Manusia sebagai mahluk sosial perlu berkomunikasi antar sesamanya. Dengan berkomunikasi, manusia dapat memperoleh dan sekaligus bisa memberi informasi kepada manusia lainnya. Namun, ketika kita berkomunikasi dengan orang lain tidak bisa asal menyampaikan, tentunya perlu memerhatikan aturan atau etika. Karena ini berkaitan dengan hubungan antar manusia dalam pergaulan sosial masyarakat.
Pentingnya Menjaga Lisan
Kata Rasulullah, “Man kana yu’minu billahi wal yaumil akhiri fal yaqul khairan au liyasmut”. (barang siapa beriman kepada Allah, dan hari akhir, hendaklah ia mengatakan hal-hal yang baik atau diam saja).
Dengan ini, Rasulullah memberi tuntunan; agar kita dalam dunia pergaulan sosial senantiasa mengatakan hal-hal yang benar tentang sesuatu hal atau orang lain. Atau bahkan lebih baik diam agar tidak salah ucap, jika tidak tahu asal-usul atau sumber informasi yang ingin disampaikan.
Benar adanya pepatah mengatakan: mulutmu harimaumu, ini berarti sebagai pengingat bagi manusia. Karena lisan yang tidak dijaga dengan baik maka akan menjadi sumber perseteruan, percekcokan, fitnah, bahkan peperangan. Hal-hal yang buruk tersebut berawal dari lisan yang tidak bisa dikendalikan.
Namun ini tidak berarti ditabukan dalam hal menyampaikan kritik terhadap sesuatu yang kita dianggap buruk, jelek, atau negatif. Dalam menyampaikan kritik terhadap sesuatu yang negatif, bisa dilakukan namun dengan cara yang baik serta konstruktif. Serta harus didasari dengan fakta yang ada, agar yang kita kritik dapat melakukan perbaikan diri atau keadaan yang buruk.
Ajaran Pengendalian Diri terhadap Penjagaan Lisan
Menjaga lisan dalam kegiatan berkomunikasi berkaitan dengan pengendalian diri yang diajarkan dalam pengamalan puasa. Karena esensi dari pengamalan ibadah puasa adalah untuk mengontrol diri, mawas diri di mana saja dan kapan saja kita berada. Mengontrol diri untuk tidak berkata yang kotor, tercela, menggunjing, dusta, dan sampai kesaksian palsu.
Islam mengajarkan kepada kita dalam hal bergaul, bertutur kata harus dengan cara yang baik, bijak, sopan santun, dan menjaga lisan. Agar senantiasa yang keluar dari lisan adalah hal-hal yang baik dan benar.
Ajaran puasa mengajarkan kita tentang latihan spiritual dan etika berkomunikasi. Dengan menyampaikan sesuatu yang baik, dengan sopan santun, tidak menyinggung, lemah lembut lagi menyejukkan.
Dalam Alquran, Allah juga menyampaikan perumpamaan perkataan yang baik. Seperti pohon yang kuat, akarnya dan cabangnya menjulang ke langit dan akan menghasilkan buahnya pada setiap waktu.
Sedangkan perkataan yang buruk seperti akar yang dicabut dan tidak dapat tegak sedikit pun. Termasuk dalam perkataan yang buruk ialah kalimat yang kufur, syirik, segala perkataan yang tidak benar, dan perbuatan yang tidak baik.
Sebagaimana Allah berfirman:
اَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ اَصْلُهَا ثَابِتٌ وَّفَرْعُهَا فِى السَّمَاۤءِۙ
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit.” (QS. Ibrahim: 24)
تُؤْتِيْٓ اُكُلَهَا كُلَّ حِيْنٍ ۢبِاِذْنِ رَبِّهَاۗ وَيَضْرِبُ اللّٰهُ الْاَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُوْنَ
“Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.” (QS. Ibrahim: 25)
وَمَثَلُ كَلِمَةٍ خَبِيْثَةٍ كَشَجَرَةٍ خَبِيْثَةِ ِۨاجْتُثَّتْ مِنْ فَوْقِ الْاَرْضِ مَا لَهَا مِنْ قَرَارٍ
“Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikit pun.” (QS. Ibrahim: 26)
***
Oleh karenanya, menjaga atau memelihara lisan dalam kegiatan berkomunikasi harus menjadi perhatian serius. Ketika mengatakan sesuatu yang tidak benar atau tidak baik, jatuhnya bisa kepada fitnah, pencemaran nama baik; bahkan bisa sampai kepada pembunuhan karakter terhadap seseorang.
Rasulullah juga mengajarkan agar kita tidak mengatakan sesuatu yang tidak benar tentang orang lain. Rasulullah mengatakan, “Salamatul insan fi hifzil lisan.” (keselamatan manusia terletak pada pemeliharaan lisannya).
Konsep Berkomunikasi dalam Alquran
Dalam Alquran, banyak dijumpai konsep berkomunikasi. Artinya, konsep dalam berkomunikasi begitu pentingnya, sehingga Alquran memaparkannya dalam berbagai ragam konsep. Dan masing-masing konsep tersebut menunjuk pada suatu makna tertentu.
Pertama, Qaulan sadidan. Ucapkan perkataan yang benar, tiada dusta dan kebatilan. Untuk mencegah kemungkaran dan kezaliman. Karena kata sadid berasal dari kata sadda, yang berarti menutup atau menghalangi. Hal ini disampaikan dalam Firman Allah dalam surah ke-33, Al-Ahzab ayat 70.
Kedua, Qaulan kariman. Ucapkan perkataan yang mulia, dengan tutur kata yang bersih dari kecongkakan dengan nada yang rendah dan tidak meremehkan lawan bicara. Senantiasa memuliakan dan menghormati. Hal ini disampaikan dalam Firman Allah dalam surah ke-17, Al-Isra ayat 28.
Ketiga, Qaulan layyinan. Ucapkan perkataan dengan kata yang lemah lembut, yang diharapkan dapat melunakkan kekerasan. Sebagaimana halnya seorang guru menasihati muridnya. Ini adalah pesan Allah kepada Nabi Musa as. dan Nabi Harun as. ketika menghadapi Fir’aun. Hal ini disampaikan dalam Firman Allah dalam surah ke-20, Thaha ayat 44.
Keempat, Qaulan ma’ruf. Ucapkan perkataan yang baik, respek kepada orang lain dengan penuh kesantunan dan kerendahan hati. Karena ucapan ini lebih baik dari sedekah yang disertai dengan tindakan menyakiti. Hal ini disampaikan dalam Firman Allah dalam surah ke-2, Al-Baqarah ayat 263.
Kelima, Qaulis tsabit. Ucapkan dengan teguh perkataan dengan argumentasi yang kuat, disertai keimanan yang kokoh dan tidak ada keraguan dalam menghadapi kezaliman. Hal ini disampaikan dalam Firman Allah dalam surah ke-14, Ibrahim ayat 27.
Keenam, Qaulan balighan. Ucapkan perkataan yang membekas pada jiwa, dengan cermat dan mudah dipahami. Hal ini disampaikan dalam Firman Allah dalam surah ke-4, An-Nisa ayat 63.
Editor: Zahra
Terimakasih, sangat bermanfaat, kami tunggu tulisan” lainnya.