IBTimes.ID – Haji itu ibadah fisik, maka beribadahlah sesusi kondisi Kesehatan. Begitulah pesan Kepala Seksi (Kasie) Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Daker Madinah dr Thafsin Alfarizi M.Sc. “Beribadahlah sesuai dengan kondisi kesehatan. Utamakan wajibnya, jangan ngejar sunah. Ibadah haji adalah ibadah fisik. Persiapkan diri untuk arafah”, tegas dr. Alfarizi (31/05/2023).
Perlu diketahui, katanya, hampir 50 persen jemaah haji memiliki risiko tinggi (risti) kesehatannya. Baik yang risiko tinggi karena usianya yang sudah lanjut maupun yang risti karena gangguan kesehatan sejak di tanah air.
Jemaah haji yang dirawat di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Madinah sejak 24 Mei hingga 30 Mei sebanyak 86 orang. Dari jumlah tersebut, 44 orang sudah kembali ke kloter masing-masing, 22 pasien menjalani rawat inap, 29 pasien menjalani rawat jalan, dan 19 orang dirujuk ke Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS) King Fahd di Madinah.
Namun dari 19 orang yang dirujuk ke RSAS King Fahd, 4 orang di antaranya sudah kembali ke kloter, dan 3 di antaranya wafat.
“Sebenarnya yang wafat 5 orang. Tapi jemaah haji yang wafat di RSAS di Madinah sebanyak 3 orang, 1 orang meninggal saat dirawat di KKHI, dan 1 orang meninggal di hotel,” katanya.
“Kondisi jemaah haji risti ini, membutuhkan pertolongan lebih lanjut. Apabila tak bisa dilakukan perawatan di KKHI, tentu akan dirujuk ke RSAS di Madinah,” imbuhnya.
Rata-rata sakitnya adalah penyakit jantung, paru-paru, gangguan metabolik seperti diabetes, dan demensia. “Ini sangat berisiko bagi lansia yang berusia di atas 90 tahun,” katanya.
Apalagi rasio ketersediaan bed di KKHI yang berkisar 65 unit dengan ekstra bed dan jumlah jemaah haji risti yang kurang seimbang. Pihaknya pun menerapkan mekanisme berjenjang. Yakni tiap kloter dilengkapi 1 dokter dan 2 perawat untuk melakukan deteksi dini dan merespon cepat sebagai trease lapangan (mengukur tingkat kegawatdaruratan penyakit red), apakah jemaah haji tersebut harus dirujuk ke RSAS atau KKHI.
Selain itu, masih ada Emergency Medical Teams (EMT) di tiap sektor yang siap melakukan penanganan pertama bagi jemaah haji yang memiliki masalah kesehatan. “Kami juga melakukan visitasi ke RSAS untuk memonitoring kondisi jemaah haji,” jelasnya.
Kendati begitu, pihaknya berharap tingkat kloter bisa melakukan pelayanan terhadap pasien jemaah haji, sehingga kondisi jemaah membaik. Dengan begitu, tak perlu dirujuk ke KKHI maupun RSAS Madinah. “Kalaupun kondisi emergency, tim kesehatan bisa langsung merujuk ke RSAS Madinah, tanpa harus ke KKHI terlebih dahulu,” jelasnya.
Sementara itu, jemaah haji yang wafat hingga kini 5 orang. Terbaru adalah Aminah Ayu Sunarta dari kloter Jakarta Bekasi (JKS) 7. Aminah mengalami gangguan pernapasan pada Selasa malam (30 Mei 2023) waktu Arab Saudi (WAS). Almarhum meninggal di Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS) King Fahd Madinah. Setelah sebelumnya dirawat di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Madinah.
Empat jemaah haji yang meninggal sebelumnya adalah Suprapto Tarlim Kertowijoyo asal Kabupaten Demak, meninggal Kamis (25/5/2023) pukul 04.00 WAS di Hotel Abraj Taba, Madinah.
Achmad Suhadak asal Surabaya meninggal Sabtu (27/5/2023) pagi WAS. Langen Delem Dussalam, 91, asal Madura, meninggal Sabtu (27/5/2023) pukul 23.30 WAS. Dan Ibnu Syahid Dasjil (64) asal Madiun, meninggal Minggu (28/5/2023) pukul 19.30 WAS.
Diketahui hingga hari ke-8 kedatangan jemaah haji Indonesia di Madinah, Arab Saudi, 7 jemaah meninggal dunia.
Berdasarkan data Sistem Komputerisasi dan Informasi Haji Terpadu (Siskohat) Kementerian Agama, Rabu (31/5/23), tujuh jemaah yang meninggal tersebut berasal dari Embarkasi Surabaya, Solo, dan Jakarta Bekasi.
Karena itu pihaknya mengimbau kepada seluruh jemaah haji agar beribadah sesuai dengan kondisi kesehatannya masing-masing. Menjalankan yang wajib lebih penting.
“Apalagi cuaca di Madinah cepat berubah. Kalau pukul 12.00-14.00 WAS cuaca panas mencapai 41-42 derajat celcius. Haruz menjaga kesehatan dengan minum air putih dan oralit agar tidak dehidrasi,” tandasnya.
Pewarta: Azaki Kh
Editor: Soleh