Setiap organisasi, perkumpulan, ataupun kelompok kemasyarakatan memiliki ideologi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ideologi merupakan kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat (kejadian) yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup. Maka setiap pergerakan mempunyai hal tersebut, sehingga geraknya dapat mencapai tujuan yang di di cita-citakan.
Kontestasi Ideologi di Muhammadiyah
Lalu bagaimana dengan Muhammadiyah? Persyarikatan yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan ini pastinya mempunya ideologi sebagai konsep dalam menjalankan roda keorganisasiannya. Namun kita mungkin pernah mendengar, adanya istilah Munu (Muhammadiyah-NU), Munas (Muhammadiyah Nasionalis), Marmud (Marhaenis Muhammadiyah), Muhi (Muhammadiyah Ideologis). Hingga ada yang menganggap bahkan menyamakan Muhammadiyah dengan salafi, wahabi, atau manhaj lainnya.
Sehingga ideologi Muhammadiyah seakan terkesampingkan karena beragam rasa yang ada di dalamnya. Kita harusnya kembali menengok ke belakang, Muhammadiyah didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan, seorang Kyai yang berpikiran anti mainstream di kala itu.
Dilihat dari pendirinya, maka konsepnya adalah sesuai pemikiran KH. Ahmad Dahlan. Mungkin secara bahasa memang Muhammadiyah adalah pengikut Nabi Muhammad Saw. Tetapi secara praktisnya, kita menyepakati apa yang dilakukan Mbah Ahmad Dahlan.
Karakteristik Kyai Dahlan
KH. Ahmad Dahlan yang memiliki penampilan berbeda dengan Kyai pada masanya, membuat tempat pendidikan yang beda dari kebanyakan sekolah bahkan menyerupai sekolah Belanda waktu itu.
Menjadikan masyarakat merasa aneh, apa kita harus membuat keanehan pula di era digital sekarang? Tentunya tidak. Namun sikap, sifat, serta pengaplikasian beragama yang ia lakukan haruslah kita teladani. Menerapkan surat Al-Ma’un dengan langsung menyantuni anak yatim dan orang miskin, misalnya.
Selain itu, KH. Ahmad Dahlan yang mudah bergaul dengan siapa saja tanpa membedakan keyakinan ataupun prinsip tentunya patut kita contoh. Saat merintis dan membangun sekolah berbasis agama, KH. Ahmad Dahlan, ia berkunjung ke sekolah sahabatnya seorang pastor Katolik berdarah Belanda bernama Pastur van Lith.
Persahabatan Dahlan dengan pastor van Lith tersebut untuk berdialog, dan berdiskusi bagaimana memajukan pendidikan pribumi di zaman Belanda. Bahkan JB Soedarmanta dalam bukunya menuliskan, nama Kweekschool muncul dalam pikiran KH Ahmad Dahlan setelah ia berkunjung ke Kweekschool Katolik di Muntilan.
Beberapa tokoh bahkan pimpinan Persyarikatan, banyak yang mengatakan kalau, “Kita Muhammadiyah, bukan Dahlaniyah,”. Memang benar, jika kita merujuk kepada maksud dan tujuan organisasi ini didirikan, termasuk artinya secara bahasa. Namun, segala konsep Muhammadiyah sendiri adalah berasal dari kerangka berpikir KH. Ahmad Dahlan. Sehingga Muhammadiyah hanya ada satu ideologi, yakni Dahlaniyah.
Memahami Ideologi Muhammadiyah
Prof. Dr. Haedar Nashir, Ketua PP Muhammadiyah pernah menulis “Memahami Kembali Ideologi Muhammadiyah” di Majalah SM Edisi 13 Tahun 2019. Di dalamnya, terdapat ideologi berkemajuan, yang menerangkan bahwa Muhammadiyah adalah gerakan dakwah Islam yang rahmatan lil-‘alamin.
Islam yang adaptif terhadap perkembangan zaman. Selain itu, Prof. Haedar juga menambahkan, bahwa ideologi keagamaan Muhammadiyah adalah ideologi reformis-modernis (pembaruan) yang menampilkan corak Islam yang berkemajuan, yang memadukan antara pemurnian (purifikasi) dan pengembangan (dinamisasi) dan bersifat tengahan (wasithiyyah) dalam meyakini, memahami, dan melaksanakan ajaran Islam.
Ideologi Muhammadiyah adalah Dahlaniyah
Namun, kalimat yang seakan menguatkan prespektif penulis adalah kalimat “Muhammadiyah yang terputus dari pemikiran dan jejak Ahmad Dahlan bukanlah Muhammadiyah”. Maka, teranglah bahwa ideologi Muhammadiyah adalah Dahlaniyah, sesuai dengan jalan pikiran Kyai Dahlan.
Mungkin zaman KH. Ahmad Dahlan dengan sekarang jauh berbeda, namun Muhammadiyah tetap mengadopsi cara-caranya dalam berbuat dan berpikir. Salah satunya berpegang teguh pada Al-qur’an dan sunah.
Selain itu, etos welas asih yang sering disebut dengan teologi Al-Ma’un yang diambil dari kandungan surat Al-Ma’un tersebut, merupakan buah penafsiran dari KH. Ahmad Dahlan. Dari situlah berdiri sekolah, rumah sakit, panti asuhan, dan amal usaha lainnya. Merupakan konsep yang dibuat oleh KH. Ahmad Dahlan dalam menerjemahkan ajaran Islam kedalam wujud nyata.
Dahlaniyah Bukan Pengkultusan Ahmad Dahlan
Ideologi Dahlaniyah bukanlah mengkultuskan seseorang bernama Kyai Ahmad Dahlan. Di mana di Muhammadiyah sangat tabu mengenai itu. Namun dari konsep berpikir KH. Ahmad Dahlan-lah lahir Persyarikatan Muhammadiyah, tumbuhnya gerakan-gerakan ta’awun, dan sebagainya.
Yang menjadi landasan teoritis adalah pemikiran Muhammad Darwis. Pedoman dan dasarnya adalah Al-qur’an dan Hadits, teladannya adalah Nabi Muhammad Saw.
Jika warga Nahdliyin memiliki Aswaja sebagai ideloginya, Indonesia berpegang teguh akan idelogi Pancasila, China yang selalu mengampanyekan idelogi komunisnya. Maka Muhammadiyah, memiliki Dahlaniyah sebagai idelogi yang menjadi konsep berpikir untuk mencapai sebuah tujuan yang dicita-citakan Persyarikatan. Kyai Dahlan yang mempelopori gerakan amar ma’ruf nahi munkar dengan melawan takhayul, bid’ah, dan khurafat kala itu, Kyai Dahlan yang mengawali madrasah menggunakan bangku.
Oleh karena itu, warga, kader, anggota, bahkan pimpinan harusnya memahami bahwa Muhammadiyah adalah sebuah nama Persyarikatan berideologi Dahlaniyah yang meneladani Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi Wassalam.
Mungkin ada dan banyak yang berbeda dengan prespektif penulis, namun perbedaan haruslah disikapi dengan argumen, bukan sentimen. Yang terpenting, mari merawat Muhammadiyah sebagaimana Kyai Dahlan lakukan. Agar Muhammadiyah tidak tercampur dengan ideologi-ideologi yang sama sekali jauh dari Al Islam dan Kemuhammadiyahan.
Editor: Yahya FR
Lorong sirimau rt amalatu
Saaya senang bisa baca pikiran ky hj dahlan yang iya cantungkan dalam organisasi Muhammadiyah
Saya senang bisa membaca pikiran ky hj Dahlan terhadap umat Islam
1