Tasawuf

Empat Jalan Mengenal Allah

2 Mins read

Oleh: Zainal Arifin

Setiap agama pasti memiliki Tuhan yang disembah dan setiap Tuhan pastinya merupakan suatu dzat yang maha segala-galanya, tempat bertumpunya semua pengharapan dan pengampunan atas segala dosa. Tuhan dalam Islam telah memperkenalkan diri-Nya dengan nama Allah. Sebagaimana firman-Nya dalam QS. Thaha [20]: 14: Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan laksanakanlah salat untuk mengingat Aku.

Menurut Quraish Shihab, kata Allah berasal dari kata aliha yang berarti “mengherankan,” “menakjubkan” karena setiap perbuatan-Nya menakjubkan. Kata Ilah terambil dari akar kata yang berarti ditaati karena Ilah atau Tuhan yang selalu ditaati. Intinya, kata Allah menunjuk kepada Tuhan yang Wajib Wujud-Nya, berbeda dengan kata Ilah yang menunjuk kepada siapa saja yang dipertuhan, baik itu Allah maupun selainnya, seperti matahari (baca QS. Al-Furqan [25]: 43: Sudahkah engkau (Muhammad) melihat orang yang menjadikan keinginannya sebagai tuhannya. Apakah engkau akan menjadi pelindungnya?

***

Dalam tradisi Islam, ada empat sumber pengetahuan, yaitu berasal dari wahyu, akal, indra, dan intuisi atau pengalaman keberagamaan (religious experience). Empat sumber pengetahuan ini bisa dijadikan sebagai jalan-jalan mengenal Tuhan.

Pertama, melalui wahyu. Kita dapat mengenal Allah SWT melalui wahyu (al-Quran). Banyak ayat al-Quran yang menjelaskan bagaimana Allah memperkenal diri-Nya, salah satunya dalam QS. Al-Ikhlas [112]: 1-4. Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa. (1)  Allah tempat meminta segala sesuatu. (2) (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. (3) Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.” (4).

Kedua, melalui akal dan indra. Allah SWT telah memberikan keistimewaan kepada manusia berupa potensi akal (untuk memahami pengetahuan secara rasional) dan indra (untuk memahami fakta lingkungan/empirik). Keduanya dapat digunakan untuk memahami eksistensi Tuhan melalui ciptaan-ciptaan-Nya yang tergelar di alam semesta, seperti kesempurnaan ciptaan manusia, keteraturan alam, bumi, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan lain sebagainya.

Baca Juga  Posisi Akal dan Wahyu dalam Metode Ta’wil Ibnu Rusyd

Ketiga, melalui intuisi. Potensi intuisi bersumber dari hati, rasa (dzauq), atau pengalaman spiritual. Pengenalan Tuhan melalui intuisi menuntut adanya pengalaman dalam beragama yang hanya dapat dirasakan oleh sang pelaku spiritual (Salik). Misalnya, melalui ibadah yang khusyu’, membaca wirid-wirid, zikir, bahkan ada yang menggunakan sarana (media) seperti tarian Sufi Rumi yang dikenal dengan whirling dance.

***

Jalan intuisi adalah jalan ihsan yaitu kesadaran akan kehadiran Tuhan setiap saat dan pada setiap tempat. Sebagaimana Sabda Nabi Muhammad SAW, Ihsan adalah “Jika engkau beribadah kepada Allah, seakan-akan kamu melihat-Nya, jika kamu tidak mampu melihat-Nya, maka (yakinlah) bawa Allah selalu melihatmu” (HR Bukhari).

Ada baiknya kita renungkan hikmah Ibn Athaillah yang menjelaskan perbedaan antara orang yang mengenal Tuhan melalui akal/indra (penciptaan alam) dengan intuisi (musyahadah/makrifat). Jauh bedanya antara orang yang berdalil bahwa adanya Allah menunjukkan adanya alam dan orang yang berdalil bahwa adanya alam menunjukkan adanya Allah.

Orang yang mengatakan ‘adanya Allah menunjukkan alam’ adalah orang yang telah mengenal Al-Haqq (Allah) dengan keputusan-Nya. Karena itulah, ia menetapkan keberadaan alam ini dari keberadaan pangkal (Dzat) yang membuatnya ada.

Sementara itu, yang berdalil ‘adanya alam menunjukkan adanya Allah’ adalah orang yang belum sampai kepada-Nya. Sebab, sejak kapan Allah itu gaib sehingga Dia harus dibuktikan dengan wujud alam dan kapan Allah itu jauh sehingga semesta ini harus menjadi pengantar menuju-Nya.

* Dosen Prodi MPI UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. E-mail: [email protected]

Selengkapnya klik di sini

Editor: Arif

1005 posts

About author
IBTimes.ID - Cerdas Berislam. Media Islam Wasathiyah yang mencerahkan
Articles
Related posts
Tasawuf

Tasawuf di Muhammadiyah (3): Praktik Tasawuf dalam Muhammadiyah

4 Mins read
Muhammadiyah tidak menjadikan tasawuf sebagai landasan organisasi, berbeda dengan organisasi lainnya seperti Nahdlatul Ulama. Akan tetapi, beberapa praktik yang bernafaskan tentang tasawuf…
Tasawuf

Tasawuf di Muhammadiyah (2): Diskursus Tasawuf dalam Muhammadiyah

4 Mins read
Muhammadiyah pada awal mula berdirinya berasal dari kelompok mengaji yang dibentuk oleh KH. Ahmad Dahlan dan berubah menjadi sebuah organisasi kemasrayarakatan. Adapun…
Tasawuf

Urban Sufisme dan Conventional Sufisme: Tasawuf Masa Kini

3 Mins read
Agama menjadi bagian urgen dalam sistem kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan, pasti memiliki titik jenuh, titik bosan, titik lemah dalam…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds