Tajdida

ELMU : Kontribusi Muhammadiyah untuk Bangsa

4 Mins read

Oleh : Fathin Robbani Sukmana

Perkembangan teknologi saat ini begitu pesat, penggunaan gawai atau smartphone menjadi hal yang sangat penting, di Indonesia hampir semua orang memiliki gawai dan bahkan beberapa orang di Indonesia memiliki lebih dari satu gawai.

Hasil survei We Are Social pada Januari 2019 menyebutkan jumlah gawai di Indonesia mencapai angka 355.5 juta unit. Sedangkan jumlah penduduk di Indonesia berjumlah 268.2 juta jiwa, ini artinya peredaran gawai lebih banyak dari jumlah penduduk Indonesia.

Selain perkembangan teknologi, Indonesia dihadapkan dengan Revolusi Industri 4.0 yang dikemukakan oleh Prof. Klaus Schwab. Era revolusi industri 4.0 ini mendorong sistem otomasi dalam semua proses aktivitas.

Semua  pihak baik pemerintah, organisasi masyarakat, organisasi kepemudaan perlu melakukan pembenahan agar dapat mengikuti perkembangan dunia digital, sehingga kegiatan ataupun program yang dirancang perlu penyesuaian agar tidak mati tergerus zaman.

Minat Baca Masyarakat Indonesia di Era Digital

Menurut data UNESCO pada tahun 2016, tingkat literasi di Indonesia menduduki peringkat 60 dari 61 negara, selain itu UNESCO juga menggambarkan bahwa keinginan membaca orang Indonesia sekitar 0.001%, artinya hanya satu orang yang memiliki minat baca dari setiap 1000 orang.

Sedangkan hasil penelitian Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI) pada tahun 2017 menyebutkan bahwa frekuensi membaca orang Indonesia rata-rata 3-4 kali per pekan dengan lama waktu membaca per hari rata-rata 30 menit hingga 59 menit.

Sementara, jumlah buku yang ditamatkan per tahun rata-rata hanya 5-9 buku. Ini menandakan bahwa minat baca masyarakat Indonesia masih rendah. Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan minat baca orang Indonesia di era digital masih rendah

Pertama, belum ditanamkan minat membaca sejak dini oleh masyarakat Indonesia, Gerakan Literasi Sekolah yang digagas kemendikbud pun belum menuaikan hasil. Karena jika melihat kondisi perpustakaan di sekolah-sekolah yang ada di Indonesia, memang belum bisa menarik perhatian siswa untuk gemar membaca dan nyaman di dalam perpustakaan.

Baca Juga  Belajar Moderasi Beragama Melalui Peristiwa Isra’ Mi’raj

***

Pusat data statistik kemendikbud tentang Rangkuman Statistik Persekolahan 2017-2018 menyebutkan dari 214.409 Sekolah baik SD, SMP, SMA dan sederajatnya hanya 144.293 sekolah yang memiliki perpustakaan. Dari 144.293 Perpustakaan yang ada 6.436 perpustakaan rusak berat dan 5.529 rusak total. Dari data tersebut fasilitas perpustakaan sekolah yang seharusnya menjadi gerbang pertumbuhan minat baca sangatlah minim, tentu ini sangat berpengaruh bagi indeks minat baca masyarakat Indonesia.

Kedua, mahalnya harga buku, ini merupakan salah satu faktor kecilnya minat baca di Indonesia. Kita perlu mengapresiasi penulis salah satunya dengan harga buku yang tinggi tetapi ini menjadi boomerang karena tingkat konsumsi buku di Indonesia menjadi rendah yang berdampak pada minat baca di Indonesia.

Ketiga, belum maksimalnya fungsi perpustakaan publik di Indonesia. Misalnya, warga jabodetabek lebih sering berkunjung ke perpustakaan nasional yang berada di Jakarta daripada perpustakaan daerah di tempatnya. Karena perpustakaan daerah belum memiliki fasilitas dan koleksi buku seperti perpustakaan nasional.

Selain itu, belum maksimalnya sosialisasi tentang aplikasi perpustakaan digital yang dimiliki oleh perpustakaan nasional yaitu ipusnas, sehingga belum bisa meningkatkan minat baca di Indonesia.

Tiga faktor tersebut adalah sedikit dari penyebab kurangnya minat baca masyarakat Indonesia. selain tiga faktor itu,  semakin berkembang dunia teknologi bisa membuat minat baca di Indonesia tetap kecil, karena mayoritas masyarakat Indonesia lebih memilih membaca konten di media sosial dibandingkan dengan membaca buku ataupun e-book bermanfaat.

ELMU : Kontribusi Muhammadiyah untuk Bangsa di Era Digital

107 Tahun Muhammadiyah telah berdiri, sejak tahun 1912 Muhammadiyah sudah banyak berkontribusi untuk bangsa terutama pada bidang pendidikan. Sampai saat ini Muhammadiyah memiliki 4.623 TK/TPQ, 2.252 SD/MI, 1.111 SMP/MTs, 1.291 SMA/MA/SMK, 67 Pondok Pesantren dan 171 Perguruan tinggi Muhammadiyah.

Baca Juga  Gen Humanis Muhammadiyah: Menapaki Jejak KH. Ahmad Dahlan

Muhammadiyah sebagai Organisasi besar, tentu terus berinovasi untuk berkontribusi kepada bangsa termasuk dalam penyelesaian masalah masalah pendidikan di antaranya adalah permasalahan minat baca di Indonesia yang sangat kecil.

Muhammadiyah saat ini perlu menambahkan inovasinya untuk tetap berkibar terutama di era digital, karena saat ini sudah banyak masyarakat yang beralih ke dunia digital terutama internet. Ini merujuk kepada data statista  2019 yang menunjukkan pengguna internet di Indonesia pada 2018 sebanyak 95.2 juta, sedangkan pada tahun 2019 akan meningkat menjadi 107.2 pengguna internet. Ini menjadi sebuah peluang bagi Muhammadiyah untuk mengembangkan inovasi dalam meningkatkan minat baca di Indonesia.

ELMU bisa menjadi inovasi Muhammadiyah dalam meningkatkan minat baca di Indonesia pada era digital, ELMU adalah singkatan dari Electronic Library (e-library) Muhammadiyah, ELMU bisa berbentuk aplikasi yang berisi buku-buku umum dan buku-buku tentang Muhammadiyah.

***

ELMU bisa dibuat dengan dua jenis, pertama untuk versi gratis dan kedua untuk versi berbayar. ELMU versi gratis berisi buku-buku dengan berbagai jenis seperti novel, buku umum, buku Kemuhammadiyahan, jurnal Muhammadiyah. Sedangkan untuk versi berbayar bisa mengakses suara Muhammadiyah dalam bentuk e-magazine yang terbit lebih awal dari versi cetaknya, serta buku-buku mahal yang dikonversikan menjadi e-book,  lalu buku-buku al-islam dan kemuhammadiyahan khusus untuk bahan ajar di Lembaga Pendidikan Muhammadiyah.

ELMU bisa diakses oleh masyarakat luas dengan cara mendaftar dan memasukan identitas diri, bagi anggota Muhammadiyah, organisasi otonom dan seluruh siswa atau mahasiswa di lingkungan Muhammadiyah dapat mendaftar dengan memasukan nomor kartu anggota, nomor induk siswa dan nomor induk mahasiswa.

Untuk ELMU versi berbayar, Amal Usaha Muhammadiyah wajib berlangganan untuk meningkatkan bacaan semua unsur di institusinya, misal Universitas Muhammadiyah Yogyakarta berlangganan versi berbayar untuk kebutuhan dosen dan mahasiswa agar dosen dan mahasiswa bisa diakses secara gratis menggunakan akun UMY. ELMU Versi berbayar untuk AUM satu akun bisa diakses oleh 100 hingga 1000 orang, agar semua unsur di AUM bisa langsung mengakses tanpa memikirkan biaya yang cukup besar.

Baca Juga  Indonesia adalah Darul Ahdi Wa Syahadah

Manfaat dari ELMU ini adalah pertama adalah tentu untuk meningkatkan minat baca masyarakat Indonesia, karena berisi buku-buku yang mudah diakses dan langka di toko toko.

***

Kedua, ELMU mempermudah akses distribusi buku, karena berbentuk e-book  sehingga bisa diakses secara cepat oleh masyarakat Indonesia dan Pimpinan Muhammadiyah di Indonesia secara cepat jika membutuhkan sumber dari buku-buku terutama buku tentang Muhammadiyah.

Ketiga, ELMU dapat menambah usaha Muhammadiyah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa khususnya di era digital ini.

Semoga e-library Muhammadiyah (ELMU) ini dapat menjadi inovasi dan kontribusi Muhammadiyah untuk bangsa Indonesia di era digital. ELMU juga dapat mempermudah menyebarluaskan dakwah Muhammadiyah melalui tulisan dan buku-buku yang ada di dalamnya.

1005 posts

About author
IBTimes.ID - Cerdas Berislam. Media Islam Wasathiyah yang mencerahkan
Articles
Related posts
Tajdida

Islam Berkemajuan: Agar Umat Bangkit dari Kemunduran

7 Mins read
Islam Indonesia: Berkemajuan tapi Pinggiran Pada 2015 terjadi dua Muktamar mahapenting: (1) Muktamar Islam Nusantara milik Nahdlatul Ulama, (2) Muktamar Islam Berkemajuan…
Tajdida

Ketika Muhammadiyah Berbicara Ekologi

4 Mins read
Apabila dicermati secara mendalam, telah terjadi degradasi nilai-nilai manusia, nampakyna fungsi utama manusia sebagai khalifah fil ardh penjaga bumi ini tidak nampak…
Tajdida

Siapa Generasi Z Muhammadiyah Itu?

3 Mins read
Dari semua rangkaian kajian dan dialog mengenai Muhammadiyah di masa depan, agaknya masih minim yang membahas mengenai masa depan generasi Z Muhammadiyah….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds