Perspektif

Film Horor, Pemicu Ketakutan dalam Beribadah

3 Mins read

Film horor Indonesia makin kesini jadi makin kesana, karena sering disebut sebagai eksploitasi agama, khususnya Islam. Wujud eksploitasi itu tak jarang dihadirkan dalam bentuk adegan beribadah maupun diletakkan dalam judul film. Namun kendati demikian, tak bisa dipungkiri kalau genre horor sangat digemari masyarakat Indonesia. Siapa coba yang takut nonton film horor tapi tetap dan maksa pengen nonton?

Di laman Suara.com pernah merilis film horor yang terlalu mengeksploitasi agama. Ya niatnya horor religi, tapi  bikin takut setelah nonton. Di antaranya; Film Makmum 2, Khanzab, Waktu Maghrib, Qorin, Sijjin, Pemandi Jenazah, Pengabdi Setan, Kiblat dsb.

Alih-alih membuat penikmat film bertaubat, film-film ini justru dikritik karena membuat orang jadi takut untuk beribadah. Khususnya mereka yang istiqamah menjalankan shalat tahajud pada tengah malam.

Penulis ambil contoh film Kiblat yang kritiknya santer banget di Twitter hingga dilarang tayang oleh MUI. Meski agak bingung juga ya, apa sebenarnya otoritas MUI untuk melarang. Tapi tulisan ini bukan buat menjatuhkan pasar film Kiblat. Toh produsernya udah minta maaf juga kok karena terlalu mengeksploitasi. Ini saya ambil hanya sebagai contoh.

Kritik film Kiblat hadir dari Gina S. Noer, seorang Filmmaker di Indonesia yang cukup gelisah. Ia mengkritik maraknya penggunaan adegan ibadah seperti doa, salat, dan zikir sebagai instrumen menampilkan teror dalam film horor Indonesia.

“Kebanyakan film horor menggunakan salat, doa, zikir dll cuman jadi plot device murahan untuk jumpscare karakternya diganggu setan. Sehingga kelemahan iman bukan lagi menjadi eksplorasi kritik terhadap keislaman yang dangkal, melainkan cara dangkal biar cepat seram,” tulisnya melalui akun instagramnya di @ginasnoer.

Menurut Ghina, mulai dari proses suci mengafankan terus menerus dieksploitasi jadi pocong. Dampak film bagi penonton yang menimbulkan rasa takut ketika beribadah seperti salat di malam hari. Kontroversi  kritik tersebut juga ada lho, banyak yang mengatakan salah penonton yang imannya lemah.

Baca Juga  Dari Karhutla Mengharap Ekopopulisme Jokowi

“Gua ga beriman-iman banget, cuman karena gua sebagai filmmaker dan yang percaya bahwa Islam agama baik dan lemah lembut, kelamaan jadi gelisah soal ini. Enggak semua orang dapat pemahaman dan pengajaran agama Islam yang baik secara merata, ya masa kita sebagai yang berkeseninan enggak mindfull sama hal ini,” tegasnya sebagai filmmaker.

Dukungan kritik juga hadir dari Joko Anwar yang menurutnya penggunaan nilai religi dalam film horor Indonesia sebagai hal yang wajar. Namun, ia tidak membenarkan penggunaan unsur agama untuk sekedar menciptakan adegan horor dalam film.

“Tujuan utama film horor bukan pada keberhasilan menakut-nakuti penonton, melainkan pada kekuatan pesan yang tertuang, sehingga itu bisa berfungsi sebagai dakwah,” tegasnya dalam wawancara Bloomberg Technoz 2024.

Tapi ini kan baru spekulasi ya, apakah benar ketakutan penonton akan terbawa hingga mengganggu ibadah?

Pertanyaan akan ketakutan saat salat dilayangkan oleh Abdur Arsyad saat podcast bersama Habib Ja’far dalam program Tenda Tanya di akun youtube Kaks Production. Terkadang saat salat malam, tapi takut setan. Jadi saat salat, seolah seolah sekelebat di ekor mata ada putih putih, terus di depan kayak ada yang liatin, terus di belakang kayak ada yang nungguin, takut di belakang ada yang ikut sujud dan sebagainya.

Pria dengan nama lengkap Husein Ja’far al-Hadar itu mengatakan, hal tersebut dimunculkan oleh imajinasi yang dibentuk cerita dari buku maupun film. Film itu sering memosisikan salat berhubungan dengan gangguan setan, tapi setan dalam artian hantu yang akan mencekik dari belakang bukan setan yang berbisik agar salat jadi menurun secara kualitas. Padahal jarak terdekat seorang hamba adalah saat shalat khususnya saat sujud dan waktu terdekat seorang hamba dengan tuhan itu sepertiga malam.

Baca Juga  Dune 2: Perjuangan Masyarakat Adat Melawan Imperialisme

“Kamu berada di jarak dan waktu terdekat dengan Tuhan tapi kamu takut kepada musuh Tuhan. Secara logis aja itu ga masuk sebenarnya, berarti ada banyak bolongan-bolongan yang kamu lompati sehingga tiba tiba salat,” jelasnya.

Habib Ja’far menghadirkan Q.S Yusuf ayat 64 tentang melaksanakan salat tapi khawatir kepada sesuatu di luar kontrol kita, sedangkan yang mengontrol itu adalah Tuhan yang maha kasih.

“eh kok bisa kamu khawatir pada rezekimu besok, padahal Allah tidak khawatir kamu besok salat apa nggak?,” ucapnya.

Menurut pria berdarah Madura itu, dunia ini terlalu random untuk kita bisa memastikan semuanya berjalan baik-baik saja di bawah kontrol kita. Sehingga tidak ada kontrol lain selain iman. Mustahil kita untuk mengontrol yang diluar kehendak kita, apalagi yang gaib.

“Tidak ada daya kontrol yang bisa kamu manfaatkan kecuali iman sebagai seorang muslim. Nikmat terbesar adalah iman, karena dengan itu kamu jadi ga sedih dan ga takut,” tutupnya.

Tulisan ini dibuat open ending ya, intinya emang tergantung ketebalan iman atau emang filmnya aja yang agak-agak gitu? wkwkwk

Ayunda N. Fikri
1 posts

About author
Magister Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada. Ketua Forum Magister Muhammadiyah UGM UNY (FORMMA).
Articles
Related posts
Perspektif

Agama Mana yang Paling Benar?

3 Mins read
Tidaklah terlalu jelas kapan sebenarnya masyarakat mengetahui ada perbedaan antara agama langit (samawi) dan agama bumi (ardy), kategori-kategori seperti ini baru muncul…
Perspektif

Perang Israel-Iran dan Masa Depan Dunia Islam

4 Mins read
Timur Tengah menyala. Perang antara Israel dan Hizbullah di Lebanon mendapat reaksi dari Iran dengan mengirimkan 200-an rudal ke Israel. Serangan Israel…
Perspektif

Siapa yang Paling Muhammadiyah?

1 Mins read
Persyarikatan Muhammadiyah bagai gula dirubung semut ketika momen Pilpres dan Pilkada. Kontestan yang maju di ajang pemilihan berebut suara dari warga organisasi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds