IBTimes.ID – Program Doktor Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menggelar “Sarasehan Melahirkan Pemikir Pendidikan Muhammadiyah,” Kamis, 11 Januari 2024 di Aula Masjid Islamic Center UAD Jl. Ahmad Yani, Tamanan, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta. Hadir sebagai presenter sarasehan Prof. Dr. M. Amin Abdullah, M.A., Prof. Dr. Abdul Munir Mulkhan, S.U., Prof. Suyata, Ph. D., dan Dr. Mohamad Ali, M.Pd. Sebanyak 83 pemikir dan peneliti pendidikan sebagai undangan sarasehan dari berbagai perguruan tinggi di Yogyakarta dan sekitarnya telah mengkonfirmasi kehadiran dalam acara tersebut.
***
Selama satu abad lebih pendidikan Muhammadiyah telah mewarnai sejarah bangsa Indonesia. Dimulai dari inisiatif sang pendiri Muhammadiyah, K.H. Ahmad Dahlan, ketika bereksperimen mendirikan Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah (MIDI) pada 1911. Tujuannya adalah menyatukan dualisme pendidikan (integrasi) antara Islam dan barat atau tradisionalis dan modernis (Syujak, 1989). Institusionalisasi gerakan pendidikan Muhammadiyah ditengarai lewat pembentukan organisasi ini yang bertujuan “Memadjoekan dan menggembirakan pengadjaran dan peladjaran Igama Islam di Hindia-Nederland” (Statuten 1914 artikel 2 point a). Sedangkan operasionalisasi pendidikan Muhammadiyah lewat pembentukan Bagian Sekolahan pada 17 Juni 1920 yang diketuai oleh Haji Hisyam (Djarnawi Hadikusuma, 1977).
Sekitar 112 tahun pemikiran pendidikan K.H. Ahmad Dahlan (fase inisiasi—pemikiran individu), atau 111 tahun gerakan pendidikan Muhammadiyah (fase institusionalisasi—pemikiran kolektif), atau 103 tahun sistem pendidikan Muhammadiyah (fase pelembagaan ad hoc—Departemen Pengajaran) adalah matarantai pemikiran dan aktivisme dalam sejarah pendidikan Muhammadiyah yang saling tumbuh dan menghimpun. Namun demikian, dinamika sejarah Muhammadiyah—terutama di bidang pendidikan—layaknya “panggung besar” yang menampilkan berbagai macam ideologi (pemikiran) dari banyak aktor (kontestasi pemikiran dan aktor). Maka ide-ide besar dan para aktor datang silih berganti dalam panggung sejarah (pendidikan) Muhammadiyah.
Jika pada tahap inisiasi pemikiran pendidikan Muhammadiyah corak keislamannya begitu kental—sekalipun secara konseptual berusaha mengintegrasikan keilmuan Islam dan keilmuan sekuler—tetapi setelah terbentuk kelembagaan Muhammadiyah yang menampung banyak pemikiran dan aktor telah mengubah konsep dan praktik penyelenggaraan pendidikan yang lebih progresif (pragmatis). Dengan pertumbuhan pesat sekolah-sekolah Muhammadiyah di beberapa daerah, maka pembentukan kelembagaan ad hoc Bagian Sekolahan (Departemen van Onderwijs) pada 17 Juni 1920 mengawali babakan baru sejarah pendidikan Muhammadiyah. Lewat departemen ini, instrumentalisasi penyelenggaraan sistem pendidikan di Muhammadiyah semakin kokoh, terutama lewat kontribusi pemikiran R.Ng. Djojosoegito dan R. Soesrosoegondo.
Pengkajian sejarah tidak hanya sekedar menemukan makna kontinuitas atau diskontinuitas dalam dinamika sejarah. Tetapi yang lebih urgen adalah menemukan dan sekaligus mengidentifikasi pemikiran-pemikiran ideologis yang pernah menopang gerakan dan kelembagaan pendidikan Muhammadiyah selama lebih dari satu abad. Bahwa banyak pemikiran yang diakomodasi dan dikembangkan dalam wadah gerakan Muhammadiyah—terutama lewat Bagian Sekolahan—telah menunjukkan matarantai atau kontinuitas pemikiran dalam gerakan ini. Namun demikian tidak sedikit pula pemikiran yang harus terseleksi secara alamiah dan berujung hilang dari sejarah persyarikatan ini. Kemampuan untuk menemukan dan sekaligus mengidentifikasi pemikiran-pemikiran ideologis dalam dinamika sejarah pendidikan Muhammadiyah inilah yang menjadi pintu masuk untuk melahirkan sumber daya manusia pemikir dalam bidang pendidikan di Muhammadiyah.
***
Menjawab kebutuhan lahirnya pemikir-pemikir pendidikan di Muhammadiyah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) sebagai embrio Universitas Ahmad Dahlan (UAD) bertanggung jawab untuk mengemban tugas ini dengan membuka Program Doktor Pendidikan yang akan diidentifikasi sebagai Ahmad Dahlan School of Education. Kegiatan perdana program ini adalah Sarasehan dengan menghadirkan empat pakar. Dalam acara ini, Prof. Dr. M. Amin Abdullah, M.A. menyampaikan materi tentang “Melahirkan Pemikir Pendidikan Muhammadiyah” sebagai kebutuhan dasar untuk menjawab tantangan minimnya pemikir dan hasil kajian filosofis pendidikan di Muhammadiyah dewasa ini.
Prof. Dr. Abdul Munir Mulkhan, S.U. menyampaikan materi tentang “Landasan Filosofis Pendidikan Muhammadiyah” sebagai jawaban atas kebutuhan rumusan filosofi pendidikan Muhammadiyah. Prof. Suyata, Ph.D. menyampaikan materi tentang “Basis Filosofis Keilmuan Pendidikan Muhammadiyah” sebagai jawaban atas kebutuhan epistemologi pendidikan di Muhammadiyah. Dr. Mohamad Ali, M.Pd. menyampaikan “Sejarah Pemikiran Pendidikan Muhammadiyah” sebagai rintisan awal kajian sejarah pemikiran pendidikan di Muhammadiyah.
Tujuan penyelenggaraan Sarasehan Melahirkan Pemikir Pendidikan Muhammadiyah sebagai berikut: pertama, menganalisis dan mengevaluasi progres dan capaian pendidikan Muhammadiyah di antara dinamika global pendidikan, secara khusus di dunia Islam kontemporer. Kedua, menyusun draf peta jalan (road map) kontribusi Muhammadiyah pada dunia pendidikan Indonesia dan dunia Islam. Ketiga, mengidentifikasi dan merumuskan kebutuhan pemikir pendidikan Muhammadiyah yang harus dilahirkan untuk pencapaian misi Islam Berkemajuan. Keempat, memetakan tema-tema riset yang dibutuhkan dalam merintis bangunan teori pendidikan Muhammadiyah. Kelima, menyusun strategi Program Doktor Pendidikan UAD yang kontributif bagi lahirnya pemikir/filosof/teoretikus pendidikan Muhammadiyah.
“FKIP sebagai embrio UAD memiliki beban dan tanggung jawab sejarah untuk menjawab kebutuhan lahirnya pemikir-pemikir pendidikan di Muhammadiyah. Sarasehan ini adalah langkah awal atau pintu masuk untuk memulai aktivitas Program Doktor Pendidikan di FKIP UAD,” kata Muhammad Sayuti, Ph.D., Dekan FKIP UAD.
(tim/Yusuf)