Agama Islam adalah agama yang menuntun kepada kedamaian terhadap umatnya bahkan untuk seluruh manusia, sekaligus agama yang rasional dalam menyikapi perdamaian itu. Bahwa perdamaian tidak bisa di tanggung oleh beberapa pihak saja, namun semua elemen kehidupan harus terlibat di dalamnya.
Dalam bahasan yang seperti ini, umat Islam akan menggantungkan kedamaian hidupnya kepada Allah yang menjanjikan surga. Maka kita lakukan apa yang menjadi kewajiban sebagai manusia dan sebagai hamba Tuhan.
Orang-orang baik akan dibalas dengan kebaikan juga oleh Allah tuhan semesta alam. Jadi, Allah berfirman bersabarlah sambil terus istiqomah mengerjakan kebajikan dijalan-Nya.
Dalam Al-Quran surah An Nahl (16) : 127-128
وَٱصۡبِرۡ وَمَا صَبۡرُكَ إِلَّا بِٱللَّهِۚ وَلَا تَحۡزَنۡ عَلَيۡهِمۡ وَلَا تَكُ فِي ضَيۡقٖ مِّمَّا يَمۡكُرُونَ ١٢٧ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلَّذِينَ ٱتَّقَواْ وَّٱلَّذِينَ هُم مُّحۡسِنُونَ١٢٨
Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertaqwa dan mereka yang berbuat kebajikan.
Dalam Al-Quran surah Al Insaan (76) : 24
فَٱصۡبِرۡ لِحُكۡمِ رَبِّكَ وَلَا تُطِعۡ مِنۡهُمۡ ءَاثِمًا أَوۡ كَفُورٗا ٢٤
Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu ikuti orang yang berdosa dan orang yang kafir di antara mereka.
Jadi jelaslah sekarang bahwa umat Islam tidak cukup berpangku tangan saja, namun harus mengambil peran dalam mewujudkan perdamaian global tanpa harus kehilangan rasionalitasnya.
Umat Islam harus menjadi barisan terdepan dalam perdamaian karena memang itulah misi kita sebagai umat Islam mewujudkan tatanan masyarakat yang adil sejahtera bagi seluruh umat manusia didalam ridha Allah, Sang Maha Pemurah masyarakat rahmatan lil alamin.
Hanya orang-orang yang ingin menjadi hamba-hamba Allah yang saleh saja yang bisa bersikap secara rasional dan proporsional dalam menjalani kehidupan agamanya.
Dalam Al-Qur’an surah Az Zummar (39) : 10
قُلۡ يَٰعِبَادِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ رَبَّكُمۡۚ لِلَّذِينَ أَحۡسَنُواْ فِي هَٰذِهِ ٱلدُّنۡيَا حَسَنَةٞۗ وَأَرۡضُ ٱللَّهِ وَٰسِعَةٌۗ إِنَّمَا يُوَفَّى ٱلصَّٰبِرُونَ أَجۡرَهُم بِغَيۡرِ حِسَابٖ ١٠
Katakanlah: “hai hamba-hambaku yang beriman, bertaqwalah kepada Tuhanmu”. Orang-orang yang berbuat baik didunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.
Dalam Al-Qur’an surah Ar Rum (30) : 60
فَٱصۡبِرۡ إِنَّ وَعۡدَ ٱللَّهِ حَقّٞۖ وَلَا يَسۡتَخِفَّنَّكَ ٱلَّذِينَ لَا يُوقِنُونَ ٦٠
Maka bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah adalah benar dan sekali-sekali janganlah orang-orang yang tidak menyakini (kebenaran ayat-ayat Allah) itu menggelisahkan kamu.
Menurut Gusdur bahwa Islam bukan agama kekerasan, benturan antar kebenaran terjadi saat orang-orang berani mengambil-alih jabatan Tuhan, fungsi Tuhan,dan kerjaan Tuhan.
Padahal, dalam ajaran tauhid, urusan kebenaran adalah hak prerogratif Tuhan, jadi bagaimana kita berusaha meminimalkan benturan itu menjadi sifat yang toleran dan welas asih terhadap sesama, membenarkan yang salah dengan hati dan akal sehat, dengan opini otak yang cerdas dan membangunkan kaum Muslim yang tertidur dengan trik-trik yang memaksa mereka berpikir supaya mereka terpaksa giat belajar.
Jangan cuma puas dan bangga dengan fatwa-fatwa yang seolah lahir dari egoisme belaka. Sekarang ini kita adalah mayoritas di dunia, masihkah kita berani vokal berjubah hadis dengan mengesampingkan hati dan akal sehat? Perjuangan untuk mencapai hal yang lebih baik kemasa depan dalam kondisi rahmatan lil alamin banyak yang mendefinisikan sebuah jihad.
Meskipun ada sebagian yang membolehkan untuk melakukan perang, namun ada beberapa syarat yang harus dipenuhi jika melakukan itu. Tapi yang terpenting adalah bagaimana kita melakukan hal-hal yang baik dalam menjalani hidup.
Hawa nafsu kemarahan harus ditundukkan oleh akal sehat dan keikhlasan. Mencegah kemungkaran harus dalam orientasi untuk amar maruf. Untuk membangun kehidupan yang lebih baik bukan untuk menghancurkannya.
Dalam Al-Qur’an surah al maa’idah (5) : 8
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُونُواْ قَوَّٰمِينَ لِلَّهِ شُهَدَآءَ بِٱلۡقِسۡطِۖ وَلَا يَجۡرِمَنَّكُمۡ شَنََٔانُ قَوۡمٍ عَلَىٰٓ أَلَّا تَعۡدِلُواْۚ ٱعۡدِلُواْ هُوَ أَقۡرَبُ لِلتَّقۡوَىٰۖ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ ٨
Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan jamganlah sekali-sekali kebencianmu terhadap sesuatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Apa yang diterangkan ayat di atas adalah memberikan peringatan pada kita bahwa dalam menjalankan ibadah adalah tidak dengan dasar kebencian. Tidak boleh berlaku tidak adil dan aniaya semata-mata disebabkan oleh kebencian itu meskipun dengan alasan mereka menghalang- halangi ibadah kita.
Dalam ayat di atas dikatakan janganlah sekali-kali kebencianmu mendorongmu berbuat aniaya. Semua langkah dalam beragama ini harus didasarkan karena Allah semata. Itulah yang diajarkan dalam QS. 5:8 di atas; Tegakkanlah kebenaran hanya karena Allah semata.
Berjihad dikarenakan kebencian hanya akan menurunkan nilai jihad kita di mata Allah bahkan melanggar perintahnya. Bagaimana bisa kita menjalankan perintah Allah dengan cara melanggar larangan-Nya.
Perlu diingat kejadian tentang kisah sahabat Ali bin Abi Thalib ketika perang tanding yaitu ketika ia bisa menjatuhkan musuhnya, tetapi tidak jadi membunuhnya karena dia dilanda kemarahan yang sangat disebabkan diludahi oleh musuh yang sudah tergeletak hampir dibunuhnya.
Ia tidak jadi membunuhnya bahkan meninggalkan musuhnya itu, sehingga ditanya oleh salah seorang sahabat kenapa tidak dibunuhnya musuh yang sudah tak berdaya itu? Ia menjawab bahwa ia sedang marah karena diludahi, sehingga kalau ia membunuh musuh saat itu perbuatannya bukan karena Allah melainkan karena kemarahan.
Ali menerapkan substansi ayat-ayat di atas, bahwa jangan sampai membunuh dikarenakan kebencian, melainkan harus murni karena Allah semata tanpa hawa nafsu yang menguasainya.
Maka jihad harus dimaknai secara tepat dan proporsional. Secara umum adalah bermakna berjuang di jalan Allah untuk semakin mendekatkan diri dalam beribadah kepada-Nya. Ada lima ayat yang memerintahkan jihad kepada umat Islam dan dari kelima ayat itu yang bermakna perang fisik cuma satu, selebihnya adalah bermakna perjuangan untuk mendekatkan diri kepada-Nya dan menyiarkan agama Islam kepada umat manusia.
Karena itu, memaknai jihad hanya sebagai perang fisik adalah mempersempit substansi jihad itu sendiri dan mendegradasi kualitas agama Islam dari agama damai menjadi agama perang yang menakutkan bagi siapa saja.
Sekali lagi Islam adalah agama yang penuh kedamaian, bukan agama keras dan penuh kekerasan. Benturan antar kebenaran terjadi saat orang-orang berani mengambil-alih jabatan Tuhan, fungsi Tuhan, dan kerjaan Tuhan.