Tahukah kamu? Bahwa generasi milenial atau yang sering kita sebut dengan Generasi M, merupakan segmen populasi muslim global yang paling berpengaruh mulai abad ke-20 (Nugraha & Wildan: 2020).
Generasi Milenial dan Ketergantungan Teknologi yang Tinggi
Generasi milenial dikenal memiliki ketergantungan yang sangat tinggi terhadap perkembangan teknologi terkini.
Ketergantungan inilah yang membuat generasi milenial menjadi generasi yang berbeda dan mempunyai karakteristik yang unik dalam menerima dan mentransfer informasi, dan segala pengetahuan yang diperoleh jika dibandingkan dengan generasi-generasi lainnya.
Berbicara mengenai generasi muslim milenial, maka artinya berbicara tentang pelopor muslim muda saat ini. Generasi muslim milenial merupakan para muslim muda yang terikat oleh cara memandang dunia bahwa keimanan dan modernitas bisa berjalan beriringan.
Ternyata, generasi muslim milenial merupakan salah satu pemilik saham terbesar bagi estafet kepemimpinan di masa depan. Oleh karena itu, kiprah dan pergerakan mereka akan memperikan pengaruh dan dampak yang signifikan bagi bangsa ini.
Di tengah derasnya arus informasi yang beredar di media sosial dan internet, generasi milenial adalah yang paling rentan terhadap berbagai pengaruh ideologi lain. Termasuk terjerumus dalam pengaruh radikalisme.
Generasi Milenial: Dakwah Keagamaan Harus Dikemas Menarik
Sebab, ada banyak informasi-informasi yang kurang difilter, mudah dipercaya, dan bahkan tidak terkendalikan oleh mereka. Oleh karena itu, penting bagi generasi muslim milenial untuk menguatkan pandangan keagamaan yang moderat.
Setidaknya, generasi muslim muda harus memiliki semangat beragama yang santun, toleran, damai, dan membawa pada kebaikan dan persaudaraan. Bukan malah pandangan keagamaan yang penuh kekerasan, perpecahan, kebencian, dan pertikaian.
Sebagai generasi muslim yang melek akan teknologi, akan lebih baik jika generasi muslim milenial diberikan pengetahuan terkait pentingnya menguatkan dakwah dengan moderasi beragama secara digital.
Caranya, yaitu dengan membangun dan terus menyebarkan ajaran-ajaran dakwah keagamaan secara santun dan damai kepada masyarakat luas; serta dikemas dengan semenarik mungkin.
Menurut Muhammad Asad dalam tulisannya yang berjudul “Cara mudah jadi dai di era dakwah 2.0”, ia menyebutkan bahwa peneliti Universiti Kebangsaan Malaysia, Hew Wai Weng, menyatakan:
Selain menggunakan tipologi dakwah konvensional, dakwah era 2.0 juga ditandai dengan penekanan pada tiga aspek penting: estetika visual, cara komunikatif (Q&A), dan strategi marketing.
Dalam kehidupan beragama, semua sepakat bahwa sikap empati, damai, saling menghormati dan menghargai perbedaan harus selalu diterapkan di lini kehidupan masyarakat.
Terlebih dalam kehidupan masyarakat yang penuh dengan keberagaman. Baik itu budaya, ras, etnis, atau bahkan keyakinan. Meskipun agama pada hakikatnya selalu membawa misi damai dan selamat; akan tetapi, terkadang generasinya-lah yang menjadikannya tidak utuh dan tidak seperti pada hakikatnya semula.
Menggiatkan Gerakan Moderasi Beragama
Dilansir dari jalandamai.org, seharusnya untuk membangun kerukunan beragama, lebih didasarkan pada kesadaran doktrinal dan kultural. Yaitu selain karena doktrin setiap agama yang mengajarkan pada nilai-nilai toleransi, tetapi juga karena keinginan yang sama untuk hidup rukun dan damai pada masyarakatnya.
Maka dari itu, upaya untuk menanamkan moderasi beragama pada generasi muslim milenial bertujuan untuk membentuk generasi moderat yang tidak mudah terpengaruh oleh isu-isu radikalis di dunia maya dan di dunia nyata.
Untuk itulah, gerakan moderasi beragama iniIah yang seharusnya digalakkan. Khususnya oleh generasi muslim milenial sebagai gerakan bersama seluruh komponen bangsa; baik pemerintah maupun kelompok masyarakatnya, agar segala kebencian dan pertikaian dalam kehidupan beragama dapat secara cepat dihilangkan.
Generasi muslim milenial harus menjadi pelopor terciptanya kehidupan beragama yang toleran, damai, santun dan menghargai kemanusiaan. Caranya dengan mendukung dan mensukseskan gerakan moderasi beragama dalam setiap kehidupan masyarakat.
Editor: Zahra