Tarikh

Dakwah Jaringan Wali Songo Menembus Batas Pulau Jawa

4 Mins read

Seberapa Besar Peran Wali Songo dalam Islamisasi Nusantara?

Jika membahas kiprah Wali Songo dalam Islamisasi tanah Jawa, maka sudah tidak perlu diragukan lagi. Berbagai sumber dan kajian telah banyak menjelaskan kesuksesan jaringan Wali Songo dalam mengislamkan tanah Jawa.

Tapi, bagaimana jika yang kita diskusikan adalah konteks Nusantara, dalam arti di luar Pulau Jawa, apakah masih ada pengaruh Wali Songo dalam proses penyebaran Islam di luar Jawa?

Kalau ditelusuri lebih jauh, ternyata pengaruh dakwah jaringan Wali Songo menembus batas Pulau Jawa. Dan, Sunan Giri menjadi tokoh penting dalam terbentuknya jaringan keulamaan Wali Songo yang menyebarkan Islam di luar Jawa.

Hal ini sejalan dengan penjelasan Rizem Aizid dalam Sejarah Islam Nusantara, bahwa Pelabuhan Gresik pada abad 16 M memiliki arti penting dalam penyebaran Islam di seluruh Nusantara. Banyak pendatang dari luar Jawa, seperti dari Maluku (Ternate, Hitu), Kalimantan, Sulawesi, dan lain-lain yang datang ke Gresik untuk berdagang maupun belajar di Pesantren Sunan Giri.

Santri-santri Sunan Giri kemudian menjadi pendakwah yang berusaha menyebarkan Islam di daerahnya. Di samping juga ada santri yang memang dikirim secara khusus oleh Sunan Giri.

***

Puncak kejayaan Giri atau Gresik, sebagaimana dijelaskan Agus Sunyoto dalam Atlas Wali Songo, terjadi pada masa Pangeran Pratikha yang lebih dikenal dengan Sunan Giri Prapen (Sunan Prapen) yang adalah cucu dari Sunan Giri.

Pada masa tersebut, dakwah Islam dikembangkan melalui Gresik sampai ke Kutai, Gowa, Sumbawa, Bima, dan Maluku. Meski tindakan tersebut dilakukan Sunan Giri Prapen, namun keagungan, kehormatan, kemuliaan, dan kewibawaan rohani tetap diberikan kepada Sunan Giri Prabu Satmata (sebagai pendahulu) yang sampai saat ini makamnya dijadikan tempat ziarah oleh umat Islam.

Baca Juga  Refleksi Sumpah Pemuda: Melacak Akar Pluralisme dalam Tradisi Islam

Saking ramainya orang-orang luar Jawa yang datang belajar ke Pesantren Sunan Giri, sampai menarik minat Sultan Zainal Abidin, yang merupakan penguasa Ternate, untuk ikut nyantri di Pesantren Sunan Giri. Sultan Zainal Abidin (1486-1500) merupakan raja Islam kedua di Ternate–yang pertama adalah ayahnya, yaitu Kolano Marhum (1432-1486).

Peran Sultan Zainal Abidin terhadap perkembangan Islamisasi Ternate sangat besar. Dia mengganti gelar untuk raja yang awalnya kolano menjadi sultan, menjadikan Islam sebagai agama resmi kerajaan, hingga memberlakukan syariat Islam di Kesultanan Ternate.

Dalam hal ini, sebab Sultan Zainal Abidin termasuk santri Giri, sehingga dia juga masuk dalam lingkar jaringan keulamaan Wali Songo. Maka, secara tidak langsung Sunan Giri juga menjadi tokoh yang berpengaruh dalam Islamisasi Ternate.

Peran Sunan Giri Menyebarkan Islam di Luar Jawa

Peran besar Wali Songo (khususnya Sunan Giri) dalam mengader para penyebar Islam di luar Jawa tidak hanya sampai di situ. Hilful Fudhul Sirajuddin Jaffar dalam Jaringan Ulama dan Islamisasi Indonesia Timur, berdasarkan naskah tua Lontara Wajo, menjelaskan bahwa penyebaran Islam di Gowa (atau Makassar saat ini) dilakukan oleh Datuk Tellue (tiga datuk), yaitu Datuk ri Bandang, Datuk ri Tiro, dan Datuk Patimang. Ketiga datuk tersebut merupakan ulama yang berasal dari Minangkabau.

Diketahui bahwa Sultan Alauddin (1593-1639), Raja Gowa pertama yang masuk Islam, menerima Islam lewat upaya Datuk ri Bandang. Dan, dalam Panambo Lombok, diceritakan bahwa Datuk ri Bandang merupakan santri Giri.

Ternate dan Gowa-Tallo menjadi dua pintu masuk utama Islamisasi Indonesia timur. Dan, ternyata penyebaran Islam di kedua wilayah tersebut tidak lepas dari peran jaringan ulama Wali Songo yang terbentuk dari santri-santri Giri. Hal ini tentu menjelaskan bahwa pengaruh jejaring Wali Songo tidak hanya sebatas pada Islamisasi Jawa.

Baca Juga  Serat Cebolek: Ketib Anom Kudus Menegakkan Syariat

Lebih lanjut, Hilful Fudhul Sirajuddin Jaffar juga menjelaskan bahwa dalam naskah Panambo Lombok diterangkan kalau Islam masuk ke Bima dibawa oleh para pendakwah dari Jawa Timur, yang dipimpin oleh Sunan Prapen (Sunan Giri Prapen yang merupakan cucu Sunan Giri).

Panambo Lombok menerangkan bahwa daerah Sumbawa dan Bima menjadi basis dakwah Sunan Prapen, yang mampu mengambil hati orang-orang setempat. Dan, ada juga pendapat lain yang menyebutkan bahwa Islam masuk ke Bima melalui Ternate. Pendapat ini bersumber dari catatan Raja Ternate yang saat itu telah memeluk Islam, dan ikut menyebarkan Islam di Indonesia timur. Kedua pendapat tersebut pada dasarnya sama-sama menguatkan peran jaringan Wali Songo, khususnya jaringan Giri, terhadap penyebaran Islam di Indonesia timur.

***

Datuk ri Bandang, yang merupakan salah satu santri Giri, ternyata tidak hanya sebatas menyebarkan Islam di Gowa, namun juga ke beberapa daerah lain. Dalam BO Sangaji Kai, sebagaimana dijelaskan Hilful Fudhul Sirajuddin Jaffar, kalau Islam masuk ke Bima juga melalui pendakwah utusan dari Gowa, yaitu Datuk ri Bandang. 

Selain itu, Rizem Aizid juga menjelaskan bahwa menurut catatan sejarah, Aji Raja Mahkota Mulia Alam (1545-1610), merupakan Raja Kutai pertama yang menerima Islam, tertarik masuk Islam setelah bertemu dan beradu kesaktian dengan dua ulama dari Makassar, yaitu Datuk ri Bandang dan Tuan Tunggang Parangan.

Para penyebar Islam di Kalimantan berasal dari kader ulama yang berdakwah di Sumatera, Jawa, dan Sulawesi. Jalur masuk Islam ke Kalimantan melalui dua jalur, yaitu Malaka dan Jawa. Pada jalur Jawa, sudah barang tentu tidak lepas dari pengaruh jaringan Wali Songo.

Selain dari peran Datuk ri Bandang yang merupakan santri Giri dalam Islamisasi Kutai, juga diketahui dalam Islamisasi Kerajaan Banjar tidak lepas dari peran jaringan Wali Songo.

Baca Juga  Kisah Junaid Al-Baghdadi Berguru kepada Orang Gila

Rizem Aizid menjelaskan, bahwadalam Hikayat Banjar diterangkan Islam masuk ke Banjar (Kalimantan Selatan) dari Demak.

Namun, tidak disebutkan siapa penghulu Demak yang melakukan Islamisasi di Banjar. Yang diceritakan hanya penghulu dari Demak telah mengislamkan Raden Samudera (1526-1545)–atau Sultan Suyanullah/Sultan Suriansyah/Sultan Suria Angsa–sehingga menjadi raja Islam pertama di Kerajaan Banjar.

Jika ditelusuri lebih dalam, ada lima imam (penghulu) Demak selama kerajaan itu berdiri. Yaitu, Sunan Bonang, Makdum Pambayun, Kiai Pambayun, Penghulu Rahmatullah, dan Sunan Kudus. Dari kelima penghulu itu diduga yang telah mengislamkan Raden Samudera adalah Penghulu Rahmatullah atau bisa jadi juga Sunan Kudus.

Kesuksesan dakwah jaringan Wali Songo ternyata tidak hanya sebatas di tanah Jawa. Dalam upaya penyebaran Islam, jaringan Wali Songo (melalui santri-santri Giri) menyebar ke seluruh penjuru Nusantara.

Hal ini turut menjelaskan bahwa sebenarnya Islam Nusantara, meski terdiri dari banyak pulau serta suku, namun sebenarnya adalah satu kesatuan dalam–simpul sejarah penyebaran Islam salah satunya oleh–jejaring Wali Songo.

Editor: Yahya FR

Moh. Rivaldi Abdul
6 posts

About author
Alumni S1 PAI IAIN Sultan Amai Gorontalo (2019), dan S2 Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prodi Interdisciplinary Islamic Studies, Konsentrasi Islam Nusantara (2021). Sekarang, mahasiswa baru Program Doktoral S3 Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prodi Studi Islam, Konsentrasi Sejarah Kebudayaan Islam.
Articles
Related posts
Tarikh

Hijrah Nabi dan Piagam Madinah

3 Mins read
Hijrah Nabi Muhammad Saw dari Makkah ke Madinah pada tahun 622 Masehi merupakan salah satu peristiwa paling bersejarah dalam perkembangan Islam, yang…
Tarikh

Potret Persaudaraan Muhajirin, Anshar, dan Ahlus Shuffah

4 Mins read
Dalam sebuah hadits yang diterima oleh Abu Hurairah dan terdapat dalam Shahih al-Bukhari nomor 1906, dijelaskan terkait keberadaan Abu Hurairah yang sering…
Tarikh

Gagal Menebang Pohon Beringin

5 Mins read
Pohon beringin adalah penggambaran dari pohon yang kuat akarnya, menjulang batang, dahan dan rantingnya sehingga memberi kesejukan pada siapa pun yang berteduh…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds