Perspektif

Cerita SMA di Australia: Belum Garap PR, Tak Masalah!

2 Mins read

Oleh: Haidir Fitra Siagian

Sudah dua minggu lalu, putriku masuk High School di Australia. Kalau di Indonesia sekolah setingkat SMA, kelas sembilan. Sebelumnya, dia selama delapan bulan mengikuti sekolah pemantapan bahasa Inggris dan budaya lokal Australia.  Malam ini, sebagaimana biasanya, kami sempatkan diskusi dengan anak-anak tentang situasi sekolahnya siang hari tadi. Apakah ada hal yang perlu kami ketahui? Atau, adakah yang harus kami tindaklanjuti?

Terlambat Karena Begadang Garap PR

Tadi pagi, putriku sangat terlambat masuk sekolah. Hampir dua jam telatnya. Semalam, dia memang begadang sampai larut. Kerjakan PR. Bahkan pagi-pagi dia masih kerjakan PR itu. Jelang berangkat sekolah, dia mulai tidak enak badan. Ibunya lalu berinisiatif menghubungi pihak sekolah. Lewat email, menyampaikan bahwa putri kami kemungkinan tak masuk sekolah hari ini. Alasannya karena tiba-tiba merasa kurang sehat. Jadi, diputuskan bahwa putriku tak usah pergi sekolah.

Akan tetapi, dua jam kemudian, perasaannya sudah baik. Dia pun mau pergi ke sekolah. Waktu di sekolah masih ada empat jam lagi. Meski agak terlambat, dia pergi sendiri ke sekolah naik bus. Di sini, naik bus ke sekolah tak perlu bayar alias gratis. Siapa saja, bukan hanya anak sekolah. Hanya memang untuk rute tertentu saja.

Tiba di sekolah, dia melapor kepada guru piket jaga. Bahwa dia terlambat masuk karena sempat merasa tidak enak badan tadi pagi. Dan dia menyampaikan bahwa ibunya sudah memberi tahu hal ini lewat email.

Ditanya, siapa namamu? Jawabnya Hn. Siagian. Sang piket bilang, tidak ada email dari orang tua atas nama Hn Siagian. Setelah dicek kembali, sang guru bertanya, ada memang email masuk dari orang tua atas Fz Siagian. Putriku bilang bahwa, sayalah orangnya. Ternyata, di sekolah dia dipanggil Hn Siagian, sedangkan kami panggil dia dengan Fz Siagian.

Baca Juga  MAARIF Institute Apresiasi Pemerintah Australia tentang Ibukota Israel

Guru bertanya, kenapa kamu sakit? Saya tidur larut malam, jawabnya. Lalu ditanya lagi, kenapa tidur larut malam? Kerjakan PR di rumah, jawabnya lagi. Maka guru tersebut menjelaskan bahwa urusan sekolah, selesaikan di sekolah. Kamu kerjakan PR atau tidak tak apa-apa, kata guru itu. Nah, ternyata putriku sedikit kurang memahami perintah gurunya kemarin.

Cerita Wabah Virus dan Undangan Orang Tua Siswa

Apalagi ceritamu, Nak? Ada temanku dari China belum masuk sekolah, jawab putriku. Kenapa? Dia ikut dikarantina. Selama dua bulan dia liburan ke kampung halamannya. Lalu saya tanya, di mana dia dikarantina? Di rumahnya saja.

Sebelum kasus coronavirus beredar, dia sudah pulang ke Australia. Tapi orang tuanya bilang, jangan sekolah dulu. Dia harus tetap di rumah. Dikarantina. Menunggu hingga betul-betul tidak ada penyakitnya akibat virus tersebut.

Apalagi, Nak? Senin depan ayah dan ibu diundang ke sekolah! jawab putriku. Untuk apa? Semua orang tua siswa baru diundang ke sekolah. Pihak sekolah akan menjelaskan tentang berbagai hal. Tentang sekolah, sistem belajar, dan hal-hal lain terkait dengan urusan sekolah.

Apakah kami wajib hadir? Tidak, jawab putriku. Kalau ayah merasa itu penting, datanglah. Jika tidak, tak apa-apa.

*) Dosen di UIN Alauddin Makassar

Editor: Arif

1005 posts

About author
IBTimes.ID - Cerdas Berislam. Media Islam Wasathiyah yang mencerahkan
Articles
Related posts
Perspektif

Tiga Tipologi Aktualisasi Diri Anak Muda: Tentang Aktivisme dan Pendidikan

4 Mins read
Menjadi aktivis Muhammadiyah yang kuliah di kampus Muhammadiyah itu rasanya menyenangkan. Apalagi mendapatkan beasiswa penuh dari Muhammadiyah. Ditambah dengan bantuan dana ketika…
Perspektif

Indonesia Berkemakmuran, Kemakmuran untuk Semua

4 Mins read
Menyongsong Milad ke-112 tahun ini, Muhammadiyah mengambil tajuk “Menghadirkan Kemakmuran untuk Semua”, tema yang sama juga akan digunakan sebagai identitas acara Tanwir…
Perspektif

Refleksi Milad ke-112 Muhammadiyah: Sudahkah Dakwah Muhammadiyah Wujudkan Kemakmuran?

3 Mins read
Beberapa hari yang lalu, ketika ibadah Jumat, saya kembali menerima Buletin Jumat Kaffah. Hal ini membawa saya pada kenangan belasan tahun silam…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds