Falsafah

Filsafat Islam: Bukan Filsafat Timur Maupun Barat!

4 Mins read

Seringkali filsafat dimonopoli oleh peradaban Barat. walaupun istilah filsafat sendiri ditemukan di Barat, oleh Pythagoras (572-497 SM), namun bukan berarti hanya orang Barat yang berfilsafat.

Sejatinya filsafat itu dimiliki oleh setiap peradaban. Karena, filsafat adalah aktivitas akal manusia, maka setiap peradaban yang maju pasti ada pemikir-pemikir besar yang turut andil dalam kemajuan peradaban tersebut.

Sejarah filsafat adalah sejarah peradaban dunia, setiap peradaban memiliki andil dalam pengembangan pengetahuan. Tentunya definisi dari pengetahuan kembali kepada masing-masing peradaban.

Dua Kutub Besar Filsafat

Dalam sejarah filsafat, seringkali kita diarahkan dengan dua kutub besar yaitu Barat dengan simbol rasionalisme dan Timur dengan simbol moralisme. Namun titik singgung yang sebenarnya bukan antara Filsafat Timur maupun Barat, namun di manakah posisi Filsafat Islam.

Karena mayoritas daerah Islam berada di kawasan Asia, dan benua Asia sendiri identik dengan Timur maka seringkali dipahami bahwa filsafat Islam merupakan bagian dari Filsafat Timur.

Secara geografis mungkin dapat kita terima. Namun secara corak pemikiran, sejatinya filsafat Islam bukan bagian dari mata rantai Filsafat Timur, melainkan peradaban yang memiliki sejarah filsafat tersendiri. Bahkan dapat dikatakan sebagai sintesis antara Filsafat Timur dan Barat. Sejarah Filsafat adalah sejarah dari tiga mata rantai peradaban besar, yaitu Timur, Islam, dan Barat.

Filsafat Timur

Filsafat Timur merupakan filsafat yang lahir dari dunia Timur atau Asia. Tradisi filsafat di Asia kental dengan nuansa spiritualisme. Bahkan filsafat di Timur merupakan hasil konstruksi agama dalam tatanan sosial.

Sejarah Filsafat Timur adalah sejarah dari peradaban India, Cina, Jepang, dan lainnya. Dalam peradaban India, kita akan mengenal sejarah Hinduisme dan Budhisme. Dalam peradaban Cina, kita akan mengenal sejarah Konfusianisme dan Taoisme.

Baca Juga  Kompetensi Spiritualitas Manusia dalam Beragama

Dalam peradaban Jepang, kita akan mengenali sejarah Shintoisme dan juga perkembangan Budhisme. Filsafat Timur merupakan filsafat tertua, bahkan lebih tua dari filsafat Yunani. Bahkan dalam syair-syair Timur akan kita temukan hal yang sirat akan nilai-nilai filosofis di dalamnya.

Di antara detail-detail mitologi yang lampau, kita temukan di dalam nyanyian-nyanyian pujian ini bagian-bagian yang menangkap pikiran dengan kesadaran yang cepat tentang minat manusia dan mengandaikan refleksi yang dalam.“Aku tidak tahu aku ini apa. Misterius, terikat, pikiranku mengembara.” Dalam satu kalimat ini dapat ditemukan benih filsafat. Karena semua filsafat dimulai dengan pertanyaan. (Lily Adam Beck, The History of Oriental Philosophy

(Sejarah Filsafat Timur), hal.19)

Sesungguhnya filsafat itu sangat tua, bahkan sebelum istilah filsafat itu sendiri ditemukan. Setiap kali manusia mengalami keresahan dalam pikirannya, akal akan selalu mencari cara untuk menemukan solusi atas permasalahan. Aktivitas filsafat sejatinya sikap manusiawi dalam setiap sejarah peradaban dunia.

Filsafat Barat

Filsafat Barat adalah filsafat yang lahir di kawasan Barat. Sejarah perkembangan Filsafat Barat ada pada peradaban Yunani. Keistimewaan dari peradaban Yunani adalah proses perkembangan yang sangat cepat, transisi pola pikir dari mitos ke logos mengalami kemajuan yang besar. Bertrand Russel seorang Filsuf Barat mengemukakan bahwa kemajuan peradaban Yunani merupakan hal yang mencengangkan.

“Di antara semua sejarah, tak ada yang begitu mencengangkan atau begitu sulit diterangkan selain lahirnya peradaban Yunani secara mendadak… Memang banyak unsur peradaban yang telah ada ribuan tahun… Namun unsur-unsur itu belum utuh sampai kemudian bangsa Yunanilah yang menyempurnakannya… mereka menemukan matematika, ilmu pengetahuan, dan filsafat; merekalah yang pertama kali menulis sejarah (history) yang berbeda dari sekedar tarikh (annals); mereka melakukan spekulasi bebas tentang hakikat dunia dan tujuan hidup, tanpa terbelenggu oleh paham kolot yang diwarisi…”

(Bertrand Russel, Sejarah Filsafat Barat, hal. 3)

Sejarah Filsafat Barat adalah awal mula dari kesadaran kritis manusia terhadap realitas, dengan bersikap skeptis terhadap fenomena yang terjadi menjadikan manusia berusaha untuk mencari hakikat kebenaran yang murni, dari kebenaran yang tentatif menuju kebenaran murni.

Baca Juga  Ikhwan Al-Shafa: Upaya Merekonsiliasi Agama dan Filsafat

Sejarah Perkembangan Filsafat Barat mengalami dua periode, yang pertama adalah fase Yunani Kuno, yang kedua adalah Filsafat Barat Modern (kelak akan dihidupkan kembali oleh Islam).

Filsafat Islam

Filsafat Islam adalah upaya intelektual muslim mengharmonikan antara ajaran agama dengan akal. Tidak dapat dimungkiri bahwa dalam perkembangan peradaban Islam terpengaruh dari pemikiran peradaban Yunani yang diterjemahkan oleh intelektual muslim pada saat itu.

Yang perlu kita pahami bahwa aktivitas penerjemahan naskah filsafat dari bahasa Yunani ke bahasa Arab tidak hanya sekadar mempelajari ilmu pengetahuan dari peradaban lain, namun sejatinya itu adalah upaya menyelamatkan ilmu pengetahuan dari kepunahan.

Aktivitas penerjemahan berperan penting dalam melestarikan karya-karya para pemikir terdahulu. Di sisi lain, kondisi sosial-politik yang berpihak terhadap ilmu pengetahuan mendorong perkembangan intelektual yang begitu signifikan.

Filsafat Islam memberikan warna baru dalam perkembangannya. Selain melanjukan pemikiran Yunani, filsafat Islam juga membahas hal yang belum pernah dibahas di dalam Filsafat Yunani, yaitu tentang kenabian.

Ibnu Rusyd berperan penting dalam menyebarkan rasionalisme di Barat. Bahkan Bertrand Russel dalam bukunya Sejarah Filsafat Barat menyatakan bahwa, “Ibnu Rusyd (Averroes) lebih terkenal dalam Filsafat Kristen daripada Filsafat Islam. Dalam filsafat Islam ia sudah berakhir, (namun) dalam filsafat Kristen ia baru lahir.”

Dalam sejarah Filsafat Barat, akan sedikit kita jumpai bab tentang Filsafat Islam. Bahkan di sebagian literatur lainnya tidak mencantumkan bab tentang filsafat Islam. Padahal filsuf Islam pada masa itu berjasa menyelamatkan pemikiran para Filsuf Yunani Kuno, dan menyemainya kembali di Barat. Sehingga Barat mengalami masa pencerahan untuk kedua kalinya.

***

“Apresiasi dunia Barat yang demikian besar terhadap karya Ibnu Rusyd membuat Rusyd lebih menjadi milik Eropa, daripada milik Timur (Islam). Averroisme tetap merupakan faktor yang hidup dalam pemikiran Eropa sampai kelahiran ilmu pengetahuan eksperimental modern… Ibnu Rusyd adalah seorang rasionalis yang menyatakan berhak menundukkan segala sesuatu pada pertimbangan akal, kecuali dogma-dogma keimanan yang diwahyukan Tuhan.”

(Asep Sulaiman, Mengenal Filsafat Islam, hal. 116)

Sejatinya Filsafat Islam mempunyai mata rantai sejarahnya sendiri. Sehingga Filsafat Islam dapat kita pahami bukan bagian dari Timur ataupun Barat. Filsafat Islam adalah harmonisasi antara peradaban Timur yang sangat moralistik dan peradaban Barat (Yunani kuno) yang sangat rasionalistik.

Baca Juga  Jambu Merah

Antara tiga kutub besar filsafat ini masing-masing saling berperan penting dalam membangun kemajuan peradaban. Karena tidak ada peradaban yang tegak dengan sendirinya tanpa ada relasi dengan peradaban lainnya.

Dimulai dari peradaban Timur yang memengaruhi peradaban Barat (masa Yunani Kuno), kemudian peradaban Barat (Yunani Kuno) memengaruhi peradaban Islam, dan selanjutnya peradaban Islam yang memengaruhi peradaban Barat (era modern).

Kejayaan Islam adalah perkembangan ilmu pengetahuan, dengan sikap egaliter dan keterbukaan terhadap sosial, sejatinya kita telah memuliakan agama kita dan menanti untuk kebangkitan kembali.

Editor: Yahya FR

Avatar
13 posts

About author
Mahasiswa S1 Program Studi Pendidikan Agama Islam di Fakultas Agama Islam UM Palangka Raya. Ketua Bidang Organisasi PC IMM Palangka Raya 2019-2020
Articles
Related posts
Falsafah

Tawaran Al-Jabiri Atas Pembacaan Turats

4 Mins read
Abed al-Jabiri adalah salah satu pemikir Islam yang paling dikenal di era modern. “Naqd al-Aql al-Arabi” atau proyek pemikiran “Kritik Nalar Arab”…
Falsafah

Deep Ecology: Gagasan Filsafat Ekologi Arne Naess

4 Mins read
Arne Naess adalah seorang filsuf Norwegia yang dikenal luas sebagai pencetus konsep “ekologi dalam” (deep ecology), sebuah pendekatan yang menggali akar permasalahan…
Falsafah

Sokrates: Guru Sejati adalah Diri Sendiri

3 Mins read
Dalam lanskap pendidikan filsafat, gagasan bahwa guru sejati adalah diri sendiri sangat sesuai dengan metode penyelidikan Sokrates, filsuf paling berpengaruh di zaman…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds