Inspiring

Djindar Tamimy (1): Meneguhkan Komitmen Ber-Muhammadiyah

2 Mins read

Oleh: M Djindar Tamimy

Dewasa ini Muhammadiyah dalam era pemantapan dan penepatan kembali komitmen ber-Muhammadiyah. Untuk maksud tersebut, Muhammadiyah dalam muktamar-muktamarnya telah membuat beberapa rumusan. Rumusan-rumusan tersebut dimaksudkan untuk dijadikan dasar, pengarahan, dan pedoman dalam ber-Muhammadiyah.

Proses Kronologis

Pada muktamar darurat tahun 1946 di Yogyakarta, telah diterima rumusan “Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah.” Disusun oleh Ki Bagus Hadikusuma, Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah tahun 1942-1953. Kemudian disempurnakan dan disahkan dalam Tanwir tahun 1951 sebagai amanat Muktamar ke-31 tahun 1950 di Yogyakarta.

Pada Muktamar ke-33 tahun 1956 di Palembang telah disahkan rumusan: Khittah Muhammadiyah. Muktamar ke-35 (setengah abad) tahun 1962 di Jakarta telah dirumuskan “Kepribadan Muhammadiyah.” Kemudian pada Muktamar ke-37 tahun 1968 di Yogyakarta telah diterima ide untuk mengadakan “Tajdid dalam Muhammadiyah dalam Bidang: ideologi (keyakinan dan cita-cita hidup), khittah perjuangan, gerak dan amal-usaha serta organisasi.” Rumusan-rumusannya yang lebih dikongkritkan dan disistematisir dalam tanwir sesudah itu. Seperti rumusan “Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah” dan “Khittah Perjuangan Muhammadiyah.”

Pada Muktamar ke-38 tahun 1971 di Ujung Pandang telah disahkan program “Peningkatan Muhammadiyah sebagai Gerakan Dakwah Islam.” Kemudian pada Muktamar ke-39 tahun 1975 di Padang telah disahkan program “peningkatan dakwah Muhammadiyah” dalam rangka meneguhkan komitmen ber-Muhammadiyah.

Komitmen Ber-Muhammadiyah

Sesudah berusaha menerapkan dan melaksanakan keputusan-keputusan tersebut dalam rangka pemantapan dan meneguhkan kembali komitmen ber-Muhammadiyah dan menilai hasil-hasilnya, serta mengadakan pengamatan dan pemikiran, diambil kesimpulan. Dalam rangka pemantapan dan penepatan kembali ber-Muhammadiyah, di samping harus meneruskan pelaksanaan keputusan-keputusan yang sudah. Kita hendaknya kembali mengikuti jejak langkah almarhum KHA Dahlan pada waktu mendirikan Muhammadiyah dan kemudian dalam membinanya. Ialah “ber-Muhammadiyah itu harus dimulai dari dan selanjutnya harus tetap berdasarkan kepada pengertian/paham dan keyakinan agama, yang meliputi sebagai berikut. Pertama, memahami sungguh-sungguh ajaran agama Islam dengan tepat. Kedua, menyadari sungguh-sungguh bahwa untuk melaksanakan dan menerapkan agama Islam dalam arti yang sebenar-benarnya tidak akan dapat tanpa “berorganisasi” dengan disertai “jihad bil amwal wal anfus.”

Baca Juga  Djindar Tamimy (3): Fungsi Agama Islam

Pada waktu sekarang ini, apabila betul-betul kita akan memantapkan dan menepatkan kembali komitmen ber-Muhammadiyah, kita harus mulai langkah-langkah berikut. Pertama, pengertian/paham dan keyakinan agama itu kita perdalam dan kita resapkan secara tepat serta kita laksanakan dengan sungguh-sungguh. Kedua, kesadaran bahwa kita ber-Muhammadiyah itu adalah untuk melaksanakan dan menerapkan ajaran agama Islam yang sebenar-benarnya, kita yakinkan dan kita buktikan.

Pengertian/paham dan keyakinan agama mempunyai pengaruh yang besar dan kuat terhadap paham, pandangan, dan sikap hidup pemeluknya. Bertambah luas dan mendalam pengertian/paham dan keyakinan ajaran agama menjadi bertambah besar dan kuatlah pengaruhnya pemeluknya.

Agar pengaruh ajaran agama terhadap orang pemeluknya itu dapat mengenai sasarannya, maka pengertian/paham dan keyakinan akan ajaran agama itu harus benar dan tepat. Insya Allah dengan demikian usaha kita dalam rangka pemantapan dan penepatan komitmen ber-Muhammadiyah akan berhasil. Bersambung

Sumber: “Memahami Pengertian Agama Islam dalam Rangka Pemantapan dan Penepatan Kembali Bermuhammadiyah” karya M Djindar Tamimy (SM no 2/Th. ke-62/1982). Pemuatan kembali di www.ibtimes.id lewat penyuntingan

Editor: Arif

Avatar
1005 posts

About author
IBTimes.ID - Cerdas Berislam. Media Islam Wasathiyah yang mencerahkan
Articles
Related posts
Inspiring

Bintu Syathi’, Pionir Mufassir Perempuan Modern

6 Mins read
Bintu Syathi’ merupakan tokoh mufassir perempuan pertama yang mampu menghilangkan dominasi mufassir laki-laki. Mufassir era klasik hingga abad 19 identik produksi kitab…
Inspiring

Buya Hamka, Penyelamat Tasawuf dari Pemaknaan yang Menyimpang

7 Mins read
Pendahuluan: Tasawuf Kenabian Istilah tasawuf saat ini telah menjadi satu konsep keilmuan tersendiri dalam Islam. Berdasarkan epistemologi filsafat Islam, tasawuf dimasukkan dalam…
Inspiring

Enam Hal yang Dapat Menghancurkan Manusia Menurut Anthony de Mello

4 Mins read
Dalam romantika perjalanan kehidupan, banyak hal yang mungkin tampak menggiurkan tapi sebenarnya berpotensi merusak, bagi kita sebagai umat manusia. Sepintas mungkin tiada…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *