Perspektif

Djazman English Scholarship dan Internasionalisasi Gerakan IMM

5 Mins read

Sebuah perjalanan yang cukup panjang bagi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dalam mewarnai diskursus keilmuan, pencerahan spiritual, dan gerakan kemanusian di negeri ini. Saya melihat bahwa IMM harus concern dalam melakukan diaspora kader di tingkat Internasional di tengah derasnya arus globalisasi yang terus menggerus kultur dan pola kehidupan di tengah masyarakat.

Internasionalisasi gerakan menjadi penting untuk dilakukan dalam rangka mentransformasi pemikiran dan spirit intelektual profetik IMM. Sebab, gerakan transformasi harus mampu diinternasionalisasi dan diejewantahkan dalam praksis gerakan dan pemikiran yang kongkrit. Tulisan ini adalah buah dari kegelisahan dan sekaligus motivasi yang lahir sebagai awardee of “Djazman English Scholarship.” Sebuah program yang diinisiasi oleh Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM).

Ada sebuah gap yang cukup besar yang menggelitik pikiran dan batin saya ketika kita berbicara tentang “International Movement.” Gap tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah fundamental requirement untuk go International. Kondisi ini juga hampir terjadi di seluruh kalangan aktivis. Oleh karenanya, program ini menjadi jawaban dan sekaligus jembatan bagi kader potensial Ikatan untuk terus melakukan internasionalisasi gerakan dan pemikirannya.

Program ini adalah cahaya baru dalam merawat tradisi keilmuan dan internasionalisasi gerakan serta pemikiran di tubuh IMM itu sendiri. Program ini akan menjadi jembatan gerakan transformatif tidak hanya melahirkan kader yang revolusioner tapi juga karya-karya nyata. Oleh karena itu, saya mencoba meringkas, merunut, dan mengkorelasikan perjalanan serta strategi yang harus dilakukan dan dimassifkan oleh kader-kdaer IMM. Tujuannya dalam rangka ekspansi dan transformasi yang kongkrit.

Mandat Sejarah yang Harus Ditunaikan IMM

IMM sebagai sebuah gerakan intelektual, spiritual, dan kemanusiaan memiliki peran yang sangat strategis dalam melakukan gerakan transformatif. Tentu, pengembangan kapasitas keilmuan secara komprehensif juga harus terus didorong, khususnya di level kemahasiswaan. Lahirnya IMM 56 Tahun yang lalu, telah mendapat mandat sejarah sebagai organisasi kemahasiswaan dan kepemudaan yang memiliki tanggung jawab ikut serta dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

Praksis gerakan dan kiprah IMM dalam mewarnai dinamika perjalanan bangsa ini telah menjadi catatan sejarah yang penting dalam dinamika gerakan dakwahnya (fastabiqul khairat). Hal tersebut telah menjadi bukti dan catatan sejarah yang penting atas kontribusi konkrit atas eksistensi ikatan tercinta ini. Hasrat untuk melahirkan kesadaran kolektif kader dan kebulatan tekad menjadikan IMM sebagai elemen pembaharu yang progresif. Hal tersebut menjadi suatu yang niscaya untuk transformasi sosial menuju masyarakat berperadaban dan berkeadaban.

Baca Juga  Apapun Kamu Sekarang, Kembalilah ke Muhammadiyah!

Demikian pula IMM telah menegaskan identitas kepribadian kader sebagai individu yang memiliki kemantapan akidah dan kematangan intelektual serta progresivitas aksi. Tantangan perjuangan kini dan mendatang hanya bisa dijawab oleh postur kader progresif (mantap akidah, matang intelektual, dan progresif dalam gerakan).

Hal tersebut menjadi sebuah investasi dan modal yang sangat besar bagi IMM sebagai Organisasi Otonom (Ortom) Muhammadiyah. Sebagai salah satu organisasi dengan pola dakwah yang inklusif sekaligus pelopor pendidikan modern di Indonesia, Muhammadiyah telah memiliki ribuan amal usaha yang concern pada pendidikan, mulai dari taman kanak-kanak sampai pada level universitas.

Spirit kepemimpinan profetik dan pencerahan oleh KH Ahmad Dahlan telah menjadi sebuah manifestasi kongkrit dari gerakan perubahan. Sehingga IMM memiliki gen intelektual profetik serta spirit transformatif yang diwariskan oleh KH Ahmad Dahlan. Tentu hal tersebut harus menjadi manifestasi dan warna khas di IMM yang termanifestasikan dalam Trikompetensi atau Trisula IMM.

Tantangan dan Wacana Internasionalisasi Gerakan

Memasuki era Industrial Revolution 4.0, massifnya industrialiasi dan digitalisasi menjadi tantangan sekaligus memaksa kita untuk lebih meningkatkan “Intellectual Capacity, Social Awareness and God Consciousness” agar tetap survive di era Revolusi Industri (RI) 4.0 ini. IMM yang memiliki ketiga kapasitas tersebut, Spiritualitas, Intelektualitas, dan Humanitas, harus tampil sebagai lokomotif gerakan dan diskursus intelektual di setiap lini kehidupan.

Value dari hal tersebut harus bisa ditransformasikan dalam dunia akademik layaknya Muhammadiyah dalam melakukan inovasi dan percepatan pembangunan serta pengembangan human resources dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu, massifikasi gerakan menjadi salah satu hal yang sangat urgen untuk dilakukan. Sehingga diaspora kader, baik di tingkat nasional maupun internasional, dapat dilakukan.

Wacana keislaman, kemodernan, dan keindonesiaan harus terus digaungkan dan diintegrasikan secara utuh oleh IMM. Gagasan dan praksis gerakan yang transformatif menjadi langkah kongkrit dari tema besar, yaitu “kolaborasi membangun bangsa.” Tema tersebut diangkat oleh DPP dalam Milad yang ke-56.

Baca Juga  Novel Maryam & Kambing dan Hujan: Cara Kita Beragama

Tema tersebut lahir dari sebuah diskursus dan analisis kebangsaan yang tentu matang dari pengurus-pengurus DPP. Kolaborasi adalah kata kunci yang tepat dalam melakukan massifikasi internasionalisasi gerakan.

Mengutip pernyataan Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof. Dr. Haedar Nashir dalam kegiatan Kolokium Nasional, forum Cendekiawan Muda Muhammadiyah. Beliau menyampaikan bahwa persoalan bangsa ini sudah cukup rumit dan hampir seluruh masyarakat kita telah terjebak dalam pikiran positivistik yang kaku sehingga setiap persoalan yang muncul tidak dapat diselesaikan secara substansi dikarenakan terlalu tekstual dalam memandang persoalan. Oleh karenanya, kita harus mengembangkan paradigma yang lebih substantif dalam hal ini paradigma kualitatif. Sejalan dengan hal tersebut, IMM mengganggap bahwa wacana persaingan sudah harus kita ganti dengan sebuah wacana kongkrit yang lebih transformatif, yaitu “kolaborasi.”

Strategi Internasionalisasi Gerakan

Gerakan transformatif menjadi sangat penting untuk terus merawat tradisi keilmuannya, khususnya dalam rangka merekonstruksi kembali semangat serta spirit intelektual profetik. Di mana gerakan tersebut menjadi pijakan dalam melakukan pembaharuan dan menjawab tantangan zaman, khususnya di era disrupsi hari ini.

Hal tersebut sejalan dengan nafas dan spirit Muhammadiyah dalam mengambil langkah-langkah strategis untuk melakukan Internasionalisasi gerakan dalam bidang sosial, budaya, dan kemanusiaan serta pendidikan. Muhammadiyah sendiri melakukan Internasionalisasi Gerakan berbasis aksi, bukan penetrasi ideologi. Dunia internasional memahami gerakan Muhammadiyah merupakan aktualisasi dari ideologi atau manhaj-nya.

Hal tersebut telah dimassifikasi salah satunya melalui publikasi ilmiah. Sehingga telah Banyak tulisan intelektual asing dan cendekiawan Muhammadiyah yang terpublikasi dalam berbagai bidang. Gerakan tersebut merupakan Langkah kongkrit yang dilakukan oleh Muhammadiyah dalam mentransformasi manhaj dan pola Gerakan dakwahnya.

Ada banyak permintaan agar manhaj Muhammadiyah ditulis dalam bahasa Inggris atau Arab. Targetnya bukan untuk menjadikan masyarakat menjadi anggota Muhammadiyah, tetapi agar mereka mengenal Muhammadiyah dan bisa mendapatkan rahmat serta manfaat dengan kehadiran Muhammadiyah.

Jikalau Muhammadiyah telah melakukan praksis internasionalisasi gerakan yang kongkret. IMM sebagai organisasi otonom harus bisa mengambil peran dan strategi dalam melakukan gerakan transformatif. Hal tersebut harus dimaksimalkan dan dijawab oleh IMM sebagai Ortom yang concern dalam melakukan pembinaan dan kaderisasi serta transformasi manhaj/ideologi Muhammadiyah di tingkat perguruan tinggi, khususnya pada kampus-kampus Muhammadiyah.

Baca Juga  Kesamaan Gagasan Merebut Tafsir Lies Marcoes dengan Putusan Tarjih Muhammadiyah

Bukan tidak mungkin IMM mampu melakukan diaspora kader secara International (International Movement). Sebab, IMM telah memiliki setidaknya 6 Pimpinan Cabang Istimewa (PCI) di beberapa Negara, yaitu Brunei Darussalam, Turki, Malaysia, Thailand, China, dan Australia. Program “Djazman English Scholarship” adalah program yang dihadirkan oleh Dewan Pimpinan Pusat yang diprakarsai melalui bidang Hubungan Luar Negeri. Program ini menjadi langkah dan terobosan baru dalam rangka menjawab tantangan global dan menjadi aspek fundamental dalam melakukan internasionalisasi Gerakan.

Investasi Transformasi Gerakan Internasional

Program ini juga mempertemukan seluruh kader-kader potensial dari Sabang sampai Merauke. Secara spesifik, program ini didesign oleh DPP IMM dalam rangka mendorong peningkatan kapasitas dan kualitas penguasaan International Language dan melakukan mentoring or guidance untuk kader-kader IMM dalam mempersiapkan diri untuk melakukan Study Overseas. Dan tentunya, sebagai generasi muda Muhammadiayah dan generasi muda bangsa yang potensial, diharapkan luaran program ini dapat mengisi tampuk pimpinan di semua level kepemimpinan nanti.

Harapannya, bahwa kader-kader yang terpilih dan yang memiliki kesempatan berkuliah di luar negeri memiliki peluang untuk menjadi bagian struktural dari Pimpinan Cabang Istimewa (PCI) IMM dan organisasi pemuda internasional sebagai ikhtiar yang nyata. Peningkatan sumber daya kader dan penguatan relasi politik menjadi kunci dalam melakukan diaspora gerakan, khususnya “International movement”.

Program tersebut menjadi salah satu program unggulan yang terus dimassifkan oleh DPP IMM dalam melakukan praksis gerakan yang kongkrit. Hal tersebut sejalan dengan cita-cita IMM, yaitu mengusahakan terbentuknya akedemisi Islam yang berakhlak mulia dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah.

Tentu, Djazman English Scholarship ini menjadi program yang sangat strategis dalam menjembatani keder-kader potensial dalam melakukan ekspansi gerakan. Sehingga akan melahirkan kader-kader yang revolusioner dan transformatif, baik dalam pemikiran maupun gerakan.

Indikator keberhasilannya dapat dilihat melalui karya nyata seperti Internasional Journal dan aktif terlibat dalam Internasioanal Conferences, baik kepemudaan maupun akademik. Terakhir, semoga Awardee of Djazman English Scholarship angkatan pertama ini dapat menjadi Role Model bagi angkatan selanjutnya. Sehingga tercipta kesinambungan kaderisasi dan pembinaan dalam melakukan transformasi gerakan dan pemikian dalam rangka berkolaborasi membangun bangsa.

Editor: Arif

2 posts

About author
Awardee of Djazman English Scholarship
Articles
Related posts
Perspektif

Tak Ada Pinjol yang Benar-benar Bebas Riba!

3 Mins read
Sepertinya tidak ada orang yang beranggapan bahwa praktik pinjaman online (pinjol), terutama yang ilegal bebas dari riba. Sebenarnya secara objektif, ada beberapa…
Perspektif

Hifdz al-'Aql: Menangkal Brain Rot di Era Digital

4 Mins read
Belum lama ini, Oxford University Press menobatkan kata Brain Rot atau pembusukan otak sebagai Word of the Year 2024. Kata yang mewakili…
Perspektif

Pentingkah Resolusi Tahun Baru?

2 Mins read
Setiap pergantian tahun selalu menjadi momen yang penuh harapan, penuh peluang baru, dan tentu saja, waktu yang tepat untuk merenung dan membuat…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds