IBTimes.ID – Ketua Umum PP Muhammadiyah tahun 2005-2015 Din Syamsuddin menyebut bahwa Muhammadiyah dan dunia Islam dewasa ini, selain menghadapi tantangan, juga memiliki peluang dan momentum bagi kebangkitan dunia Islam dan peradaban Islam.
Hal tersebut ia sampaikan dalam Seminar Pra Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah 48 di Universitas Muhammadiyah Surakarta, Senin (30/5/2022).
Menurutnya, Muhammadiyah memiliki kualifikasi untuk menjadi motor penggerak kebangkitan peradaban Islam. Hal ini disebabkan karena gerakan Muhammadiyah telah diakui oleh dunia. Selain itu, Muhammadiyah juga memiliki infrastruktur gerakan yang cukup kuat.
Momentum itu muncul ketika dunia sedang mengalami kekacauan. Para ahli menyebutnya dengan the world of disorder (dunia yang tak teratur dan berantakan), the world of uncertainty (dunia yang serba tak pasti), dan dunia yang mengalami big disruption (gangguan besar).
“Bahkan, sekarang ada kritik terhadap globalisasi. Ada usulan untuk deglobalisasi untuk mengganti sistem dunia yang rusak. Yang sangat antroposentristik. Berpusat pada manusia sebagai pusat kesadaran yang melahirkan humanisme sekuler dan liberalisasi ekonomi, liberailisasi politik, dan liberalisasi budaya,” ujar Din.
Sementara, imbuh Din, realitas yang terjadi adalah the absence of peace (tidak ada perdamaian). Menurut Din, ada konflik bersenjata di 120 lokasi di dunia. Manusia saling membunuh. The absence of peace terjadi karena adanya kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan, kesenjangan, diskriminasi, kekerasan, dan kerusakan ekologi dalam berbagai bentuknya.
“Inilah momentum bagi dunia Islam untuk tampil menjadi penyelesai masalah. Meskipun, dalam diri dunia Islam sendiri juga banyak masalah. Masih ada kemiskinan, kebiodohan, kesulitan bersatu, dan faksionalisasi dan tampilnya kelompok-kelompok yang penuh kekerasan,” imbuhnya.
Menurut Din, dengan penuh optimisme, sebagian cendekiawan muslim sudah cukup lama memiliki tekad untuk memajukan peradaban alternatif (the alternative of civilization). Sayang, sampai sekarang tidak ada yang bekerja serius untuk menyusun strategi peradaban alternatif tersebut.
Maka, yang perlu dilakukan oleh Muhammadiyah, menurut Din Syamsuddin adalah melakukan revitalisasi jaringan Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) yang selama ini sudah cukup bagus. Apalagi, beberapa PCIM memiliki legalitas sebagai civil organization yang sebenarnya di negara masing-masing.
“Perlu revitalisasi PCIM-PCIM. Kita tidak menunggu mereka membentuk, namun dari Indonesia harus ada upaya pembentukan. Minimal PCIM harus ada di 57 negara anggota OKI,” tegas Din.
Din menyebut bahwa PCIM harus diberi mandat untuk menjadi mediator Muhammadiyah dengan lembaga pendidikan, instansi pemerintah setempat, dunia usaha, dan untuk berdakwah terhadap masyarakat setempat.
Selain itu, perlu ada pengembangan jaringan Muhammadiyah di dunia internasional. Selama ini, Muhammadiyah telah memiliki paham keislaman yang sangat cocok untuk dunia Islam. Namun belum terlalu didengar oleh dunia internasional.
Reporter: Yusuf