Parenting

Empat Pola Pendidikan Orang Tua Kiai Ahmad Dahlan

4 Mins read

Pola Pendidikan Orang Tua Ahmad Dahlan

Menyelisik para tokoh-tokoh terdahulu bahwa dibalik kesuksesan mereka pasti ada peran orang tua yang selalu mendukung untuk menjadi besar serta menjadi teladan bagi masyarakat. Dahulu para ulama meringkas nama Abdullah bin Umar menjadi Ibnu Umar untuk mengapresiasi peran orang tua yaitu Umar bin Khattab selaku ayahandanya yang begitu cerdas mendidik anaknya. Sama halnya K.H. Abu Bakar dan Siti Aminah kepada putra tersayangnya yakni Muhammad Darwis yang kelak akan berganti nama menjadi Ahmad Dahlan. Lantas bagaimana pola pendidikan yang diberikan orang tua kiai Ahmad Dahlan kepada dirinyanya? sehingga ia bisa menjadi tokoh nasional sekaligus pendiri salah satu organisasi terbesar di Indonesia ini?

Setidaknya ada empat pola pendidikan yang diajarkan oleh orang tua dalam mendidik kiai Ahmad Dahlan. Mari coba kita simak secara saksama.

Pertama, Mengajaknya Salat di Masjid

Kesalehan tidak hanya untuk pribadi, itu yang mungkin dirasakan oleh Abu Bakar bahwa menjaga keluarga agar selalu berada dalam agama yang lurus merupakan sebuah kewajiban. Sebenarnya banyak cara untuk menjaga keluarga agar tetap istiqomah dalam beragama, tetapi yang diutamakan oleh Abu Bakar yaitu pokok agama dengan senantiasa mengawasi Darwisy agar selalu salat di masjid.

Kebiasaan salat berjamaah di masjid ini sudah mendarah daging bagi keluarga Abu Bakar. Kebiasaan ini tidak hanya berdampak bagi pembentukan sufisme Darwis di masa-masa selanjutnya tetapi juga berdampak besar bagi tumbuh kembang karakter Darwis yang sudah diajari nilai-nilai keagamaan sejak dini.

Penanaman keagamaan sejak dini akan membuat si anak lebih dewasa dibandingkan teman seusianya. Sebab yang ia ikuti adalah aktivitas seorang Rasulullah yang sudah berumur 40 tahun. Hal itu nampak jelas ketika Darwisy akan bermain dengan temannya ke suatu tempat akan tetapi temannya itu belum izin kepada kedua orang tuanya dengan anggapan bahwa bepergian ke tempat yang dekat tidak perlu meminta izin.

Baca Juga  Apakah Muhammadiyah Masih Layak Disebut Modernis?

Namun demikian, saat itu Darwis kecil tetap menjunjung tinggi nilai hormat-menghormati orang tua. Contoh dialog berikut:

“Tapi kamu tetap minta izin ibumu kalau mau pergi, kan?” Tanya Darwisy.

“Ndak selalu.” Jawab Pono.

“Kamu ndak boleh begitu, Pono. Surga itu di bawah telapak kaki ibu.” Ucap Darwisy. (M. Sanusi, 2013:57)

Kedua, Memberikan Wejangan Hidup Berupa Cerita-Cerita

Pemberian wejangan sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang seorang anak. Sebagaimana dilakukan oleh Lukman kepada anaknya yang diabadikan dalam al-Qur’an. Abu Bakar dan Aminah acap kali memberikan kisah-kisah para nabi dan tokoh-tokoh yang terdapat pesan tersirat di dalamnya.

Darwisy kecil biasanya mendapat cerita-cerita seusai salat isya di Masjid Gedhe. Di antara cerita yang paling Darwisy bahagia dan bangga yaitu perihal dirinya dan silsilah keluarganya.

Konon pernah ada lindu atau gempa bumi tahun 1868 di Yogyakarta yang itu merupakan tahun kelahiran Darwisy. Gempa itu tidak hanya menghancurkan rumah-rumah penduduk tetapi juga pada serambi Masjid Gedhe Kauman.

Menurut beberapa penafsir, kelahiran Darwisy akan membawa perubahan besar di masyarakat atau mengembalikan masa-masa kejayaan Islam yang pernah diraih. Meskipun tidak begitu mengerti tetapi Darwisy sangat senang dan antusias.

Ada kiai sepuh yang terbiasa membaca bahasa langit mengatakan bahwa kamulah yang akan memikul tugas untuk merapikan kembali keimanan masyarakat, Anakku, menata akidah mereka, meluruskan kembali syariat yang sudah terlalu banyak bercampur dengan adat,” Ujar ayahnya.

Cerita lainnya yang paling Darwisy bangga yaitu mengenai silsilah keluarganya yang merupakan keturunan wali besar di tanah Jawa yaitu Syekh Maulana Malik Ibrahim. Belum lagi ketika ayahnya melanjutkan bahwa Syekh Maulana Malik Ibrahim merupakan keturunan dari Rasulullah SAW. (M. Sanusi, 2013:15-17)

Baca Juga  Perjuangan Pendidikan dalam Melawan Korupsi

Diterapkannya cerita-cerita yang bernilai keislaman dan keilmuan dapat berdampak baik pada tumbuh kembang dan mental seorang anak. Lihat saja bagaimana ketika seorang anak yang masih belia diberi kisah-kisah yang tidak mendidik, horor bahkan khurafat maka tentu saja mengganggu mental si anak sehingga bisa membuat anak menjadi pendiam, tidak percaya diri, dan penakut.

Ketiga, Menempatkan Tempat Bermain yang Baik

Sebagaimana dalam sabda Rasulullah SAW:

“Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya”. (H.R. Bukhari Muslim)

Ibnu Taimiyah memperkuat dengan teorinya bahwa perkembangan manusia dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan, ini pun selaras dengan yang diucapkan oleh Wiliam Stern ketika membahas tentang psikologi perkembangan anak.

Hadis dan teori di atas membuat Abu Bakar senantiasa menempatkan anaknya untuk bermain di halaman Masjid Gedhe Kauman yang itu merupakan tempat Darwisy mengaji bersama teman-temannya.

Halaman Masjid Gedhe menjadi tempat yang mudah bagi ayahnya untuk mengawasi Darwisy sedang bermain apa saja dengan temannya. Selain di masjid, terkadang selepas mengaji Darwisy bersama teman-temannya bermain bola atau layangan di lapangan.

Atas seizin dan sepengetahuan orang tuanya maka Darwisy pun diperbolehkan bermain, mengingat Abu Bakar dan Aminah sudah menanamkan nilai-nilai agama dalam diri Darwisy. Penanaman itu kemudian menjadikan Darwisy menjadi leader di antara teman-temannya ketika bermain berkat kebijaksanaannya dalam menyikapi sesuatu.

Contoh ketika Darwis dan teman-temannya sedang bermain bola di alun-alun selatan melawan Kelurahan Ngadisuryan, pada saat itu timnya Darwis merasa dicurangi oleh tim lawan dan Darwis sendiri dicederai oleh mereka. Setelah kejadian itu, Darwis tidak marah dan tidak ada dendam pada dirinya sebab menang dan kalah itu sudah biasa dalam permainan. (M. Sanusi, 2013:24-25)

Baca Juga  Menyambut Kelahiran Anak menurut Ajaran Rasulullah

Keempat, Mengajarkan Agar Membiasakan Berdiskusi

Diskusi merupakan cara paling ampuh untuk terciptanya kesepakatan dengan saling menyampaikan argumen masing-masing ketika memutuskan sesuatu.

Takmir Masjid Gedhe Kauman kerap kali mengadakan rapat menjelang persiapan Ramadhan bersama penghulu masjid. Abu Bakar pun mengajak Darwisy untuk ikut bergabung walau sekedar menyaksikan rapat itu berlangsung.

Sudah sepantasnya kamu mulai tahu bagaimana proses mufakat di lingkungan Masjid Gedhe ini terjadi. Apalagi ini menyangkut persiapan bulan suci Ramadhan.” Ucap ayahnya. (M. Sanusi, 2013:72)

Keikutsertaan Darwis dalam forum itu tidak hanya sekedar belajar bagaimana caranya berdiskusi tetapi itu merupakan momen untuk bisa bertemu dengan para petinggi Masjid Gedhe dan orang-orang berilmu dalam menyampaikan argumen-argumen. Alhasil keempat pola asuh itu lah yang secara umum diterapkan oleh Abu Bakar dan Aminah.

Keempat pola tersebut mencakup tiga pelajaran penting; yaitu penanaman keagamaan yang diimplementasikan dengan salat ke masjid, dialog internal antara orang tua dan anak, serta bergaul di masyarakat dengan melatih berdiskusi sehingga terciptalah Ahmad Dahlan yang berwibawa dan berdedikasi besar bagi agama dan bangsa melalui organisasi yang didirikannya yaitu Muhammadiyah. Demikianlah empat pola pendidikan orang tua kiai Ahmad Dahlan yang bisa kita contoh dalam kehidupan sehari-hari.

Editor: Muhammad Awaluddin Al Kirom

Muhamad Hibanullah
3 posts

About author
Mahasiswa PUTM (Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah) PP Muhammadiyah
Articles
Related posts
Parenting

Generasi Toxic Harus Dididik, Bukan Dihardik!

5 Mins read
Tulisan sederhana ini saya suguhkan, berangkat dari keresahan saya tentang fenomena “generasi toxic“. Ada rasa cemas ketika saya menyadari bahwa generasi muda…
Parenting

Ajarkan Kepada Anak-anak, Masjid Tak Sekedar Tempat Ibadah

3 Mins read
Ibadah adalah salah satu aspek penting dalam kehidupan seorang Muslim. Untuk memastikan agar generasi muda memiliki pemahaman yang kuat tentang nilai-nilai agama…
Parenting

Nasihat Nashih Ulwan untuk Para Pendidik Anak

3 Mins read
Awalan, Abdullah Nashih Ulwan sangat gemar menulis, kertas dan pena senantiasa bersama dimanapun dia berada. Walaupun sibuk dengan kuliah, undangan dan ceramah, dia tetap meluangkan waktu…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds