30 Juz— Sepertinya, bukan lagi menjadi sebuah rahasia bahwa penghafal Al-Quran itu bukan orang sembarang, Allah SWT berfirman: Kemudian kami wariskan Al-Quran kepada orang-orang yang telah Kami pilih dari golongan hamba terdekat Kami. [Q.S. Fatir: 32]
Lihat? Para pewaris Al-Quran itu orang-orang terpilih, mereka itu adalah orang yang dapet golden ticket dari Allah secara langsung!
Weits.. Walaupun demikian, kita juga harus ingat satu hal: Allah itu Maha Adil. Ya! Terkadang orang-orang sering terkecoh dengan kata “hafizh 30 juz”. Seakan-akan mereka yang udah hafal Al-Quran itu, menjadi salah satu orang yang bakal dapat bantuan “orang dalem” buat masuk surga. Mereka yang menjadi “hafizh” itu adalah orang yang bakal selamat dunia dan akhirat. Enak banget ya!
Ya! memang terlihat sangat menggiurkan, tetapi seperti yang telah penulis uraikan, Allah itu adalah Dzat yang Maha Adil. Hal ini bisa kita lihat dari kelanjutan ayatnya, Allah berfirman: Maka sebagian di antara mereka ada yang zalim terhadap diri mereka sendiri, dan sebagian yang lain berada di pertengahan, dan sebagian yang lainnya berlomba-lomba dalam kebaikan dengan izin Allah. Itulah keutamaan yang sangat mulia.
Inilah keadilan Allah. Selain memberitahukan keistimewaan orang-orang pilihan itu, Allah juga mengatakan bahwa gak sedikit orang yang Ia pilih justru menyia-nyiakan kesempatan itu. Mereka itulah yang Allah sebut sebagai orang yang “menzalimi diri mereka sendiri”.
Jenisnya bisa bermacam-macam, mulai dari tidak mengamalkan setiap ayat yang dia hafal, hingga melalai-lalaikan diri dalam membaca Al-Quran.
Yaelah, jar, kalo gak ngamalin ayat bolelah… Tapi kalo lalai dikit gapapa kali? yang pentingkan udah hafal 30 juz…
Nah, Pemahaman kaya gini, nih, yang sering mengecohkan pemikiran masyarakat. Perlu kita ketahui bahwa Allah itu tidak pernah ingin kita menjadikan “hafal Al-Quran” menjadi tujuan hidup.
Coba aja liat, di dalam Al-Quran, Allah itu suka gemes sama manusia yang tidak mau mentadabburi Al-Quran, tetapi Dia tidak pernah protes sama manusia yang tidak bisa hafal Al-Quran.
***
Hal ini dikarenakan Allah menjadikan “Hafal Al-Quran” itu sebagai kunci, sedangkan lubang kuncinya adalah membaca, mentadaburi, dan mengamalkan. Tiga hal inilah yang membuat hafalan kita menjadi bermakna.
Bukankah banyak di antara kita yang seringkali sombong dengan hafalan 30 juz yang kita miliki. Padahal, mungkin kita yang memiliki hafalan sebanyak itu, tidak memberi jatah untuk membaca Al-Quran di setiap harinya lebih dari 30 menit. Ironis bukan?
Karena sebab inilah kita tidak boleh cepat senang ketika telah menyelesaikan hafalan. Nabi pernah mengatakan bahwa Allah mengangkat derajat suatu kaum dengan Al-Quran, dan menjatuhkan derajat kaum lain juga dengan Al-Quran (H.R. Muslim).
Hafalan Al-Quran yang kita miliki harusnya menjadi jalan yang mempermudah kita untuk melakukan tiga hal tadi. Bisa kita bayangin, kan, seandainya kita hafal Al-Quran, ketika kita mengimami shalat, kita tidak perlu repot-repot membolak-balikan halaman mushaf yang sangat mengganggu kekhusyuan shalat?
Dengan hafal juga kita tidak perlu repot-repot mencari ayat tentang suatu hal ketika melihat sebuah fenomena alam yang menakjubkan seperti alam semesta yang bergerak secara sistematis di dalam lintasasn orbit. Terakhir, kita pun tak perlu bimbang ketika ingin melakukan sebuah perbuatan jika kita hafal daftar keinginan Allah yang diabadikan di dalam Al-Quran.
Inilah hal yang sebenarnya Allah inginkan dari kita ketika kita sudah “hafal Al-Quran”. Walaupun tidak bisa dikatakan sia-sia, tapi penghafal Al-Quran yang jarang membaca, mentadaburi, atau mengamalkan isi kandungan Al-Quran bisa kita katakan kurang sempurna dalam mencintai Allah
Ingat! Al-Quran itu bukan hanya mulia, tetapi juga memuliakan. Oleh karena itu, orang yang terus menerus menjaga Al-Quran di lisan dan hatinya akan semakin mendapatkan kemuliaan darinya. Bagaimana caranya? Dengan diberikan ganjaran 10 pahala untuk setiap huruf yang dibacanya.
***
Dari sana bisa kita bandingkan orang yang hafal Al-Quran 30 Juz dan hanya membaca Al-Quran 30 menit dengan orang yang hanya hafal juz 30 tetapi selalu menyempatkan membaca hafalannya di setiap 30 menit sebelum dan sesudah shalat wajib.
Seandainya kita katakan bahwa membaca Al-Quran adalah ladangnya mencari pahala, maka sudah jelas bahwa membaca Al-Quran 5 jam sehari, walaupun hafalannya sedikit, lebih mulia ketimbang penghafal Al-Quran yang hanya membaca 30 menit sehari.
Kalaulah seandainya penghafal Al-Quran 30 juz itu sudah mulai membiasakan diri memperbanyak bacaan Al-Quran, apakah tugasnya sudah selesai? Belum. Karena dia baru berhasil menyelesaikan level pertama dalam interaksi bersama Al-Quran, sedangkan tadabur di level kedua belum dia selesaikan.
“Laptop Andi Hilang”
Apa yang anda pikirkan ketika membaca kalimat diatas? Mungkin ada yang heran dan bertanya tujuan saya tiba-tiba menuliskan hal yang tidak ada hubungan dengan pembahasan kita dari awal. Namun, di sini penulis ingin menyampaikan cara Allah membuat kita mudah menyelesaikan level ke dua dengan membiasakan diri terlebih dulu untuk membaca.
“Энди Лост ноутбук“
Sekarang apa yang anda pikirkan ketika membaca kalimat di atas? Mungkin tidak ada yang anda pikirkan karena anda tidak memahami tulisan itu. Sebenarnya tulisan itu adalah terjemahan kalimat sebelumnya dalam bahasa rusia, tetapi kenapa respon kita bisa berbeda?
Kenapa kita begitu tertarik memikirkan kalimat pertama tetapi bisa terbilang cukup acuh pada kalimat kedua? Jawabannya adalah karena dalam kalimat pertama kita membaca suatu hal yang kita pahami, dan itu tidak berlaku pada kalimat ke dua.
Konsep ini penting kita ketahui. Kenapa kita begitu tertarik melihat novel-novel percintaan atau kisah heroik? Karena kita mengerti apa yang buku itu bicarakan. Jika saya memberikan anda novel terbaik sepanjang masa yang ditulis dengan bahasa spanyol, apakah anda akan mengerti dan mengaguminya? Tentu tidak!
***
Al-Quran terasa hambar ketika dibaca bukan karena daya mukjizatnya sudah habis baterai, tetapi karena kita yang tidak memahami bagaimana Al-Quran itu ditulis dengan ringkas, tepat, padat dan jelas. Kunci mentadaburi bukanlah hanya membaca, tetapi juga harus mengerti. Karena jika tidak, maka kita tidak akan bisa menyelesaikan level terakhir, yaitu pengamalan.
Fungsi membaca adalah untuk membuat kita berpikir, dan proses berpikir membuat kita melahirkan ilmu, dan ilmu inilah yang akan membuat kita legowo ketika mengamalkan suatu hal di dalam Al-Quran.
Mengapa masih banyak orang yang protes tentang berbagai hukum yang Allah tetapkan? karena masih banyak orang yang mengubah susunan interaksi ini. Mereka memulainya dengan mengamalkan Al-Quran, padahal ilmunya belum mereka dapatkan. Akibatnya mereka menjadi merasa berat ketika melaksanakannya.
Oleh karena itu, selain memperbanyak hafalan, mari kita memulai membiasakan membaca Al-Quran dengan penuh kepahaman sehingga kita bisa mendapat ilmu dan mengamalkan isi Al-Quran dengan lapang.