Falsafah

Efek Kupu-Kupu: Kita adalah Rangkaian Keputusan Masa Lalu

3 Mins read

Teori efek kepak sayap kupu-kupu adalah sebuah teori yang melihat alam ini sebagai sebuah sistem. Setiap peristiwa, sebesar apapun, adalah hasil dari sebuah rangkaian peristiwa, sekecil apapun, sebelumnya. Bahkan, kepak sayap kupu-kupu di hutan belantara Brazil bisa menyebabkan tornado mematikan di Texas beberapa bulan kemudian.

Teori ini pertama kali dicetuskan oleh Edward Norton Lorenz. Teori ini bermula ketika Norton melakukan peramalan cuaca. Dia memulainya dengan persamaan diferensial tak linear di komputernya dengan format enam angka di belakang koma (…,506127). Ketika berganti kerja dengan kertas, dia hanya mencatat tiga angka di belakang koma (…,506). Tapi dia dikagetkan dengan hasilnya. Pada awalnya, dua kurva memang berhimpitan seakan tidak ada perbedaan yang berarti. Namun lama-kelamaan, dua kurva yang dihasilkan dari enam angka di belakang koma dan tiga angka di belakang koma membentuk formasi yang sama sekali berbeda.

Dari situ, dia menyimpulkan bahwa perubahan yang sangat sedikit pada kondisi awal dapat mengubah kelakuan sistem alam dalam jangka panjang. Sekecil apapun perubahan itu, sekalipun hanya nol koma, yang kalau dimaterialisasi mungkin hanya seperti kepak sayap kupu-kupu, akan memberi efek luar biasa pada semesta secara jangka panjang.

Efek Kepak Sayap Kupu-Kupu: Kita adalah Rangkaian dari Keputusan Masa Lalu

Begitulah setiap peristiwa di alam ini. Semuanya tidak ada yang sia-sia. Semua menjadi penyebab bagi kejadian lain dalam sebuah rangkaian sistem rumit yang tak sepenuhnya bisa diamati dan diprediksi.

Sekarang, mari kita membayangkan diri kita. Sehebat apapun kita saat ini sesungguhnya adalah hasil dari rangkaian berbagai keputusan masa lalu, yang bisa jadi sama sekali tidak diperhitungkan. Seringkali kita hanya mempertimbangkan berbagai peristiwa besar yang memengaruhi hidup kita, misalnya, pendidikan atau kelulusan kita dari sebuah ujian yang sangat menentukan karir.

Baca Juga  Paradigma Psikologi Islam Mana yang Paling Efektif?

Padahal, segala apa yang terjadi pada kita saat ini berasal dari keputusan bahwa ayah dan ibu kita menikah. Entah pernikahan itu didahului oleh pacaran atau karena perjodohan orang tua. Kalau tidak ada keputusan pernikahan antara ayah dan ibu kita, maka segala hal tentang diri kita saat ini, termasuk seluruh capaian yang kita banggakan dan karenanya kita dielu-elukan, tidak akan pernah ada.

Urut terus ke belakang, maka kita akan menemukan bahwa segala peristiwa masa lalu yang selama ini kita tidak perhitungkan sesungguhnya menyumbang terhadap siapa kita saat ini. Pernikahan ayah dan ibu yang darinya kita terlahir adalah buah dari berbagai rangkaian keputusan sebelumnya. Berbagai keputusan ini jika kita persentase mungkin hanya nol koma, namun itu semua bukan sesuatu yang tidak berefek dalam kehidupan kita saat ini.

***

Berapa banyak orang yang meninggal di jalan saat sedang berangkat menuju acara kelulusan atau promosi jabatan? Orang-orang ini tidak jadi melanjutkan sejarah hidupnya dan menapaki karirnya karena sesuatu yang mungkin saja sangat sederhana, yaitu ada seorang sopir yang mengantuk beberapa detik sehingga mengakibatkan kecelakaan fatal. Si sopir ini mungkin malam harinya sedikit terlambat tidur karena terpaksa mengikuti ajakan teman untuk begadang.

Jika kita selamat di jalan, itu bukan sepenuhnya ditentukan karena kita adalah pengguna jalan yang baik. Tapi juga karena tidak ada sopir mengantuk yang menghantam kita. Atau, tidak ada ban mobil meletus yang membuatnya oleng dan menerjang kita. Atau, tidak ada suami istri bertengkar yang membuat salah satunya suntuk saat mengendarai mobil sehingga kehilangan konsentrasi dan menabrak kita. Bayangkan seluruh rangkaian peristiwa ini dan kaitkan dengan berbagai peristiwa lain yang menyebabkan peristiwa itu terjadi. Lalu, kaitkan dengan keadaan kita saat ini. Hitunglah peristiwa-peristiwa itu dengan mempertimbangkan persentasenya.

Baca Juga  Apakah Manusia Memiliki Kedaulatan?

Alam Semesta adalah Sistem yang Saling Terhubung

Begitulah alam semesta dan kehidupan di dalamnya. Seluruhnya adalah sebuah sistem yang saling terhubung dan memengaruhi. Sekecil apapun sebuah getaran akan memengaruhi bagian lain dan akhirnya akan menciptakan sebuah peristiwa tertentu. Tidak ada yang sia-sia. Segalanya memberi dampak dalam sistem kehidupan ini. Goyangan ujung rambut kita. Gerakan jari-jari kita. Hembusan nafas kita. Tolehan wajah kita. Segalanya akan memberi andil dalam menciptakan sejarah. Tak ada yang luput.

Teori efek kepak sayap kupu-kupu mengingatkan kita bahwa kita tidak sungguh-sungguh tahu apa yang akan terjadi pada diri kita. Jika saat ini kita mendapati diri kita dalam keadaan baik-baik saja, maka itu karena berbagai peristiwa, sekecil apapun, yang mendahului tidak memberi efek negatif pada diri kita.

Seluruh peristiwa yang selama ini kita abaikan memberi andil terhadap apa dan siapa kita saat ini. Jika seperti ini, lalu dengan alasan apa kita tidak bersyukur. Jika kita hanya bersyukur untuk keberuntungan-keberuntungan besar dalam hidup, maka teori efek kepak sayap kupu-kupu menyadarkan kita bahwa setiap detik kehidupan ini patut untuk disyukuri.

***

Jika sekecil apapun gerak kita berarti andil kita terhadap penciptaan sejarah masa depan, maka sekecil apapun tindakan kita saat ini semestinya kita niati dan jalani sebagai ibadah. Kita tidak pernah tahu bahwa keputusan kita untuk duduk atau berdiri, berjalan atau berhenti, atau hal-hal remeh lain, akan memberi dampak terhadap masa depan kita dan orang lain. Itulah rahasianya mengapa kita perlu memulai setiap kegiatan dengan menyebut asma’ Allah, agar seluruhnya menjadi amal kebaikan, menyebarkan Rahman dan Rahim Allah kepada diri kita dan semesta ini.

Baca Juga  Kecerdasan Ma’rifat Berbeda dengan Spiritual Quotient

Itulah mengapa dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Muslim dinyatakan bahwa “kana al-nabiyyu SAW yadzkuru Allah ‘ala kulli ahyanihi” (Nabi SAW selalu berzikir kepada Allah di setiap keadaannya).

Karena keberuntungan kita saat ini adalah akumulasi dari debu-debu kebaikan yang dijalankan orang lain yang kita tidak tahu karena saking rumitnya sistem kehidupan ini, maka janganlah kita egois dalam berdoa. Untuk apa berdoa hanya untuk kebaikan diri sendiri tanpa membaginya kepada yang lain. Tidak ada orang yang bias bahagia sendiri jika orang-orang lain di sekitarnya menderita.

Ahmad Zainul Hamdi
27 posts

About author
Pimpinan Umum Arrahim.id; Direktur Moderate Muslim Institute; Senior Advisor Jaringan GUSDURian Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Pada Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kemenag RI
Articles
Related posts
Falsafah

Tawaran Al-Jabiri Atas Pembacaan Turats

4 Mins read
Abed al-Jabiri adalah salah satu pemikir Islam yang paling dikenal di era modern. “Naqd al-Aql al-Arabi” atau proyek pemikiran “Kritik Nalar Arab”…
Falsafah

Deep Ecology: Gagasan Filsafat Ekologi Arne Naess

4 Mins read
Arne Naess adalah seorang filsuf Norwegia yang dikenal luas sebagai pencetus konsep “ekologi dalam” (deep ecology), sebuah pendekatan yang menggali akar permasalahan…
Falsafah

Sokrates: Guru Sejati adalah Diri Sendiri

3 Mins read
Dalam lanskap pendidikan filsafat, gagasan bahwa guru sejati adalah diri sendiri sangat sesuai dengan metode penyelidikan Sokrates, filsuf paling berpengaruh di zaman…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds