Hijrah adalah perubahan dari kehidupan yang tertinggal menuju kehidupan yang maju. Kehidupan maju itu dijiwai oleh nilai-nilai Islam. Itulah makna hijrah sesungguhnya. Produknya adalah peradaban umat terbaik yang moderat. Salah satu parameter umat terbaik adalah umat yang menebarkan rahmat bagi semesta alam.
Haedar Nashir menyebut bahwa hijrah tidak layak diartikan dengan hal-hal yang artifisial, verbal, dan simbolik. Seperti cara berpakaian dan penggunaan istilah ana antum dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini pernah dicontohkan oleh Nabi. Pasca hijrah ke Madinah, Nabi SAW membangun peradaban di Kota Yatrib. Kota yang kelak berganti nama menjadi Madinah itu menjadi pusat keunggulan peradaban sekaligus pusat kekuasaan Islam selama beberapa abad kemudian. Padahal, sebelumnya ia hanya sebuah dusun tertinggal yang tak ada artinya.
“Hasilnya, selama lebih dari enam abad Islam menjadi peradaban maju yang mencerahkan dunia saat yang lain berada dalam kegelapan. Era itu disebut era pencerahan Islam, kejayaan Islam, dan abad keemasan Islam. Di titik ini, hijrah menjadi titik balik peradaban dari jahiliyah menuju peradaban yang unggul” ujar Haedar.
Kekuatan terbesar yang dimiliki oleh Islam untuk melakukan hijrah ini adalah tauhid. Tauhid merupakan fondasi ajaran Islam paling asasi. Dalam doktrin tauhid, segala bentuk pembelengguan lenyap. Diktatorisme hancur. Mitologi hilang. Perbudakan dan penindasan apalagi.
“Semua menuju titik peradaban yang bercahaya cerah laksana matahari terbit di pagi hari, yang menyinari bangsa dan negeri Arab yang gelap gulita,” tulis Haedar.
Cahaya tauhid itu memancarkan ideologi kesamaan, keadilan, kebaikan, dan segala bentuk keutamaan hidup. Tauhid memancarkan ideologi pembebasan, pemberdayaan, dan kemajuan.
Cahaya tauhid itulah yang melahirkan sebuah peradaban yang begitu maju. Menurut Haedar Nashir, tokoh yang mencerahkan bukan hanya ulama dan agamawan. Tokoh-tokoh itu juga termasuk intelektual, saintis, ilmuwan, dan filosof. Seperti Al-Farabi, Ibnu Maskaweih, Al-Khawarizmi, Al-Kindi, Al-Ghazali, Ibnu Khaldun, Ibnu Rusyd, Ibnu Batutah, dan lain-lain.
Mereka lahir dari kampus-kampus terbaik dunia. Seperti Universitas Al-Qarawiyyin yang berdiri sejak tahun 859 M di Maroko dan Universitas Al-Azhar yang lahir sejak tahun 975 di Kairo. Dua kampus Islam terbaik itu berdiri sebelum kampus-kampus di Barat berdiri. Oxford, sebagai contoh, baru berdi tahun 1096 M di Inggris.
Simbol kemajuan peradaban dunia saat itu terletak di Baghdad, Turki, dan Andalusia. Pusat-pusat peradaban itu menyebarkan berbagai gagasan dan ilmu pengetahuan ke Afrika, Eropa, dan Asia.