Perspektif

Indonesia itu Humanisme Religius atau Humanisme Sekuler?

3 Mins read

Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki sistem demokrasi akut. Negara yang memiliki berbagai literatur kepercayaan, budaya, dan sebagainya yang berjalan dengan kebersamaan dan persatuan. Dengan pelbagai model entitas, kepercayaan di Indonesia adalah sebuah kemanjaan dari sistem demokrasi yang diterapkan sebagai sistem bernegara di Indonesia

Keselarasan hak di Indonesia memberikan pengaruh yang luar biasa bagi agama. Di mana agama dalam sistem demokrasi menjadi salah satu simbol sosial paling aktif gerakannya dalam berbagai persoaan sosial-politik di Indonesia.

Sehingga, hal itu menciptakan persoalan yang segalanya tidak lepas  dari pandangan agama, terutama Islam sebagai agama mayoritas.

Munculnya permikiran tentang negara dan agama sangatlah berpengaruh pada kemajuan negara. Sebab negara dan agama adalah suatu hal yang sangat berhubungan baik dari sosio-kultural dan sosio-kapital. Agama membutuhkan suatu negara untuk menjalankan ajarannya atau ibadah dan negara membutuhkan agama untuk membuat rakyat tentram dan kebahagiaan individu maupun kelompok secara lahir maupun batin.

Humanisme Sekular, Religius, dan Materiil

Namun, faktanya di Indonesia kita dihadapkan dengan sikap humanis rakyat yang berbeda-beda.

Ada yang humanisme sekular, humanisme religius, dan humanisme materil, sehingga memunculkan perbedaan yang berujung pada pergolakan pengambilan serta penetapan sebuah hukum dan kebijakan. Seperti yang dilakukan oleh ormas-ormas Islam ataupun agama lainnya di Indoensia.

Humanisme materil dan humanisme religius adalah sikap rakyat yang paling menonjol di Indonesia dibandingkan dengan humanisme sekular.

Karena keduanya adalah yang tidak bisa dipisahkan dari alamiah dasar dari sifat manusia. Menurut penulis, selain Indonesia adalah negara demokrasi, Indonesia juga bisa disebut sebagai negara agamis (a religious country), hal ini bisa dillihat hampir 90 persen rakyat Indonesia beragama.

Baca Juga  Keutamaan Guru di Dunia dan Hari Kiamat

***

Bila dilihat menggunakan fenomenologi agama mengenai sikap humanisme sekular dan humanisme religius adalah sebagai kembalinya sikap keputus-asaan diri. Hal ini terlihat bagaimana ketika rakyat merasa telah didiskriminasi terhadap sistem kapital, sehingga yang harus dilakukan oleh rakyat adalah berdoa kepada Tuhannya, dengan penuh lesu dan kepasrahan. Dan juga bagaimana huminisme sekular ketika menghadapi suatu negara yang tidak melihat penderitaan rakyat, maka mereka mengunakan pemikiran yang sosialis-komunis.

Memang sikap humanisme pada rakyat Indonesia adalah suatu yang wajar. Sebab Indonesia adalah negara yang masyarakatnya hampir semuanya memiliki keyakinan, baik dari segi agama ataupun kepercayaan yang lahir dari pemikiran masyarakat.

Sehingga hal itu memunculkan sikap humanisme religius, namun tidak semua yang beragama memiliki sikap humanisme religius, karena manusia adalah makhluk yang dinamis dan general.

Humanisme Religius

Humanisme religius dalam negara Indonesia adalah sebagai bentuk menjadi pelindung diri. Seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa adanya keputus-asaan diri yang membuat seorang menjadi humanisme religius, karena kebahagiaan materil yang gagal didapat, maka mencari kebahagiaan lewat batin dengan cara berserah kepada Sang Pencipta.

Pemikiran yang terus berkembang seiring kemajuan dunia adalah suatu keniscayaan yang telah banyak merubah moral manusia. Dan hal itu adalah salah satu penyebab munculnya humanisme sekular di ruang lingkup negara demokrasi yang beragama. Humanisme sekular adalah sikap humanis yang memisahkan urusan agama dengan urusan negara.

Dan itu bukanlah suatu yang buruk, karena penulis melihat bahwa humanisme sekular adalah sikap yang perlu diperankan di dalam negara Indonesia yang sebagai a religious democracy, karena humanisme sekular muncul sebab adanya kemerosotan prinsip demokrasi pada negara Indonesia.

Persoalan antara Humanisme Religius dan Humanisme Sekular

Persoalan antara humanisme religius dan humanisme sekular di satu sisi juga karena ideologi pancasila. Pancasila yang merupakan hasil konsesus kesepakatan bersama menjadikan rakyat harus tunduk dengan dalih kebenaran agama, terutama agama Islam.

Baca Juga  Membaca Edgar Morin, Mengeja Kemanusiaan

Islam adalah agama mayoritas rakyat Indonesia dan apabila dilihat dari sejarah negara Indonesia dalam beberapa persoalan Islam adalah yang menjadi tolak ukur segalanya, seperti hukum, bersosialisasi, pendidikan.

Pancasila yang ditetapkan sebagai ideologi negara Indonesia tentunya memiliki sebab dan memiliki berbagai pertimbangan.

Yang paling dasar tujuan pancasila adalah sebagai permersatu atau persatuan, mempersatukan seluruh rakyat Indonesia yang berbeda-beda dalam banyak hal, seperti budaya, agama, dan sebagainya. Sehingga menjadikan Pancasila sebagai ideologi yang netral (tidak terkait dengan ideologi besar dunia apapun)

Terakhir hadirnya humanisme religius dan humanisme sekular adalah tantangan bagi Indonesia.  Dengan sistem demokrasi yang politiknya selalu membawa agama adalah ujian bagi kaum muda, para akademisi dan wakil rakyat untuk melihat dari segi positif, yang mampu membangun Indonesia menjadi negara yang bermartabat sampai pada kancah internasional.

Meneguhkan Paham Pancasila

Dan kemudian pemahaman tentang hakikat Pancasila haruslah terus dikampanyekan dan di aplikasikan dari kalangan bawah hingga atas.

Sehingga pancasila tidak lagi menjadi suatu bahan untuk dijadikan sebagai bentuk kekurangan dan kelemahan. Sehingga dengan pancasila akan membawa humanisme religius dan humanisme sekular kepada kedaulatan dalam negara demokrasi Indonesia, sehingga menjadikan rakyat bersatu suara dalam peradaban negara Indonesia.

Dan ini selaras dengan sistem demokrasi yang menjunjung persatuan dalam segala bentuk sosial-politik dan sosial-cultural.

Editor: Yahya FR

Avatar
5 posts

About author
Pegiat Pendidikan
Articles
Related posts
Perspektif

Tak Ada Pinjol yang Benar-benar Bebas Riba!

3 Mins read
Sepertinya tidak ada orang yang beranggapan bahwa praktik pinjaman online (pinjol), terutama yang ilegal bebas dari riba. Sebenarnya secara objektif, ada beberapa…
Perspektif

Hifdz al-'Aql: Menangkal Brain Rot di Era Digital

4 Mins read
Belum lama ini, Oxford University Press menobatkan kata Brain Rot atau pembusukan otak sebagai Word of the Year 2024. Kata yang mewakili…
Perspektif

Pentingkah Resolusi Tahun Baru?

2 Mins read
Setiap pergantian tahun selalu menjadi momen yang penuh harapan, penuh peluang baru, dan tentu saja, waktu yang tepat untuk merenung dan membuat…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds