Tajdida

Dakwah Muhammadiyah: Proaktif, Bukan Provokatif

3 Mins read

Model dakwah yang mengumbar kebencian, berkarakter keras dan kasar, menerobos aturan perundang-undangan, serta merasa paling benar sendiri menjadi tantangan bagi kebhinekaan. Model dakwah yang demikian itu, membuat wajah Islam Indonesia buram.

Model dakwah seperti itu sebagaimana yang disampaikan Prof Mahfud MD (30/12/20) sangat identik model gerakan dakwah Front Pembela Islam (FPI). “Sebagai organisasi FPI tetap melakukan aktivitas yang bertentangan dengan hukum, seperti tindakan kekerasan, sweeping, provokasi dan sebagainya.” Hingga pemerintah, melalui keputusan bersama 6 (enam) pejabat tinggi negara memutuskan pelarangan segala aktivitas yang mengatasnamakan FPI.

Pelarangan aktivitas FPI di wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) menurut Abdul Mu’ti, Sekertaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah jangan disalah pahami, bahwa pemerintah anti Islam. Secara tidak langsung beliau menyampaiakan, dakwah tidak boleh ugal-ugalan menerobos peraturan dan mengganggu ketertiban masyarakat. Menurut catatan Abdul Mu’ti model dakwah berkarakter FPI juga ada. Sehingga beliau menyatakan sikap agar pemerintah berlaku adil, tidak hanya FPI yang diadili, namun organisasi yang serupa harus diadili.

Itulah pentingnya bagi segenap organisasi Islam untuk menghadirkan model dakwah berkarakter moderat (Islam washatiyah). Sebagaimana yang disampaikan Presiden Joko Widodo dalam Kongres Majelis Ulama Indonesia (MUI), “dakwah keislaman kita adalah merangkul bukan memukul. Karena hakikat berdakwah adalah mengajak umat ke jalan kebaikan.”

Islam moderat diyakini sebagai esensi ajaran Islam yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. Adalah Yusuf Qardhawi seorang cendekiawan muslim Mesir dalam bukunya ‘Islam Jalan Tengah’ (2017) menyimpulkan bahwa Islam mengajak umatnya ke jalan tengah dan melarang berbuat melampau batas. Menurutnya Islam adalah jalan tengah dalam segala hal, baik dalam konsep, akidah, ibadah dan perilaku, hubungan sesama manusia maupun perundang-undangan. Inilah yang dinamakan oleh Allah swt sebagai “jalan yang lurus” (ash-shirootal mustaqiimu).

Baca Juga  Buletin Jumat: Arif Menyikapi Perbedaan

Dasar Islam Moderat

Dasar Islam moderat itu tertuang dalam Al-Qur’an. Terdapat dalam surat al-Baqarah, 2 : 143,demikianlah Kami jadikan kamu umat yang ‘tengahan’. Supaya kamu menjadi saksi atas manusia”. Allah telah mengingatkan umatnya untuk berlaku adil dan lurus, yang akan menjadi saksi di dunia dan di akhirat dari setiap kecenderungan manusia ke kiri dan ke kanan (sikap berlebihan), dari garis yang lurus atau jalan tengahan.

Ada empat tanda sikap berlebihan dalam beragama menurut Syeikh Qardhawi. Pertama, fanatik pada suatu pendapat dan tidak mengakui pendapat-pendapat yang lain. Kedua, kebanyakan orang mewajibkan atas manusia sesuatu yang tidak diwajibkan Allah Swt atas mereka. Ketiga, memperberat yang tidak pada tempatnya. Keempat, sifat kasar dan keras.

Sedangkan Fazlur Rahman guru besar studi Islam dari Chicago University dalam buku ‘Tema Pokok-Pokok Al-Qur’an’ (1980) menerjemahkan “Jalan tengah” yaitu tengah yang positif dan kreatif; sebuah organisme moral yang integral. Bentuk keseimbangan yang terjadi karena aksi-aksi moral yang integral ini yang dikatakan Al-Qur’an sebagai taqwa.

Taqwa sering diartikan sebagai rasa ‘takut kepada Allah’ atau ‘kesalehan’. Namun Fazlur Rahman memberikan terminologi taqwa sebagai melindungi diri dari akibat-akibat perbuatan sendiri yang buruk dan jahat. Atas dasar itulah, Rahman menyimpulkan bahwa bahwa esensi Al-Qur’an yaitu mencegah orang-orang untuk melakukan bencana di atas bumi dengan tenggelam ke dalam cara-cara dekandensi.

Sejalan dengan Rahman, Hamim Iliyas Dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dalam buku ‘Fikih Akbar’ (2019) esensi ajaran Islam adalah membawa misi rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil ‘alamin). Itu karenanya beliau merumuskan model paradigma tafsir dengan sebutan Rahamutiyah (paradigma Islam Rahmah).

Menurutnya, Al-Qur’an  diwahyukan untuk mewujudkan hidup baik, sesuai dengan paradigma rahamutiyah itu sendiri. Rasulullah saw diutus juga untuk mewujudkan hidup baik. “Kami tidak mengutusmu (Muhammad) kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam” (Anbiya’, 21 : 107).

Baca Juga  Mental Seorang Juru Dakwah

Karakteristik Model dakwah Islam moderat yang membawa rahmat dapat ditemukan dalam surat an-Nahl ayat 125. Dengan karakteristiknya yaitu al-hikmah (kebijaksanaan), mau’izah al-hasanah (cara yang baik) dan almujadalah billati hiya ahsan (berdebat dengan cara yang baik). Karakter dakwah Islam inilah yang harus dikedepankan di Indonesia. Sehingga dakwah akan terasa meneduhkan, mengayomi, merangkul, santun serta jauh dari karakter kebencian dan kekerasan, serta memberi  positif bagi kebhinekaan.

Dakwah Muhammadiyah

Muhammad Iqbal mengatakan bawah “Al-Qur’an adalah kitab yang mengutamakan amal dari pada cita-cita”. Sejalan dengan itu, pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan sejak awal memberikan pondasi gerakan Muhammadiyah pada amal saleh.

Itu karenanya Muhammadiyah meneguhkan kembali model gerakannya. Dalam dokumen resmi Muhammmadiyah ‘Pernyataan Satu Abad Muhammadiyah’ (2010) umat harus bergerak dari model jihad mu’aradhah (jihad melawan sesuatu), menuju pada model jihad lil Muwajahah (jihad menghadapi sesuatu).

Model jihad lil-mu’aradah adalah bentuk perlawanan yang bersifat profokatif-konfrontatif. Hal ini dapat didentikkan dengan model dakwah bil lisan (ceramah) yang keras dan mengandung perlawanan. Agaknya FPI dekat dengan karakteristik ini hingga melahirkan kegaduhan (instabilitas sosial politik). Sebagaimana dapat terlihat belakangan ini, seperti kepulangan Muhammad Rizieq Shihab (MRS) yang menimbulkan keresahan di tengah wabah pandemi Covid 19.

Sedangkan model jihad lil muwajahah adalah dakwah perjuangan menghadapai sesuatu yang sifatnya lebih pada agenda persuasif dan kontruktif. Hal ini dapat diidentikan dengan model dakwa bil hal (amal saleh) untuk kemaslahatan kemanusiaan, inilah model jihad Muhammmadiyah.  

Misalnya dalam menghadapi pandemi Covid 19 Muhammadiyah memberi solusi dengan membentuk Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC). Dan keterlibatan 80 lebih rumah sakit Muhammadiyah se Indonesia sebagai rumah sakit rujukan pasien positif Covid 19.

Baca Juga  Bahaya Fanatisme: Islam Bukan Agama yang Kaku

Menerapkan protokol kesehatan sebagaimana himbauan pemerintah di semua Amal Usaha Muhammmadiyah. Termasuk menutup musala dan masjid, begitu juga sekolah hingga wabah tertangani. Dengan sangat bijak, Prof Haedar Nashir mengungkapkan, ”jika belum memberi solusi, setidaknya jangan membikin masalah yang membuat mata rantai penularan virus semakin menyebar”.

Dakwah Islam Indonesia harus mengedepankan dakwah yang persuasif-kontruktif, lebih berperan memberi solusi, menutup rapat-rapat model profokatif-konfrontatif yang cenderung merusak. Muhammadiyah telah membuktikan itu, Islam berkemajuan berwatak moderat bervisi rahmatan lil ‘alamin.

Editor: Dhima Wahyu Sejati

Ari Susanto
4 posts

About author
Kader Angkatan Muda Muhammadiyah
Articles
Related posts
Tajdida

Islam Berkemajuan: Agar Umat Bangkit dari Kemunduran

7 Mins read
Islam Indonesia: Berkemajuan tapi Pinggiran Pada 2015 terjadi dua Muktamar mahapenting: (1) Muktamar Islam Nusantara milik Nahdlatul Ulama, (2) Muktamar Islam Berkemajuan…
Tajdida

Ketika Muhammadiyah Berbicara Ekologi

4 Mins read
Apabila dicermati secara mendalam, telah terjadi degradasi nilai-nilai manusia, nampakyna fungsi utama manusia sebagai khalifah fil ardh penjaga bumi ini tidak nampak…
Tajdida

Siapa Generasi Z Muhammadiyah Itu?

3 Mins read
Dari semua rangkaian kajian dan dialog mengenai Muhammadiyah di masa depan, agaknya masih minim yang membahas mengenai masa depan generasi Z Muhammadiyah….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds