Dalam konteks haji dan umrah, ihram adalah niat mulai mengerjakan ibadah haji atau umrah yang sekaligus mengharamkan hal-hal yang dilarang selama beriįø„rÄm. Dengan mengucapkan niat ihram haji atau umrah, seseorang berarti telah mulai melaksanakan haji atau umrah.
Ihram isytirath adalah ihram yang disertai dengan persyaratan. Hal ini dilakukan bila seseorang khawatir dia bakal terhalang oleh suatu masyaqqah (kesulitan) seperti sakit atau halangan lain saat melaksanakan ibadah haji atau umrah. Hal ini berdasar hadist dari riwayat Aisyah ra:
Artinya: Dari Aisyah ra. berkata, āDiba’ah binti Zubeir masuk ke tempat Rasulullah SAW. Dan berkata, āYa Rasulullah saya ingin melaksanakan haji akan tetapi saya sakit-sakitan.ā Rasulullah bersabda: āLaksanakanlah haji dengan bersyarat (yaitu diucapkan sesudah niat) bahwa tempat taįø„allul-ku dimana aku terhalang.ā (HR. Muslim).
Karena itu, seyogyanya seorang jemaah haji lansia risti (resiko tinggi) dan sakit melakukan ihram isytirat. Terlebih-lebih bagi jamaah lansia sakit yang akan dievakuasi masuk ke Mekkah dan jemaah haji peserta safari wukuf saat ia berniat ihram sebelum menuju Arafah.
Niat isytirat ini dilakukan dengan menambahkan kalimat isytirat setelah ia melafalkan niat ihram, sebagai berikut:
ŁŁŲ„ŁŁŁ ŲŁŲ³ŁŁ ŲŁŲ§Ų³Ł Ų§ŁŁŁŁŁ ŁŁŁ ŁŲŁŁŁ ŲŁŲ« ŲŲ³ŁŁ
Artinya: “Jika aku terhalang oleh sesuatu, ya Allah, maka aku akan bertahallul di tempat aku terhalang itu.”
UntukĀ antisipasi kemungkinan terjadinya halangan dalamĀ perjalanan ibadah haji, terutama bagi jamaah lansia, resiko tinggi dan jamaah yang fisiknya lemah maka dianjurkan ketika niat ihram dengan bersyarat. Hal ini sebagaimana penjelasan berikut :
ŁŲ³ŲŖŲŲØ ŁŁŲŲ§Ų¬ Ų¢ŁŲ§ŁŁ Ų¹ŲŖŁ Ų± Ų§Ł Ų®Ų“Ł Ų“ŁŲ¦Ų§ ŁŲ¹ŁŁŁ Ų¹Ł Ų§ŲŖŁ Ų§Ł ŁŲ³ŁŁ Ų¢Ł ŁŲ“ŲŖŲ±Ų· Ų¹ŁŲÆ Ų§ŁŲ§ŲŲ±Ų§Ł ŁŁŁŁŁ Ų¹ŁŲÆ Ų¹ŁŲÆŁ : Ų§Ł ŲŲØŲ³ŁŁ ŲŲ§ŲØŲ³ ŁŁ ŲŁŁ ŲŁŲ« ŲŲØŲ³ŲŖŁŁ . ŁŁ Ų§ Ų±ŁŲŖŁ Ų¹Ų§Ų¦Ų“Ų© Ų±Ų¶Ł Ų§ŁŁŁ Ų¹ŁŁŲ§ ŁŲ§ŁŲŖ : ŲÆŲ®Ł Ų§ŁŁŲØŁ ŲµŁŲ¹Ł Ų¹ŁŁ Ų¶ŲØŲ§Ų¹Ų© ŲØŁŲŖ Ų§ŁŲ²ŲØŁŲ± ŁŁŲ§ŁŲŖ : ŁŲ§Ų±Ų³ŁŁ Ų§ŁŁŁ , Ų§ŁŁ Ų¢Ų±ŁŲÆ Ų§ŁŲŲ¬ ŁŲ¢ŁŲ§ Ų“Ų§ŁŁŲ©. ŁŁŲ§Ł Ų§ŁŁŲØŁ ŲµŁŲ¹Ł : ŲŲ¬Ł ŁŲ§Ų“ŲŖŲ±Ų·Ł Ų§Ł Ł ŲŁŁ ŲŁŲ« ŲŲØŲ³ŲŖŁŁ (Ł ŲŖŁŁ Ų¹ŁŁŁ ) .
“Disunahkan bagi jamaah haji atau umrah jika khawatir akan terjadi halangan dalam perjalanannya dianjurkan ketika berniat ihramĀ di miqat disertai dengan isytirath (niat ihram dengan syarat), sebagaimana perintah Nabi Saw kepada Dhubaāah binti ZubairĀ ketika dia menyampaikan kepada Nabi āwahai Rasulullah, saya hendak melaksaakanĀ haji tapi saya sakitā lalu Nabi SawĀ menjawab: BerniatĀ hajilahĀ dengan syarat seperti berikut : sesungguhnyaĀ akau akan tahallul ketika sesuatu menghalangikuā.
Dalam kaitan ini, para ulama (fuqaha) berbeda pendapat tentang hukum ihram isythirat. (1)Ā MazhabĀ Syafiāi menyatakan jawaz (diperbolehkan). (2) Mazhab Hambali menyatakan mustahab. (3)Ā MazhabĀ Hanafi dan Maliki menyatakan makruh. (4) Ibnu Hazm menyatakan wajib (Lihat al-Mughni fi Fiqh al-Haj wal Umrah, h. 88).Ā
Dalam kitab at-Taqrirat as-Sadidah fi al-Masalah al-Mufidah, (h. 511), dijelaskan tahallul bagi Jemaah haji sakit sebagai berikut :
ŲŁŁ ŲŖŲŁŁ Ų§ŁŁ Ų±ŁŲ¶ : ŁŲ§ ŁŲŖŲŁŁ Ų§ŁŁ ŲŲ±Ł ŲØŁ Ų¬Ų±ŲÆ Ł Ų±Ų¶Ł, ŁŲ¹ŁŁŁ Ų£Ł ŁŲ³ŲŖŁ Ų± Ų§ŁŁ Ų£Ł ŁŲØŲ±Ų£ , ŁŲ§Ł ŁŲ§ŲŖŁ Ų§ŁŁŁŁŁŁ ŁŲ¹ŁŁŁ ŲÆŁ Ų§ŁŁŁŲ§ŲŖ ŁŲŖŲŁŁ ŲØŲ¹Ł Ł Ų¹Ł Ų±Ų© , Ų§ŁŲ§ Ų§Ų°Ų§ Ų§Ų“ŲŖŲ±Ų· Ų§ŁŁ Ų±ŁŲ¶ Ų¹ŁŲÆ Ų§ŁŲ§ŲŲ±Ų§Ł , ŁŁŁŲ§ ŁŲ¬ŁŲ² ŁŁ Ų§ŁŲŖŲŁŁ. ŁŁŲŖŲŁŁ Ų§ŁŁ Ų±ŁŲ¶ ŁŲŗŁŲ±Ł Ų¹ŁŁ Ł Ų§ Ų§Ų“ŲŖŲ±Ų·Ł (Ų§ŁŲŖŁŲ±ŁŲ±Ų§ŁŲ³ŲÆ ŁŲÆŲ© ŁŁ Ų§ŁŁ Ų³Ų§Ų¦Ł Ų§ŁŁ ŁŁŲÆŲ©, ŲµŲŁŁŲ© 511).
Maksudnya, seorang Jemaah haji yang sedang dalam keadaan ihram tidak boleh tahallul karena sakit, dia wajib meneruskan ihramnya sampai selesai. Jika orang yang sedang sakitĀ terlambat tidak mendapatkan waktu wukuf, maka dia wajib membayar dam dan dapat bertahallul dengan mengerjakan amalan umrah, kecualiĀ orang sakit yang ketika berniat ihram dengan bersyarat (isytirath), maka ketika dia sakit boleh bertahallul di tempat di mana dia sakit.
Bagi jamaah haji yang berihram dengan isytirath dan tidak dapat menyelesaikan manasik haji, maka menurut madzhab Syafiāi, Hanbali, Ibnu Hazm, Ibnu al-Qayyim, ia tidak wajib membayar hadyu (hewan dam) dan tidak wajib qadha. Hal ini terdapat penjelasan dalam (1) Al-Nawawi, al-Majmuā Syarh al-Muhadzab, juz 8, h. 311; (2) al-Ramli, Nihayah al-Minhaj āala Syarh al-Minhaj, juz 3, h. 364; (3) Al-Mardawi, Al-Inshaf, juz 3, h. 307; (4) Al-Hajjawi, Al-Iqnaā, juz 1, h. 401; (5) Ibnu Hazm, al-Muhalla, juz 7, h. 99; dan (6) Ibnu al-Qayyim, Iālam al-Muwaqqiāin, juz 3, h. 426).
Niat isytirat dilakukan dengan menambah kalimat isytirath setelah ia melafalkan niat ihram. Adapun niat ihram bersyarat dicontohkan sebagai berikut:
Ų§ŁŁŁŁ Ų§ŁŁ Ų£Ų±ŁŲÆ Ų§ŁŲŲ¬ , Ų£Ł Ų§ŁŲ¹Ł Ų±Ų© , Ų£ŁŲ§ŁŲŲ¬ ŁŲ§ŁŲ¹Ł Ų±Ų© Ł Ų¹Ų§ , ŁŁ ŲŁŁ ŲŁŲ« ŲŖŲŲØŲ³ŁŁ
āYa Alloh, sesungguhnya aku hendak melaksanakan haji, atau umrah, atau melaksanakan haji dan umrah sekaligus, dan aku akan bertahallul sekiranya sesuatu menghalangikuā.
Editor: Azaki KH