Disadari atau tidak, mayoritas orang pernah melakukan cherry picking, salah satu jenis kecacatan logika (logical fallacy). Kecacatan logika jenis ini tidak hanya pernah dilakukan oleh masyarakat umum, tetapi juga oleh orang-orang yang terdidik secara akademik (sarjanawan, bahkan profesor), juga para pendakwah.
Pengertian Cherry Picking
Cherry Picking (memetik buah ceri) adalah suatu tindakan di mana seseorang hanya menampilkan suatu fakta atau pendapat yang menguntungkan bagi dirinya atau pihak tertentu kepada orang/pihak lain. Di saat bersamaan, ia menyembunyikan fakta/pendapat lain yang dapat merugikan dirinya.
Bo Bennett, Ph.D., dalam bukunya Kitab Anti Bodoh, memberikan gambaran cherry picking sebagai berikut:
“Ketika pelontar hanya menyodorkan bukti pilihan agar penanggap menyetujui sebuah pendapat, sedangkan bukti yang akan menyanggah pendapatnya disembunyikan. Semakin kuat bukti yang disembunyikan, semakin cacat logika argumennya.”
Cherry picking adalah salah satu cara yang paling ampuh dalam mengajak orang lain agar memiliki pendapat yang sama. Mereka yang tidak kritis biasanya akan dengan mudah diarahkan pada suatu pendapat tertentu, seraya memberikan kesan bahwa pendapat lainnya tidak lebih baik, bahkan dinyatakan sebagai salah hingga menyesatkan.
Cherry picking tidak sama dengan menyebarkan berita hoaks. Berita hoaks adalah sebuah berita yang tidak benar adanya, sehingga tidak dapat dijadikan sebagai suatu pendapat apalagi bukti. Dalam cherry picking, berita yang disebarkan benar ada, walau hanya berupa pendapat. Akan tetapi, berita yang disampaikan tidak menyeluruh karena hanya menampilkan berita-berita pilihan yang disukainya.
Contoh Cherry Picking dalam Keagamaan
Banyak cherry picking terjadi di ranah keagamaan. Salah satu yang paling mudah untuk dipahami adalah hadis-hadis mengenai sarung/kain yang panjangnya melewati (di bawah) mata kaki.
Kaum tekstualis umumnya memiliki pandangan bahwa memakai celana atau pun sarung yang panjangnya melebihi mata kaki bertentangan dengan sunah Nabi Muhammad Saw, bahkan mendapat ancaman akan masuk neraka. Pendapat ini didukung dengan adanya sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dari sahabat Abu Hurairah yang artinya,
“Sesuatu yang berada di bawah mata kaki, berupa sarung (dan sejenisnya), maka tempatnya adalah neraka.”
Kaum tekstualis yang berpegang pada pendapat ini umumnya tidak menyertakan hadis lain yang kandungannya lebih rinci. Padahal, tepat setelah hadis di atas, terdapat beberapa hadis lain yang menyatakan bahwa yang akan dimasukkan ke neraka adalah mereka yang sombong. Bahkan, hadis-hadis tersebut menggunakan redaksi yang berbeda-beda (bathar, ‘ujub, dan khuyalaa’).
Di website Quora.id bahkan ada contoh menarik terkait kecacatan logika jenis ini. Di sana terdapat meme yang menggambarkan seorang muslim yang secara terang-terangan menolak ajakan temannya untuk memakan daging babi dengan alasan haram. Tetapi, ketika diajak untuk mabuk-mabukan, dia menerimanya. Padahal, keduanya merupakan hal yang sama-sama diharamkan dalam Islam.
Cherry Picking Menjelang Pemilu
Semenjak internet dengan mudah diakses oleh semua orang, cherry picking terjadi di mana-mana oleh siapa saja tanpa mengenal usia. Orang-orang dengan mudah mencari berita sesuai dengan kehendak hatinya. Ia dengan senang hati meneruskan berita yang sesuai dengan pendapat pribadinya, serta dengan sengaja menghindari bahkan menutupi berita lain yang bertolakan dengan pendapat dan kehendak hatinya.
Menjelang pemilu, atau di era politik, cherry picking semakin menjadi-jadi. Sering ditemui di mana seseorang hanya menyebarkan berita-berita positif akan paslon (calon legislatif, calon gubernur, calon presiden, dan lainnya) yang didukungnya, sedangkan berita sebaliknya ditutup rapat-rapat. Hasilnya, muncul kesan bahwa paslon pilihannya adalah yang terbaik.
Terhadap paslon lain yang tidak didukungnya, ia bersikap sebaliknya. Berita-berita yang disebarkannya terkait paslon lain berisi tentang kekurangan, kesalahan, dan hal lainnya yang akan membuat kepercayaan pembaca menurun. Berita-berita baik mengenai paslon yang tidak didukungnya sengaja disimpan.
Dengan cara penyebaran berita semacam ini, sering kali masyarakat memandang buruk terhadap salah satu paslon. Sebab, yang mereka terima hanya berita-berita yang menggugurkan kredibilitas paslon tertentu.
Dalam pemilu, perilaku di atas dapat disebut sebagai kampanye negatif (negative campaign). Kampanye negatif adalah tindakan pengungkapan atau penyampaian sisi buruk atau negatif salah satu atau beberapa calon, walaupun faktanya memang demikian. Menko Polhukam menyebutkan bahwa walaupun kampanye negatif tidak ada hukumnya, tetapi sebaiknya dihindari.
Menghindari Cherry Picking
Kecacatan logika jenis ini memang sebaiknya dihindari, bahkan dilawan. Dengan demikian, berita yang tersebar luas tidak hanya berjalan satu arah. Hal ini pada akhirnya dapat membuat masyarakat lebih awas dan mengerti akan calon pejabat yang akan dipilihnya. Sehingga, pemilu yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil (Luber Jurdil) dapat tercapai.
Maka, untuk melawan cherry picking, setidaknya ada beberapa cara yang dapat dilakukan, tergantung kondisi masing-masing individu. Apabila anda orang yang tidak mengerti akan suatu berita yang dihadirkan, maka tanyakan apakah ada informasi lain yang tidak disampaikan. Jika penyampai berita hanya memberikan berita kekurangan salah satu calon, tanyakan apakah ada kelebihan dan keberhasilan yang telah dicapai oleh calon tersebut.
Dan jika anda individu yang mengerti dan cukup memahami permasalahan yang sedang dibicarakan, maka ada dua hal yang dapat dilakukan. Pertama, ungkapkanlah bahwa logika yang dibangunnya cacat. Jelaskanlah bahwa dia tidak menyampaikan semua berita yang terkait sehingga tidak berimbang. Dan kedua, berikanlah informasi yang sengaja disembunyikannya.
Editor: Ahmad
Bagaimana individu yang mengerti dan memahami permasalahan dapat melawan cherry picking menurut teks? Serta bagaimana cara bertindak apabila seseorang tidak mengerti suatu berita yang disajikan?