Hari-hari ini, wabah corona (Covid-19) telah begitu meluas dan semakin destruktif. Segala aktivitas publik menjadi lumpuh dan berakibat ekonomi masyarakat menjadi terganggu. Belum lagi dengan semakin membengkaknya korban penyebaran virus corona menambah rumit, ruwet dan semakin memperdalam luka besar bagi masyarakat.
Kekacauan dalam Pandemi
Persoalan ini hampir pasti mengakibatkan negara yang terinfeksi wabah corona semakin mengalami kepanikan dan menimbulkan kekacauan. Di satu sisi persoalan ini memberikan kita pelajaran penting bahwa kerja kolektif dan kesadaran bahu-membahu sangat penting dalam memerangi pandemi Covid-19.
Buntut dari kasus corona yang melanda kita hingga hari ini memaksa pemerintah mengeluarkan kebijakan. Antara lain instruksi bekerja dari rumah (work from home) dan physical distancing (menjaga kontak fisik) sebagai tawaran solusi yang memungkinkan kita untuk tidak terkontaminasi dengan virus corona.
Namun belakang kebijakan ini dinilai tidak tepat sehingga membutuhkan kebijakan yang lebih besar seperti salah satunya menutup akses keluar masuk-wilayah (lockdown). Beberapa daerah pun mengeluarkan kebijakan tersebut sebagai langkah preventif guna memerangi Covid-19 yang semakin menyasar banyak korban.
Pengembangan Literasi
Namun dalam situasi seperti ini, tulisan ini tidak hendak mengerucut pada aspek evaluasi kebijakan pemerintah sekaligus tidak hendak mendedahkan persoalan virus corona. Lebih lanjut tulisan ini hendak memberikan suatu sikap untuk kita di tengah pandemi Covid-19 melalui pengembangan literasi. Hal ini menurut hemat saya sangat tepat menyusul kebijakan pemerintah yang menerapkan bekerja dari rumah dan physical distancing.
Melalui kebijakan tersebut sebetulnya hal urgen yang perlu ditingkatkan ditengah minimnya kesadaran literasi di negara kita hari ini, yakni menumbuhkan kesadaran literasi masyarakat. Upaya ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan waktu selama pandemi Covid-19 yang masih berkeliaran.
Literasi menjadi sangat penting dalam segala aspek apapun. Dalam konteks yang lebih luas, literasi mengerucut pada perbendaharaan gagasan yang membantu seseorang untuk berpikir dan bertindak atas dasar konsep yang matang. Dalam aspek yang lebih terbatas, literasi memberikan suatu cara pandang baru bahwa kita bisa menyelesaikan suatu persoalan (seperti misalkan pandemi Covid-19 dengan literasi).
Ini akan membantu membentuk kesadaran kolektif serta bahu-membahu menyelesaikan persoalan serius yang tengah kita hadapi saat ini. Untuk itu, memanfaatkan waktu dalam masa-masa seperti ini dengan menumbuhkan literasi menjadi kian penting jika saya tidak menyebutnya sebagai sesuatu yang bermakna.
Indonesia saat ini tengah mengalami krisis literasi. Dalam masyarakat yang memiliki kultur beragam, literasi hampir tidak mendapatkan “harga diri” sebagai nilai (value) yang dapat mendongkrak gagasan berpikir masyarakat. Dengan keterbatasan serta minimnya kesadaran literasi, kita seringkali dan hampir pasti selalu memberikan beragam gagasan yang tumpang-tindih dalam menyelesaikan persoalan.
Hal ini salah satunya dapat dibaca sebagai bentuk bahwa literasi yang sedang kita tumbuhkan tidak mendapatkan tempat yang pada gilirannya bisa menyelesaikan persoalan yang tengah kita hadapi. Pandemi Covid-19 memberikan bukti kuat bahwa literasi kita hari ini masih sangat terbatas dan hampir pasti kian terpinggirkan.
Covid-19 Jadi Bukti
Pola literasi yang terbatas seperti ini disatu sisi telah mengikis kita untuk menjadi masyarakat yang malas berpikir. Dalam konteks penanganan Covid-19, ruang publik dan media sosial hampir setiap hari selalu dibanjiri dengan pemberitaan media massa sekaligus komentar-komentar pedas. Kian hari kian mengudara dalam menilai penyebaran Covid-19 dan segala kebijakan yang mengatasi pandemi.
Informasi seputar virus corona yang makin berkeliaran dan berseliweran diruang publik pada satu tempat akan memunculkan berita hoax tanpa kita sadari. Dalam situasi seperti itu kita mudah menyalahkan satu pihak, memberikan penilaian terbatas dan mengkritik tanpa pijakan yang kuat. Basis keilmuan kita menjadi berantakan.
Pandemi Covid-19 tidak malah menjadi sasaran empuk untuk kita selesaikan melalui solusi. Melainkan saling melemparkan kesalahan dengan gagasan yang kita sendiri selalu anggap bahwa ini sebuah hal yang benar. Di sinilah yang saya maksud bahwa literasi kita hari ini tidak ada “harga diri” ditengah masyarakat yang tidak memahami literasi.
Alhasil kita mudah terjebak dalam sikap-sikap pragmatis, bahkan menganggap persoalan saat ini (wabah corona) sebagai lelucon. Semakin mempertegas bahwa literasi dimana seharusnya mendapatkan tempat paling tepat malah diberangus.
Pada aras ini kita tidak sedang serius menyelesaikan persoalan wabah corona. Tetapi lebih mudah menempatkan diri sebagai pihak paling benar dalam memberikan suatu sikap mengatasi wabah corona. Ketidak-seriusan ini makin mendapatkan tempat, yang pada gilirannya mengakibatkan kita mudah panik ketika informasi seputar Covid-19 mulai bertebaran.
Dalam pandangan Zizek, “ketika kita bereaksi dengan panik, kita tidak menganggap ancaman itu terlalu serius, melainkan kita menganggap remeh”. Pandangan Zizek menurut hemat saya tepat menilai kondisi perilaku kita hari ini. Saya menyebutnya bahwa kondisi demikian dipengaruhi karena keterbatasan bahkan kita absen dalam mengembangkan literasi.
Bersama-sama Menyelesaikan Persoalan
Dalam uraian saya diatas, saya ingin memperjelas bahwa menumbuhkan literasi ditengah ancaman wabah corona bisa memberikan akses bagi kit. Setidaknya berpikir dalam menyelesaikan pandemi Covid-19. Hal ini tentu berangkat dari pengembangan literasi sebagai mode paling tepat, selain mengisi waktu dengan hal bermakna, kita juga bisa memberikan gagasan dan sumbangsih ide memerangi wabah corona.
Daripada kita sibuk membanjiri ruang publik dan media sosial hanya dengan sikap yang tidak mencerminkan karakter kita sebagai bangsa yang solid, mandiri, dan mengedepankan aspek kerja sama.
Negara lain seperti China, Italia, Korea Selatan dan negara yang terdampak wabah corona malah menyediakan ruang bagi partisipasi masyarakat dalam memberikan sumbangsih gagasan dalam menyelesaikan persoalan corona. Dengan ini justru mereka lebih mudah memerangi virus corona ketimbang memperdebatkan wabah corona yang tidak ada ujung pangkal. Sementara korban terus bertambah dan kita masih melemparkan kesalahan kepada satu pihak bukan mencari solusi memerangi Covid-19.
Bagi saya, situasi ini menjadi pelajaran penting bagi bangsa Indonesia utamanya bagi masa depan kita. Negara akan kuat jika masyarakat dan pemerintah solid dan kerja sama. Semua itu saya pikir dimulai dari pengembangan literasi yang dibentuk dalam masyarakat.
Semakin kuat literasi itu dibentuk, semakin bangsa itu bisa menyelesaikan persoalannya sendiri, begitupun sebaliknya.
Editor: Nabhan