Jakarta (Kemenag) — Jurnal Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) terus berkembang. Terbaru, Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies (IJIMS) yang dikelola Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga didaulat sebagai jurnal terbaik kedua se-Asia.
Rektor IAIN Salatiga, Zakiyuddin Baidhawy, mengatakan setelah sebelumnya mendapat peringkat The Best Quartile 1 (Q1) di Scimago Journal Rank (SJR) untuk bidang religious studies, kini IJIMS menempati jurnal terbaik peringkat kedua se-Asia versi SJR dengan skor journal’s impact 0.161. “Ini bukti keseriusan dan konsistensi IJIMS untuk menjadi jurnal garda depan pada skala internasional yang sekaligus sebagai academic tower bagi pencapaian IAIN Salatiga untuk menyongsong transformasi menjadi UIN Salatiga,” kata Rektor.
Peringkat jurnal ilmiah se-Asia ini dirilis oleh Scimagojr.com, sebuah portal tingkat dunia yang menghimpun jurnal dan indikator ilmiah dari berbagai negara yang dikembangkan dan bersumber pada data base Scopus. Kedua jurnal PTKI ini hanya kalah dari Japanese Journal of Religious Studies.
Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Kamaruddin Amin, mengapresiasi capain dan perkembangan jurnal PTKI. “Kebijakan agar PTKI menjadi world class university perlu dilakukan, dan itu ditandai dengan peraihan prestasi publikasi ilmiah tingkat dunia seperti yang diraih kedua jurnal ini,” ungkap Kamaruddin Amin di Jakarta, Selasa (25/02).
“Selaku Dirjen, saya mendorong seluruh sivitas akademika PTKI agar terus berkreasi dan berinovasi untuk mengaktualisasikan potensi dan meraih prestasi tingkat global,” sambungnya.
***
Selain IJIMS, Studia Islamika yang diterbitkan oleh Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta juga menduduki peringkat ketiga se-Asia. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Amany Lubis, mengatakan bahwa UIN Jakarta sejak dulu berupaya agar bisa menjadi kiblatnya kajian Islam Indonesia tingkat dunia. “Studia Islamica merupakan jurnal pertama di lingkungan PTKI yang bertaraf dunia yang menjadi salah satu bagian penting dalam mewujudkan itikad tersebut,” ungkap rektor perempuan pertama di UIN Jakarta itu.
Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam, Arskal Salim, mengapresiasi dan berbangga hati atas capaian prestasi ini. “Bagi kami, jurnal itu indikator mercusuar tidaknya sebuah PTKI. Karena, ia tidak hanya sekedar wahana mempublikasikan artikel semata, tetapi di dalamnya menyimpan kemampuan dalam berkolaborasi, konsistensi, dan berdiskusi tentang wacana keilmuan dan persoalan akademik pada PTKI itu sendiri,” ungkap Arskal.
Kepala Subdit Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Suwendi, mengungkapkan bahwa pencapaian prestasi jurnal dalam beberapa tahun terakhir ini mengalami lonjakan yang sangat signifikan. Prestasi itu tidak hanya di tingkat dunia, tapi di tingkat nasional juga sangat mendominasi.
“Jurnal-jurnal berbasis sosial humaniora yang terakreditasi didominasi terbitan PTKI. Lompatannya juga sangat terasa. Di akhir tahun 2017, terdapat 68 jurnal yang terakreditasi. Setahun kemudian naik hingga meraih 305 jurnal yang terakreditasi. Dan, di akhir tahun 2019 naik hinga lebih dari 151%, yakni berjumlah 768 jurnal yang terakreditasi,” tutup doktor UIN Jakarta ini.