buya Syafii adalah wali/kekasih Allah. Bahkan beliau menyatakan pula tanda kewalian Buya juga terletak dalam keistikamahan/konsistensi Buya dalam melakukan segala macam kebaikan dan keteladanan hingga beliau berpulang.
Melanjutkan Perjuangan Buya Syafii
Pastilah sangat banyak harapan-harapan Buya terhadap generasi penerus sebagai pemimpin di masa depan. Berbagai keteladanan, pesan-pesan, dan semangat optimisme dari sosok Buya adalah salah satu bekal berharga untuk generasi muda dalam membangun peradaban kedepan.
Begitupun sangatlah banyak generasi muda, termasuk saya yang ingin dan semampu diri berusaha meneladani dan melanjutkan apa yang menjadi cita-cita Buya. Buya senantiasa berpesan agar semua yang ingin meneladani Buya untuk menanamkan bahwa dalam setiap pribadi untuk menjadi kader bagi kemanusiaan secara global. Hal ini dapat dilakukan dengan melepas sekat-sekat agama, golongan, ras, ataupun suku bangsa dalam berkehidupan sosial bersama. Menjadi kader kebangsaan dengan menjaga persatuan bangsa yang dapat dilakukan dengan menjunjung tinggi dan mengamalkan Pancasila. Kemudian menjadi kader umat dengan berbakti dan menyebarkan kemajuan dalam pemahaman keislaman yang ada.
Buya menginginkan bahwa masalah keumatan, kebangsaan, dan juga kemanusiaan dimasa depan nanti dapat terselesaikan. Dengan itu peradaban dunia kedepan akan mencapai pada kemajuan. Salah satu yang menjadi pesan buya adalah, bahwa agama (Islam) mengajarkan untuk membangun peradaban bukan kebiadaban. Dengan meneladani berbagai sikap dan pemikiran buya serta melanjutkan perjuangan beliau adalah bentuk dari tugas bersama bagi para generasi penerus, termasuk saya.
Teruntuk Buya Syafii
Buya, segala sesuatu sebab akan menimbulkan akibat, begitupun sebab engkau telah menanam keteladanan dan berjuta kebaikan di dunia, kini manusia juga turut menyuarakan kebaikan-kebaikan yang telah Buya lakukan. Semasa Buya hidup, Buya tidak berkenan jika disebut-sebut kebaikannya apalagi diperlakukan seakan berlebihan, ketawadhuan Buya sangatlah paripurna.
Namun saat ini hukum sebab akibat itu berlaku Buya, sesuai janji Tuhan, kini atas rahmat-Nya dan perjuangan kebaikan serta keteladanan semasa Buya hidup, Buya dimuliakan oleh makhluk di bumi. Setelah kepulangan Buya, banyak manusia yang sadar betapa sangat besar peran Buya di dalam kehidupan ini.
Dalam satu tahun kepulangan Buya, teriring doa kiranya Allah, Tuhan Sang Maha Tunggal memberikan keluasan rahmat dan kasih kepada Buya. Begitupun kiranya, kami para generasi penerus dapat diberi keteguhan serta kekuatan untuk meneladani dan turut memperjuangkan segala cita-cita Buya yang muncul atas kejernihan dan ketulusan hati serta akal.
Buya Syafii Maarif, Rahimahullah Rahmatan Waasi’ah.
Editor: Soleh