Perspektif

Gerakan Karantina Mandiri, Mungkinkah Jadi Solusi?

1 Mins read

Karantina mandiri, mungkinkah jadi solusi? Jika melihat urgensi dan kedaruratannya, sekaranglah waktu yang tepat (bukan pada bulan Maret atau April 2020 yang lalu) kita menginjak rem sekuat tenaga. Hari ini (8 Januari 2021) penyintas Covid-19 di Indonesia sudah menembus angka 10 ribu per hari! Tepatnya 10.617 kasus positif Covid-19.

Pemerintah bisa mengeluarkan peraturan PSBB, Karantina Berskala Besar, Lock Down, atau apapun istilahnya untuk menghentikan laju penyebaran Covid-19 yang semakin tidak terkendali. Sudah seharusnya pula jika saat ini MUI memfatwakan shalat fardlu dikerjakan di rumah. Pasar, Mall, dan tempat perbelanjaan lainnya dibatasi operasionalnya. Kendaraan umum dan pribadi maksimal 50 persen penumpangnya.

***

Inilah saat yang tepat bagi kita (dengan sangat-sangat serius) mengusahakan berkurangnya, bahkan meminimalkan pergerakan manusia sebagai salah satu cara paling efektif untuk menghentikan Covid-19. Kematian 23 ribu lebih WNI sudah cukup menjadi peringatan buat kita. Kelelahannya para tenaga medis sudah tidak perlu lagi kita terus-teruskan sebelum mereka akhirnya benar-benar menyerah. Daya tampung instalasi kesehatan yang semakin terbatas mestinya sudah cukup menjadi alasan untuk kita berbuat lebih radikal dalam menangani pandemi Covid-19.

Tetapi tampaknya saat ini kita begitu santai menyikapinya. Sangat berbeda saat awal-awal kita menghadapinya di bulan Maret 2020. Kalau semua tidak boleh nanti bagaimana ekonomi kita? Kalau semua ditutup nanti orang disuruh makan apa? Kalau kita tidak bekerja bagaimana keluarga kita? Kita sudah ketakutan sebelum mencoba.

Sepertinya kita memang lebih suka mati pelan-pelan yang penting tidak ada pembatasan, daripada memilih menderita sementara waktu tetapi bisa memberi ruang kehidupan yang lebih panjang. Padahal, ibaratnya untuk membersihkan kolam renang yang keruh, perlu waktu sejenak untuk menahan diri tidak berenang. Jadi kita cuma perlu jeda waktu sejenak untuk kemudian bisa kembali normal setelah keadaan sudah relatif membaik. Kita hanya perlu waktu 14 hari!

Baca Juga  Literasi Digital: Refleksi Dua Bulan Belajar di Rumah

Jika kita peduli, besok mulai dari tanggal 11 Januari 2021 sampai 25 Januari 2021 kita sepakat melakukan karantina mandiri. Kita berkomitmen mengurangi atau bahkan menghentikan pergerakan untuk memutus mata rantai penularan Covid-19. Jangan tunggu himbauan apalagi bantuan pemerintah untuk melaksanakan karantina. Pemerintah tidak akan sanggup. Ini benar-benar gerakan ‘people power’.

***

Bagi yang bisa melaksanakan 100% sangat bagus. Tapi kalau hanya sanggup menjalankan 50% bahkan cuma 25% juga tidak apa-apa. Yang penting kita bersama-sama punya komitmen menjadi bagian dari upaya mengurangi bahkan menghentikan pandemi Covid-19.

Nasib dan masa depan kita bersama ada di tangan kita.
Berani mencoba?

M. Izzul Muslimin
7 posts

About author
Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Articles
Related posts
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…
Perspektif

Mengapa Masih Ada Praktik Beragama yang Intoleran?

3 Mins read
Dalam masyarakat yang religius, kesalihan ritual sering dianggap sebagai indikator utama dari keimanan seseorang. Aktivitas ibadah seperti salat, puasa, dan zikir menjadi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds