Fikih

Hukum Melawan Orang Tua Menurut Islam

3 Mins read

Dalam Islam, orang tua mendapatkan tempat yang istimewa sekaligus tinggi. Mereka adalah sosok malaikat yang tampak nyata bagi anak-anaknya. Terlihat bagaimana tulusnya cinta kasih dan sayangnya, yang tak terhingga sepanjang masa. Begitupun sebaliknya, kemuliaan dan keistimewaan yang akan selalu menyelimuti keduanya.

Orang tua tentu mempunyai tugas yang amat berat, yaitu mengurusi dan mendidik anak-anak mereka agar menjadi anak yang baik, sholeh, sholehah, dan berguna bagi agama dan bangsa. Terlepas dari itu semua, seorang anak juga harus senantiasa berbakti kepada kedua orang tua dan dilarang durhaka kepadanya.

Lalu, bagaimana dengan sosok anak yang kemudian membangkang (durhaka) kepada orang tuanya? Bagaimana pandangan Islam dalam hal ini. Inilah yang kemudian coba kita bahas pada tulisan kali ini.

Islam Melarang Keras Sifat Durhaka

Islam adalah agama rahmatan lil mukminin sekaligus rahmatan lil alamin. Bagaimana tidak? nilai nilai universal yang terkandung di dalamnya adalah kebaikan, kemanusiaan, saling menghormati dan menghargai serta penuh dengan kedamaian untuk kehidupan. Tentunya nilai itu bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits.

Agama Islam tidak pernah mengajarkan sikap keburukan, tidak berkemanusiaan, saling menghina, bahkan sampai menimbulkan konflik yang menganggu ketenangan hidup bermasyarakat dan bernegara. Sebaliknya, Islam mendatangkan rasa aman, tenang, tentram, damai, dan bahagia bagi mereka yang memeluknya.

Mari coba kita tarik ke dalam lingkup yang lebih kecil, yaitu lingkungan keluarga. Kemudian, mucullah sebuah pertanyaan, siapakah yang tidak ingin hidup tenang, tentram, damai, dan bahagia dalam kehidupan berkeluarga? Saya berani mengatakan “tidak ada” yang tidak menginginkan.

Menjalin kehidupan keluarga yang harmonis, damai, bahagia adalah cita cita setiap orang yang berumah tangga/berkeluarga. Lalu, bagaimana cara mewujudkannya? Jawabannya tentu tidak terlepas daripada orang orang yang di dalamnya. Dan salah satu bagian yang di dalamnya, mereka adalah anak-anak.

Baca Juga  INFID: Mayoritas Anak Toleran, tapi Tolak Presiden dari Agama Minoritas

Lalu, bagaimana dengan anak yang kemudian ingkar atau durhaka? Apa balasan yang akan didapatkannya. Mari kita lihat pada hadits Rasulullah Saw, antara lain;

***

Pertama, Hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ جَاءَ أَعْرَابِيٌّ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الْكَبَائِرُ قَالَ الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ قَالَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ ثُمَّ عُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ قَالَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ الْيَمِينُ الْغَمُوسُ قُلْتُ وَمَا الْيَمِينُ الْغَمُوسُ قَالَ الَّذِي يَقْتَطِعُ مَالَ امْرِئٍ مُسْلِمٍ هُوَ فِيهَا كَاذِبٌ

Dari Abdullâh bin ‘Amr, ia berkata: Seorang Arab Badui datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata, “Wahai Rasûlullâh, apakah dosa-dosa besar itu ?” Beliau menjawab, “Isyrak (menyekutukan sesuatu) dengan Allâh”, ia bertanya lagi, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Kemudian durhaka kepada dua orang tua,” ia bertanya lagi, “Kemudian apa ?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Sumpah yang menjerumuskan”. Aku bertanya, “Apa sumpah yang menjerumuskan itu?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Sumpah dusta yang menjadikan dia mengambil harta seorang muslim”. (HR al-Bukhâri, no. 6255)

Kedua, Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud

Tak ada dosa yang lebih pantas untuk Allah segerakan azabnya di dunia disamping juga diakhirat kecuali dosa durhaka kepada kedua orang tua.” (HR. Abu Daud).

Terlihat sangat jelas, bagaimana sifat durhaka sangat dilarang dalam Islam. Bahkan sifat ini dimasukkan ke dalam kategori dosa besar bagi yang melakukannya. Tentu akibatnya tidak hanya didapatkan di dunia, tetapi juga di akhirat kelak.

Berbaktilah kepada Kedua Orang Tua

Mendidik dan mengajarkan anaknya supaya menjadi anak yang baik, sholeh, dan berbakti kepada orang tua, agama dan negara, adalah menjadi kewajiban sekaligus impian dalam setiap keluarga (ibu/bapak). Seorang anak adalah pelanjut dari kedua orang tuanya, baik atau buruknya orang tua bergantung pada anaknya.

Baca Juga  4 Prinsip Ibadah, Agar Tidak Memberatkan Jamaah Haji Lansia!

Berbakti kepada kedua orang tua adalah kewajiban bagi setiap anak. Islam sangat menganjurkan bahkan menetapkan hukum wajib pada sikap atau perbuatan yang satu ini.

Hal ini sebagaimana terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadits, antara lain:

Pertama, Surah Al-Ahqaf ayat 15

وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ إِحْسَٰنًا ۖ حَمَلَتْهُ أُمُّهُۥ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا ۖ وَحَمْلُهُۥ وَفِصَٰلُهُۥ ثَلَٰثُونَ شَهْرًا ۚ حَتَّىٰٓ إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُۥ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِىٓ أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ ٱلَّتِىٓ أَنْعَمْتَ عَلَىَّ وَعَلَىٰ وَٰلِدَىَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَٰلِحًا تَرْضَىٰهُ وَأَصْلِحْ لِى فِى ذُرِّيَّتِىٓ ۖ إِنِّى تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّى مِنَ ٱلْمُسْلِمِينَ

Artinya: “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada ibu bapaknya. Ibunya mengandungnya dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.”

***

Kedua, Surah Al-Isra Ayat 23

وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّآ اِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسٰنًاۗ اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَآ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَآ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا

Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.”

Baca Juga  Memaknai Mitsaqan Ghalizhan dalam Pernikahan di Tengah Pademi

Ketiga, Surah An-Nisa ayat 36

 وَاعْبُدُوا اللّٰهَ وَلَا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـًٔا وَّبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا وَّبِذِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَالْجَارِ ذِى الْقُرْبٰى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْۢبِ وَابْنِ السَّبِيْلِۙ وَمَا مَلَكَتْ اَيْمَانُكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُوْرًاۙ

Artinya: “Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat-baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri.”

Keempat, Hadits Rasulullah Saw

Artinya: “Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dia berkata; “Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sambil berkata; “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku berbakti kepadanya?” Beliau menjawab: “Ibumu.” Dia bertanya lagi; “Kemudian siapa?” Beliau menjawab: “Ibumu.” Dia bertanya lagi; “Kemudian siapa lagi?” Beliau menjawab: “Ibumu.” Dia bertanya lagi; “Kemudian siapa?” Beliau menjawab: “Kemudian ayahmu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kesimpulan

Berbakti kepada kedua orang tua adalah kewajiban, hukumnya wajib bagi setiap orang yang beriman. Begitupun sebaliknya, bagi siapa yang durhaka, maka dia akan mendapatkan balasan yang setimpal di dunia dan di akhirat. Jadilah kita anak yang membanggakan orang tua kita, baik di dunia dan akhirat. Aaminn.

Editor: Yahya FR

Related posts
Fikih

Hukum Jual Beli Sepatu dari Kulit Babi

2 Mins read
Hukum jual beli sepatu dari kulit babi menjadi perhatian penting di kalangan masyarakat, terutama umat Islam. Menurut mayoritas ulama, termasuk dalam madzhab…
Fikih

Hukum Memakai Kawat Gigi dalam Islam

3 Mins read
Memakai kawat gigi atau behel adalah proses merapikan gigi dengan bantuan kawat yang dilakukan oleh dokter gigi di klinik. Biasanya, behel digunakan…
Fikih

Hukum Musik Menurut Yusuf al-Qaradawi

4 Mins read
Beberapa bulan lalu, kita dihebohkan oleh polemik besar mengenai hukum musik dalam Islam. Berawal yang perbedaan pendapat antara dua ustadz ternama tanah…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds