Hadis

Faktor Penyebab Keterlambatan Penulisan dan Kodifikasi Hadis

3 Mins read

Penulisan hadis sebenarnya sudah ada di zaman Nabi Saw, namun penulisan tersebut tidak dilakukan secara terang-terangan. Hal ini dibuktikan dengan adanya shahifah-shahifah sahabat seperti shahifah Abu Hurairah, shahifah Aisyah, shahifah Anas bin Malik, shahifah Abu Bakar, dan lain-lain. Adapun riwayat yang membolehkan penulisan hadis di zaman Nabi Saw seperti riwayat dari Rafi’ bin Khudaij, riwayat Abdullah bin Umar, riwayat Abdullah ‘Amr bin ‘Ash dan lain-lain. Selain itu, ada juga riwayat yang melarang penulisan hadis sehingga menghasilkan beberapa kontroversi di kalangan ulama hadis.

Pelarangan dan Perizinan Penulisan

Perihal pelarangan dan perizinan penulisan hadis di zaman Nabi Saw, para ulama hadis terbagi menjadi dua pendapat. Pendapat pertama menyatakan, bahwa riwayat yang melarang penulisan hadis di-nasakh oleh riwayat yang membolehkannya. Menurut mereka, pelarangan penulisan hadis Nabi saw terjadi pada awal-awal Islam disebabkan kekhawatiran adanya percampuran antara hadis dan al-Qur’an. Hal tersebut bertujuan untuk menjaga kemurnian al-Qur’an. Namun, ketika kekhawatiran tersebut mulai hilang karena para sahabat telah mengetahui dan terbiasa dengan susunan ayat al-Qur’an, maka Nabi Saw mengizinkannya untuk menuliskan hadis.

Pendapat kedua menyatakan, bahwa pada dasarnya kedua riwayat tersebut tidak bertentangan. Mereka menyatakan, bahwa larangan itu dikhususkan bagi sahabat yang dikhawatirkan akan mencampurkan al-Qur’an dan hadis karena tidak tahu menahu tentang tulis menulis. Adapun diizinkan bagi sahabat yang tidak dikhawatirkan untuk mencampurkan Al-Qur’an dan Hadis. Seperti Abdullah bin Amr bin ‘Ash yang diizinkan langsung oleh Nabi untuk menuliskan hadis. Maka dapat disimpulkan bahwa, pendapat kedua ini poinnya ialah Nabi melarang penulisan hadis secara resmi, akan tetapi mengizinkan secara khusus.

Sejarah Penulisan dan Kodifikasi Hadis

Dalam kitab Tadzkirat Al-Huffadz karya imam Al-Dzahabi, jumhur ulama hadis berpendapat bahwa hadis-hadis Nabi Saw disebarkan melalui tradisi lisan sampai akhir abad pertama hijriyah. Sedangkan orang yang pertama kali memiliki inisiatif untuk menulis dan membukukan hadis ialah Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Kemudian ia mengirimkan surat kepada Abu Bakar bin Hazm yang berisi “periksalah dan tulislah semua hadis-hadis Nabi, sunnah-sunnah yang telah dikerjakan, atau hadis dari Amrah; karena saya khawatir hal itu akan punah”. Hal ini menjadi awal mula perizinan untuk menulis hadis Nabi saw secara resmi dan terbuka.

Baca Juga  Apa yang Membuat Para Orientalis Tertarik untuk Mengkaji Islam?

Khalifah Umar bin Abdul Aziz juga memberikan tugas kepada Ibnu Syihab Al-Zuhri untuk mengumpulkan dan menuliskan hadis. Ibnu Syihab Al-Zuhri akhirnya dapat mengumpulkan hadis Nabi Saw sebagaimana perintah dari Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Sebenarnya Abu bakar bin Hazm sebagai orang pertama yang ditugaskan telah mengumpulkan hadis, namun Ibnu Hazm belum mengumpulkan hadis secara menyeluruh. Maka dari itu, Ibnu Syihab Al-Zuhri yang diakui sebagai orang yang pertama kali mengumpulkan dan menuliskan hadis secara menyeluruh.

Sebagaimana pendapat Imam Malik yang populer bahwa orang yang pertama kali menuliskan hadis ialah Ibnu Syihab Al-Zuhri. Setelah itu, penulisan hadis semakin berkembang dan semakin banyak, begitu pula penulisan buku-buku lain.

Faktor Penyebab Keterlambatan Penulisan dan Kodifikasi Hadis

Masalah pokok yang menyebabkan keterlambatan penulisan dan kodifikasi hadis, para ahli berpendapat bahwa, pembukuan hadis terlambat sampai seratus tahun lebih adalah karena mereka hanya mengikuti pendapat yang populer di kalangan mereka, tanpa kemudian meneliti sumber-sumber yang menunjukkan bahwa hadis sudah dibukukan pada masa yang lebih awal.

Ibnu Hajar menyebutkan, bahwa hadis Nabi Saw belum disusun dan dibukukan pada masa sahabat dan tabi’in tua. Hal tersebut karena adanya dua faktor. Pertama, pada awalnya memang mereka dilarang menulis hadis seperti tersebut dalam Shahih Muslim – karena khawatir tercampur dengan Al-Qur’an. Kedua, hafalan mereka sangat kuat dan otak mereka juga cerdas, di samping umumnya mereka tidak dapat menulis.

Pada akhir masa tabi’in hadis Nabi baru mulai dibukukan dan disusun. Orang-orang yang pertama kali melakukan hal itu menurut Ibnu Hajar adalah Al-Rabi’ bin Shabih, Sa’id bin Abi ‘Arubah, dan lain-lain. Sampai datang tokoh-tokoh generasi ketiga, dimana mereka membukukan hadis berdasarkan metode penyusunan kitab-kitab hukum (fiqih). Seperti Imam Malik menyusun kitab Muwaththa’ di Madinah, begitu pula Ibnu Juraij di Makkah, Al-‘Auza’i di Syam, Al-Tsauri di Kufah, Hammad bin Salamah di Basrah, dan lain-lain.

Baca Juga  Tesis Joseph Schacht: Hadis Nabi adalah Bikinan Ulama Abad Kedua & Ketiga Hijriah

Apakah gerangan yang dimaksud oleh Ibnu Hajar dalam kalimatnya “bahwa hadis belum disusun dan dibukukan pada masa sahabat dan tabi’in tua”? Apakah ia tidak mengakui adanya penulisan dan penyusunan hadis dalam bentuk buku? Ataukah ia tidak mengakui adanya penulisan hadis pada masa itu secara keseluruhan? Apabila yang dimaksud adalah yang pertama. maka itu dapat diterima. Namun, jika yang dimaksud adalah yang kedua tentu saja itu tidak dapat diterima.

Dari keterangan Ibnu Hajar sebelumnya dapat disimpulkan bahwa, terlambatnya pembukuan hadis sampai akhir masa tabi’in adalah karena tiga faktor. Pertama, kebanyakan mereka tidak dapat menulis. Kedua, kekuatan hafalan dan kecerdasan mereka sudah dapat diandalkan, sehingga mereka tidak perlu menulis hadis. Ketiga, karena pada mulanya ada larangan Nabi Saw untuk menulis hadis sebab kekhawatiran terhadap sejumlah al-Qur’an akan tercampur dengan hadis, sehingga al-Qur’an tidak murni lagi.

Editor: Daib

Avatar
1 posts

About author
Penulis
Articles
Related posts
Hadis

Transmisi Hadits Era Tabi’in

4 Mins read
Pengetahuan tentang proses penyebaran hadits menjadi sangat penting, mengingat rentang waktu antara umat dengan Nabi-nya. Akan tetapi keterbatasan ruang dan waktu tersebut…
Hadis

Sunan Asy-Syafi'i, Kitab Hadis yang Ditulis Langsung oleh Imam Syafi'i

2 Mins read
Tentang Kitab Sunan Syafi’i Sesungguhnya kitab As-Sunan karya Imam Asy-Syafi’i ditulis langsung oleh beliau. Kitab Sunan ini merupakan kitab yang terbilang “…
Hadis

Hadis Daif: Haruskah Ditolak Mentah-mentah?

4 Mins read
Dalam diskursus kajian hadis, masalah autentisitas selalu jadi perhatian utama. Bagaimana tidak, dalam konstruksi hukum Islam sendiri menempatkan hadis pada posisi yang…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds