Tafsir

Hubungan QS. Ar-Ra’d: 29 dengan Psikologi Kebahagiaan

4 Mins read

Bahagia merupakan suatu suasana hati yang berbunga-bunga, yang identik dengan senyuman. Sebelum mengkaji QS. Ar-Ra’d ayat 29 hendaknya kita mengetahui terlebih dahulu, apa itu bahagia. Berikut ialah makna bahagia menurt benerapa tokoh: menurut Seligmen bahagia merupakan konsep psikologis yang mengacu pada emosi positif yang dirasakan oleh setiap individu serta aktivitas yang disukainya. Menurut Rusydi, bahagia merupakan perasaan tenang, senang, tentram, dan damai.

Menurut Argyle, bahagia merupakan suatu kondisi yang sangat ingin dicapai oleh semua individu dengan berbagai lapisan masyrakat. Dengan begitu dapat kita simpulkan bahwa bahagia merupakan suatu konsep psikologis yang mengacu pada emosi positif, yang meliputi perasaan tenang, tentram, damai, yang mana kondisi emosi dengan perasaan tersebut merupakan kondisi yang sangat dinginkan oleh seluruh individu dengan berbagai macam lapisan sosial masyarakat.

Ada beberapa penyebutan kata “kebahagiaan” dalam bahasa asing seperti, happiness (bahasa Inggris), gluck (bahasa Jerman), felicilitas (bahasa Latin), eutychia atau eudaimonia (bahasa Yunani), serta falaah, najaah, sa’aadah, dan tuubaa (bahasa Arab). Penyebutan kata bahagia dengan lafaz tuubaa inilah yang akan kita kaji.

الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ طُوبَى لَهُمْ وَحُسْنُ مَآبٍ

“Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik”. (QS. Ar- Ra’d: 29)

***

Dalam ayat tersebut, konsep bahagia disebutkan dengan kata  طُوبَى, kata طُوبَى  merupakan bentuk derivasi dari kata طَيِّبَ yang berarti sesuatu yang baik atau sesuatu yang bagus. Sedangkan kata طُوبَى  sendiri memiliki arti kebahagiaan yang hanya disebutkan sekali dalam Al-Qur’an.

Menurut tafsir Mafatihul Ghaib lafaz طُوبَى dijelaskan menjadi tiga hal yaitu, pertama lafaz طُوبَى  dimaknai dengan nama dari salah satu pohon di surga. Pohon tersebut ditumbuh dengan kuasa Allah sendiri tanpa melibatkan yang lain. Pohon inilah yang menggambarkan kemanisan atau kenikmatan hidup di syurga.

Baca Juga  Kesejatian Diri adalah Takwa, Bukan Kelas Sosial

Kedua lafazطُوبَى  ditafsirkan denganفَرَحٌ  yang berarti gembira atau sukacita. Lafazطُوبَى  merupakan bentuk kata mubalaghah dalam mendapatkan kebaikan. Dan ketiga, lafaz طُوبَى  dimaknai dengan salah satu kebun di Hindia. Namun ini adalah pendapat dhloif yang tidak terdapat dalam dalil naqli.

Selain itu, dalam Tafsir Al-Azhar, ayat tersebut ditafsirkan dengan sebuah keadaan hati yang tentram dan mampu menimbulkan sikap hidup tenang. Dan ketenangan yang timbul dalam hati,  merupakan bentuk dari pemeliharaan iman yang terus menguat. Allah akan melimpahkan ilham kepada hamba yang beramal saleh dan surga adalah sebaik-baik tempat kembali.

Hubungan QS. Ar-Ra’ad ayat 29 dan Teori Kebahagiaan

Apabila direalisasikan antara QS. Ar-Ra’ad ayat 29 dengan teori kebahagiaan, maka keduanya memiliki hubungan yang sangat erat. Dalam surat tersebut, konsep bahagia berkaitan dengan keimanan dan amal saleh. Amal sholeh merupakan seluruh perbuatan yang baik dan membawa manfaat atau kemaslahatan bersama.

Dengan amal saleh atau segala bentuk perbuatan baik yang telah kita lakukan akan menjadikan jiwa cenderung merasa bahagia dalam menjalani hidup, jiwa akan merasakan ketenangan. Kebahagiaan sangat berkaitan erat dengan ketenangan. Hal tersebut dapat kita lihat dalam ayat sebelumnya yang berbunyi

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (Ar-Ra’d: 28)

Seperti yang telah diuraikan di awal dalam penafsiran oleh Hamka dalam Tafsir Al-Azhar bahwa kebahagian akan diperoleh apabila hati merasa tenang dan tentram. Rasa tenang bisa kita dapatkan dengan cara berzikir (mengingat Allah). Ketenangan hati merupakan kebahagiaan yang hakiki atau dapat disebut juga dengan kebahagiaan ilahi. Kebahagian terikat dengan tingkat kesalehan seseorang yang bersifat spiritual.

Baca Juga  Mencumbui Al-Qur’an Tak Cukup Hanya Dibaca

Menurut Martin Seligman, seorang tokoh psikologi, menyatakan bahwa kebahagian sangat berkaitan erat dengan beberapa nilai berikut:

  • Kebijaksanaan dan pengetahuan.

Kebahagian dapat dicapai dengan rasa syukur yang timbul dari hikmah yang merupakan hasil pembelajran selama hidupnya. Keingintahuan kita akan suatu pengetahuan akan mendorong kita untuk mencintai pengetahuan tersebut dan hal tersebut akan menimbulkan rasa bahagia. Dan pengetahuan tersebut akan menjadikan seseorang lebih bijaksana.

  • Semangat dan Gairah.

Apabila kita merasa bahagia dalam melakukan suatu kegiatan, maka rasa tersebut akan menimbulkan rasa semangat dan gairah dalam melaksanakan kegiatan tersebut.

  • Kemanusiaan, Cinta, dan Rasa Bahagia

Ketiga hal di atas, akan mendorong kita untuk selalu melakukan kebaikan terhadap sesama dan saling mencintai. Mencintai merupakan salah satu sumber kebahagiaan, baik itu mencintai diri sendiri maupun terhadap sesama.

  • Keadilan dan Rasa Bahagia

Kedua hal di atas akan kita rasakan apabila kita melihat ataupun merasakan suatu keadilan diantara kita.

  • Mengendalikan Tempramen

Rasa bahagia akan mampu kita rasakan apabila kita mampu mengontrol diri kita sendiri.

  • Transendensi

Selalu percaya akan kuasa Allah merupakan salah satu bentuk sikap yang akan mampu mendatangkan kebahagiaan.

Tanda-Tanda Orang yang Sedang Bahagia

Ibnu Miskawaih menyebut beberapa tanda orang yang sedang berbahagia, di antaranya; penuh energi, bersikap optimis, tabah, ulet dalam melakukan suatu pekerjaan, murah hati, bersikap istikamah, dan rela serta menerima apapun yang yang diberikan oleh Allah kepadanya.

Ciri-ciri di atas bukan didasarkan pada dimensi instrumental atau bendawi, melainkan mengacu pada dimensi etis yang berbasis pada nilai-nilai islam.

Untuk mencapai tingkat kebahagiaan yang hakiki sebagai seorang muslim sesuai dengan apa yang disebutkan oleh para filsosof dan kaum sufi, bahwa kebahagiaan hakiki ialah saat kita merasakan ketenangan hati yang merupakan dampak dari ibadah yang kita lakukan.

Baca Juga  QS Yunus Ayat 62-64: Konsep Waliyullah dalam Al-Qur’an

Serta kebahagiaan hakiki ialah saat kita meraih cinta ilahi. Tentulah sebagai manusia kita akan mampu mencapai tingkat kebahagiaan tersebut dengan terus meng-upgrade diri kita, khususnya sebagai seorang muslim.

Lantas, bagaimana kita supaya menjadi pribadi muslim yang berbahagia? Menurut Bastaman, ada beberapa poin yang menjadi prinsip dasar dan perhatian khusus dalam proses pengembangan diri menuju pribadi bermakna dan berbahagia, di antaranya:

  1. Citra diri muslim ideal, merupakan gambaran mengenai diri sendiri. Mengukur kualitas keislaman, keimanan, dan keikhlasanannya sendiri sebagai seorang muslim sejati.
  2. Bertanggungjawab dalam menentukan kondisi kualitas diri.
  3. Selalu berusaha untuk menjadikan dirinya menjadi pribadi yang terus berubah kearah kebaikan dari sebelumnya.
  4. Memahami pentingnya pengembangan diri. Berikut beberapa metode atau langkah yang dapat digunakan untuk pemahaman dan pengembangan diri seorang muslim:
    • Pembiasaan. Melakukan suatu perbuatan positif secara terus-menerus secara konsisten.
    • Peneladanan. Peniruan terhadap pribadi yang dikagumi, baik itu pemikiran maupun sifatnya seseorang tersebut.
    • Pemahaman. Sadar dan berusaha untuk memahami nilai-nilai, prinsip, perilaku,  kemudian mendalaminya dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

5. Ibadah. Melakukan ibadah seperti shalat, puasa, dzikir, dan perbuatan-perbuatan kebajikan lainnya. Sehingga, dengan demikian, akan memunculkan sifat-sifat terpuji pada orang yang melakukannya.

Editor: Yahya FR

9 posts

About author
Aida Ayu Lestari, mahasiswa jurusan ilmu al Quran dan tafsir asal Blimbing-Paciran-Lamongan
Articles
Related posts
Tafsir

Apakah Allah Bisa Tertawa?

4 Mins read
Sebagaimana menangis, tawa juga merupakan fitrah bagi manusia. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah dalam QS. al-Najm [53]: 43 mengenai kehendak-Nya menjadikan…
Tafsir

Kontroversi Tafsir Ayat Pernikahan Anak dalam Qur’an

4 Mins read
Pernikahan, yang seharusnya menjadi lambang cinta dan komitmen, kerap kali terjebak dalam kontroversi. Salah satu kasus terbaru yang menarik perhatian publik adalah…
Tafsir

Sepintas Sejarah Gagasan Tafsir Modern di Indonesia

4 Mins read
Pada subbab yang ditulis oleh Abdullah Saeed berjudul “The Qur’an, Interpretation, and the Indonesian Context” merupakan bagian dari bukunya Saeed sendiri, yaitu…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds