Perspektif

Hitung-hitungan Karantina Wilayah untuk Pak Jokowi

3 Mins read

Pada artikel Jika Mau, Pak Jokowi Bisa Karantina Wilayah dengan Aman, penulis mengungkapkan perihal potensi distribusi pendapatan kelas menengah atas serta potensi laut dan darat yang prospektif untuk dimanfaatkan di tengah pandemi corona. Terutama untuk menopang kebutuhan apabila dilakukan karantina wilayah. Selanjutnya, penulis membahas hitung-hitungan karantina wilayah jika dilakukan.

Opsi karantina wilayah menjadi penting untuk diperbincangkan sebab virus ini menyebar human to human. Sehingga, logiknya adalah menghentikan mobilitas akan membuat virus tidak menyebar.

Namun dalam pada itu mesti dipesiapkan dengan matang mengenai pemenuhan kebutuhan mendasar manusia yang terdampak apabila kebijakan itu diambil. Oleh sebab itu mari kita bicarakan pada catatan ini. Pastikan Anda sedang dalam kondisi baik-baik saja, sediakan kopi atau teh supaya perbicangan kita bisa lebih santai.

Hitung-hitungan Karantina Wilayah

Dalam kasus Corona di Indonesia, Jabodetabek merupakan episentrum persebaran virus, 70% kasus positif corona tersebar di kota ini. Tengoklah kembali kasus pasien 1, 2, dan 3. Sebenarnya mereka adalah warga Depok, tetapi mereka terdampak corona setelah kontak dengan warga negara Jepang di Jakarta.

Jabodetabek sebagai pusat bisnis dan pemerintahan memungkinkan adanya arus manusia yang sangat besar, dari warga negara Indonesia maupun warga negara asing. Oleh sebab itu tidak salah bila kota ini menjadi episentrum persebaran virus. Maka dari itu, apabila dilakukan karantina wilayah maka kota ini pula yang pertama dan utama. Pertanyaannya, siapkah Jabodetabek jika dikarantina wilayah?

Mari kita tengok ke laut terlebih dahulu. Indonesia adalah negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia, terhampar sepanjang 99.000 KM kurang lebih 5 kali panjang Great Wall di China. Pada penelitian Kementerian Kelautan dan Perikanan mengenai Wilayah Pengeloaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPP RI) terungkap bahwa sumberdaya ikan di 11 WPP-RI yang termasuk dalam Jumlah Tangkapan yang Diperbolehkan (JTB) adalah 7.945 juta ton per tahun.

Baca Juga  Sudut Pandang Ahli Tahqiq Terhadap Nabi dan Rasul

Potensi tertinggi sebesar 1.594 juta ton pertahun (20,1%) ditemui di WPP 718 (Laut Arafura), dilanjutkan di WPP 572 (Samudera Hindia sebelah barat Sumatera dan Selat Sunda) sebesar 982 ribu ton per tahun (12,4%), dilanjutkan di WPP 711 (Selat Karimata, Laut Natuna, dan Laut Cina Selatan) sebesar 914 ribu ton per tahun (11,5%), dan seterusnya.

Ikan dalam JTB di laut itu, komposisi jenis sumber daya ikan di perairan Indonesia didominasi oleh ikan pelagis kecil sebesar 35,5% dan ikan pelagis besar sebesar 25,1%. Seterusnya adalah udang (3,3%), lobster (0,1%), ikan demersal (23,3%), ikan karang (9,8%), kepiting 0,4%), rajungan (0,5%), dan cumi-cumi (2%).

Bila angka total tersebut diperoleh dalam setahun maka dalam sehari jumlah tangkapan 9 jenis itu sebesar 21.768 ton tangkapan. Dalam seminggu 147.138 ton tangkapan. Dalam dua minggu 294.276 ton tangkapan. Mungkin bila tangkapan dikebut di saat kondisi seperti ini tangkapannya bisa jauh lebih besar.

Potensi Sayuran

Selain itu, untuk di bagian darat (holtikultura) berdasarkan data BPS, Indonesia mampu memproduksi jengkol dalam setahun sebesar 87.854 ton, jamur (31 juta ton), bawang merah (1,5 juta ton), bawang putih (39 ribu ton), bawang daun (573 ribu ton), kentang (1,2 juta ton), wortel (609 ribu ton), cabai rawit (1,3 juta ton), tomat (976 ribu ton), kangkung (289 ribu ton), dan bayam (162 ribu ton). Sehingga nilai total dari 11 jenis tanaman itu 31,9 juta ton.

Sekarang, mari kita bicara tentang orang miskin yang potensial tidak bisa makan jika karantina wilayah. Per bulan September 2019 jumlah orang miskin di Indonesia sebesar 25 juta jiwa sesuai dengan batas angka garis kemiskinan yang ditetapkan oleh BPS. Untuk kawasan Jabodetabek sejumlah 1.275.610 jiwa yang terdiri dari Jakarta (360 ribu jiwa), Bekasi (149 ribu jiwa), Bogor (395 ribu jiwa), Depok (49 ribu jiwa), Kota Tangerang (98 ribu jiwa), Kab tangerang (193 ribu jiwa), dan Tangerang Selatan (29 ribu jiwa).

Baca Juga  1 Syawal 1444 H di Indonesia, Mungkinkah Serentak?

Sehingga apabila kita simulasikan dengan sederhana dari angka JTB 9 jenis ikan dan 11 sayuran, dengan hanya diambil 20% dari total angka JTB 9 jenis Ikan dalam sehari tangkapan, maka setiap jiwa yang termasuk dalam kategori miskin itu akan menerima 3,4 kilogram (gabungan semua jenis ikan).

Selain itu, dalam konteks sayuran, masih 20% dari total holtikultura setelah dibagi jumlah akan menerima 110 kilogram per jiwa. Adapun 80% hasil tangkapan ikan dan panen sayur bisa didistribusikan ke seluruh pelosok negeri. Angka yang sangat cukup.

Uang untuk Orang Miskin

Pertanyaan kemudian, dari mana orang miskin itu memiliki uang? Pertama, jelas dari bantuan sosial yang akan segera pemerintah pusat cairkan sebesar 600 ribu rupiah (termasuk orang rentan miskin baru).

Kedua, dari hasil charity penduduk Jabodetabek setelah dikurangi orang, miskin yakni sebesar 28.902.984 jiwa. Anggaplah hanya 30% dari penduduk itu yang menyumbang untuk sebulan (saya yakin pasti lebih dari 30% sebenarnya) namun secara merata mereka menyumbang 100 ribu rupiah. Maka, akan terkumpul 867 miliar rupiah.

Lantas bila dibagi dengan jumlah penduduk miskin Jabodetabek, maka per orang miskin menerima 679 ribu rupiah sebulan perorang. Jelas ini adalah angka yang sangat baik. Toh angka garis kemiskinan yang ditetapkan BPS 400 ribuan perbulan perorang.

***

Demikianlah, Pak, mengenai apa yang saya maksud uang tersedia dan barang tersedia sehingga kurva pasar barang dan pasar uang tetap equiriblium. However, kita berhadapan dengan kondisi yang tidak biasa. Tapi harus dihadapi terutama dalam menyelamatkan manusia Indonesia.

Tapi, hitung-hitungan karantina wilayah di atas sekadar simulasi sederhana, orang-orang cerdas yang berada di sekeling, Bapak, jelas dapat berhitung lebih hebat daripada sekadar ini. Sekian. Terima kasih.

Baca Juga  Puritanisme Modern dan Kegagapan Adaptasi Modernitas

Editor: Nabhan

Avatar
2 posts

About author
Ketua PP Ikatan Pelajar Muhammadiyah. Alumni Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Garut
Articles
Related posts
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…
Perspektif

Mengapa Masih Ada Praktik Beragama yang Intoleran?

3 Mins read
Dalam masyarakat yang religius, kesalihan ritual sering dianggap sebagai indikator utama dari keimanan seseorang. Aktivitas ibadah seperti salat, puasa, dan zikir menjadi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds