Perspektif

Guru yang Welas Asih

2 Mins read

Welas asih dan kasih sayang merupakan dua istilah yang sudah sering kita dengar. Keduanya merupakan pondasi dasar untuk membentuk karakter dan kepribadian anak di lingkungan keluarga terutama ibu dan ayah dan juga di lingkungan sekolah terutama guru. Rasa afeksi yang dibentuk dari lingkungan keluarga akan membawa dampak positif bagi peserta didik ke dalam lingkungan sekolah.

Guru sebagai pengganti orang tua yang berada di rumah sudah seharusnya memiliki sikap welas asih kepada anak didiknya di sekolah. Hal ini selain untuk dapat mengkondisikan lingkungan sekolah yang nyaman seperti lingkungan keluarga, juga untuk memudahkan guru melakukan transfer knowledge kepada peserta didik di sekolah.

Menjadi Guru Welas Asih

Guru dalam melakukan proses pembalajaran di sekolah dewasa ini dituntut untuk bersikap welas asih kepada peserta didik. Problematika yang dihadapi oleh peserta didik zaman now tentu saja berbeda dengan problematika yang dihadapi oleh peserta didik zaman dulu. Warna pendekatan yang dilakukan oleh guru zaman now jjuga harus lebih bermakna. Tidak hanya pendekatan welas asih atau afeksi seperti yang dilakukan orangtua di rumah, tetapi seorang guru yang welas asih mampu menjadi teman pendengar yang baik bagi peserta didik.

Guru sebagai tenaga pendidik dengan karakter welas asih professional diperlukan ketika merancang pembelajaran di sekolah dalam pilihan pedagogis, memilih kurikulum yang sesuai dengan karakteristik sekolah sesuai kurikulum merdeka dan melakukan penilaian (assessment).

Bersikap welas asih secara professional bagi seorang guru adalah bagaimana penerapan belas kasih dan empati secara tulus yang menganggap peserta didik sebagai anak kandung sendiri. Hal tersebut akan membantu guru menghadapi tantangan karakter peserta didik yang beragam. Guru juga dituntut untuk bisa membangun konsep pengembangan dan kepribadian diri dan ketahanan hati peserta didik serta melahirkan nilai-nilai moral kemanusiaan bagi seluruh peserta didik di sekolah.

Baca Juga  Begini Relasi Ideal Antara Guru, Murid, dan Orang Tua

***

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Steve Broidy pada tahun 2019 yang menulis tentang Kindness Oriented Teaching Etic (KOTE) menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara welas asih dengan proses pembelajaran di kelas. Pada dasarnya, kebaikan guru di kelas bertujuan untuk membentuk pendidikan demokratis di lingkungan sekolah yaitu interaksi positif antara guru dengan peserta didik.

Penelitian lain juga menegaskan bahwa teaching excellence membutuhkan satu topik khusus mengenai penghargaan professional terhadap welas asih. Analisis berikutnya adalah dengan cara seperti apa welas asih dapat terwujud dalam praktik professional mengajar?

Menurut beberapa hasil analisis para pemerhati sistem pendidikan dari Southern Cross University Human Ethics Comitte dapat menyebutkan bahwa guru yang baik hati akan menunjukkan keinginannya pada murid untuk memiliki hubungan yang sifatnya interaksi positif (dua arah). Seorang guru welas asih akan terus berusaha untuk mendorong murid untuk mencapai apa yang diinginkan sambil mencoba membantu mengarahkan siswa melakukan berbagai tugas yang diberikan guru.

Kebaikan professional semacam ini membutuhkan pengetahuan profesional yang mendalam dari setiap guru yang dikombinasikan dengan penilaian yang cermat dan penuh kasih terhadap kebutuhan perkembangan dan konseptual peserta didik.

***

Menjadi guru welas asih secara professional di sekolah berarti guru tersebut mampu membangun hubungan baik serta keterampilan interpersonal yang mencerminkan pemahaman diagnostic seorang guru dalam meningkatkan kepercayaan diri, motivasi, dan kemampuan akademis peserta didik. Guru yang baik hati harus mampu membangun kepercayaan, memberi dorongan yang tepat, dan bijaksana serta dapat membedakan setiap aspek kemampuan peserta didik di sekolah.

Penelitian lain menyebutkan dalam sebuah tulisan 37 Australian Profesional Standards for Teaching tahun 2020 juga menyebutkan bahwa sikap welas asih merupakan salah satu prasayarat menjadi seorang guru dan perlunya guru menciptakan lingkungan yang aman, mendukung, dan inklusif. Hal ini mengingat bahwa kita sekarang hidup di zaman yang luar biasa. Zaman dimana generasi Z banyak ditemukan melakukan kekerasan, intoleransi, penindasan sistematis, dan prasangka terhadap orang lain.

Baca Juga  Demokrasi Indonesia di Titik Nadir

Tidak ada pilihan bagi seorang guru untuk menjadi professional yang welas asih yang dapat merangkul nilai-nilai kemanusiaan dan nilai moral untuk membentuk generasi yang bermental dan bernilai tata krama yang baik. Semoga dengan menjadi seorang guru yang welas asih dapat menjadikan peserta didik sebagai generasi yang tahan banting dan bermental baja terhadap perubahan tantangan global dunia kedepannya.

Editor: Soleh

Related posts
Perspektif

Sejuta Cerita di Balik Iklan Sirup Marjan

2 Mins read
Kita sama-sama mengamini bahwa iklan Sirup Marjan adalah iklan yang ikonik, unik, visioner, dan limited edition. Ikonik karena penayangannya hanya pada bulan…
Perspektif

Benarkah Nasab Tak Penting bagi Muhammadiyah?

5 Mins read
Perdebatan nasab di kalangan umat Islam Indonesia sangat dahsyat, khususnya tentang habib. Perdebatan ini merembet ke mana-mana, mulai personal, politik sampai sanad…
Perspektif

Kata Siapa Filsafat itu Cuma Omong Kosong?

6 Mins read
Seorang filsuf menyewa perahu untuk menyeberangi sungai. Untuk mengakrabkan, kepada tukang perahu sang filsuf bertanya, “Anda tahu psikologi?” “Tidak,” jawab tukang perahu….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *